Menyelami Kebudayaan Suku Sasak di Desa Sade

Food & Travel 09 November 2020

wisata desa sade suku sasak tradisi budaya lombok tengah pulau lombok presean gendang belek

Foto: instagram.com/mteddykurniawan


Desa Sade yang kini terkenal sebagai desa wisata yang berada di kawasan Lombok Tengah sudah ada sejak 600 tahun lalu dan telah menjadi tujuan wisatawan mancanegara sejak tahun 1989. Desa Sade ini merupakan desa yang dihuni oleh Suku Sasak asli yang masih memegang erat tradisi Suku Sasak pada zaman dahulu hingga saat ini. 

Desa Sade ini memiliki luas sekiar 5,5 hektar dan dihuni oleh 700 penduduk yang dipimpin oleh seorang kepala suku. Di dalamnya terdapat rumah tradisional sebanyak 150 bangunan dan masing-masing dipimpin seorang kepala keluarga. Penduduk di sini memiliki kultur bertani dan sebagian mereka bekerja di rumah sebagai penenun kain khas Lombok.
 
Salah satu kebudayaan Suku Sasak yang paling mudah dijumpai di sini adalah rumah tradisionalnya. Rumah-rumah di Desa Sade ini dibangun dengan sederhana dan tidak menggunakan material dari semen atau bata. Terdapat dua jenis bangunan yang bisa dijumpai saat berkunjung ke Desa Sade, yakni Bale Tani dan Lumbung.
 
Foto: instagram.com/bagas.ari

Pertama, bangunan yang disebut sebagai bale tani, merupakan bangunan yang dijadikan sebagai tempat tinggal atau rumah. Bagian atapnya terbuat dari daun alang-alang kering yang disusun dan dindingnya terbuat dari kayu dan anyaman pagar. Sementara lantainya menggunakan campuran tanah liat, abu jerami dan getah. Agar tetap kokoh, dalam seminggu sekali lantai rumah dipel atau dilapisi menggunakan kotoran kerbau.

Bangunan kedua, adalah bangunan yang disebut lumbung. Bangunan ini memiliki ciri lebih tinggi dari bale tani. Pada bagian bawahnya dibangun menggunakan kayu dengan ruangan terbuka seperti gazebo. Pada bagian atasnya terdapat ruangan cukup besar yang ditutup jerami sekaligus sebagai atapnya. Lumbung ini digunakan sebagai tempat menyimpan hasil pertanian, seperti padi dan palawija.

Sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Sade adalah bertani dan menenun. Sistem pembagian kerja ini berdasarkan jenis kelamin. Tugas berkebun dan bertani diserahkan pada laki-laki dan menenun dilakukan oleh perempuan di rumah. Bagi anak perempuan di sana juga wajib bisa menenun dan mulai diajarkan pada usia 10 tahun. Karena salah satu syarat anak perempuan boleh dinikahkan adalah harus sudah mahir menenun.
 
Foto:instagram.com/adindaamiraa

Jika berkunjung ke Desa Sade, Teman Brisik bisa menyaksikan langsung keseharian masyarakat di sana, mulai dari kegiatan sehari-sehari hingga tradisinya. Beberapa di antaranya adalah kegiatan 'nyesek' atau menenun menggunakan alat pintal tradisional untuk menghasilkan kain songket atau kain khas Lombok yang digunakan untuk acara-acara adat tertentu, seperti acara pernikahan. Selain itu, mereka juga menghasilkan produk lainnya, yakni baju adat Sasak, selendang, ikat kepala dan lain sebagainya.

Beberapa tradisi Suku Sasak lainnya yang dapat disaksikan adalah kesenian Gendang Belek. Ini merupakan alat musik tradisional Suku Sasak yang dimainkan oleh sekitar 30 orang. Kesenian ini dimainkan dalam upacara adat seperti pernikahan dan khitanan.

Ada juga kesenian bernama Presean, ini adalah kesenian bela diri yang dimainkan dua orang menggunakan alat pukul yang terbuat dari rotan dan tameng dari kayu.



Selain menambah pengalaman tentang kebudayaan masyarakat Sasak, Teman Brisik juga dapat berkeliling dan berfoto dengan latar perumahan tradisional di sana. Terdapat satu spot foto favorit wisatawan yakni pohon nangka yang berada di tengah-tengah perkampungan. Pohon ini menjadi spot favorit wisatawan karena merupakan satu-satunya pohon purba yang masih tersisa di area perkampungan. Kendati pohon ini sudah mati, namun hingga kini menjadi simbol ikonik Wisata Desa Sade.
 
Foto:instagram.com/chiagovision/

Transportasi & Akomodasi
Selain menjadi tempat wisata, Desa Sade juga digunakan untuk mempromosikan komoditas lokal masyarakat Sasak di sana, berupa produk dari hasil tenun dan kerajinan tangan lainnya. Jadi, Teman Brisik bisa membeli produk yang dijual tersebut untuk dijadikan oleh-oleh.

Produk yang dijual antara lain: kain, baju, ikat kepala khas Lombok dan berbagai asesoris lainnya seperti gelang, kalung, selendang, topi dan lain-lain. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp3.000 hingga ratusan ribu.

Wisata Desa Sade dibuka setiap hari dari jam 09.00-19.00. Pengunjung tidak dipungut biaya apapun, baik tiket masuk atau biaya parkir. Namun jika wisatawan ingin menyumbang dalam jumlah berapa pun dipersilahkan. Fasilitas yang disediakan di lokasi wisata juga sudah cukup memadai mulai dari area parkir, masjid, toilet, tempat duduk, pemandu wisata, fasilitas hiburan dan toko oleh-oleh.

Desa Sade beralamat di Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah sekitar 40 kilometer dari Kota Mataram dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam perjalanan. Kondisi jalan menuju Desa Sade sudah bagus dan tidak ekstrim. Adapun rutenya: Kota Mataram - Cakranegara - Kediri - Praya - Jalan Raya Bandara Internasional Lombok - Batunyale - Sengkol - Rembitan - Desa Sade.

Untuk transportasi, Teman Brisik bisa menggunakan kendaraan pribadi atau menyewa karena belum ada angkutan umum yang dapat membawa Teman Brisik sampai ke lokasi Desa Sade. Untuk harga sewa sepeda motor sebesar Rp85.000/hari, mobil sekitar Rp200.000/hari dan jasa travel dari Rp200.000 – 300.000.

Untuk penginapan bisa menyambangi OYO 3812 Edutel Sade Raya Kuta Hotel Lombok. Ini adalah hotel terdekat dari Desa Sade, jaraknya hanya sekitar 480 meter. Alamatnya Desa Rembitan, Pujut, Lombok Tengah. Fasilitas yang dimiliki hotel ini antara lain: resepsionis 24 jam, area parkir, layanan kamar, restoran, kamar ber-AC, ruangan bebas asap rokok dan akses Wi-Fi. Tarifnya mulai dari Rp105.000 per malam.
Artikel ini ditulis oleh Baiq

wisata desa sade suku sasak tradisi budaya lombok tengah pulau lombok presean gendang belek

Berita Terkait

Voucher Rekomendasi

Berita Video