Masih banyak yang belum tahu tentang seni teater dari Sumatera Barat. Kesenian yang diberi nama Randai ini merupakan salah satu warisan budaya yang patut dilestarikan dan dipelajari putra-putri daerah.
Randai berasal dari Luak Limo Puluah, sekarang menjadi Kabupaten Lima Puluh Kota. Rangkaian pertunjukan randai terdiri dari beberapa kesenian lain, diantaranya: seni tari, teater atau dendang drama, busana, seni musik dan bela diri pencak silat. Dalam satu pertunjukkan, biasanya dimainkan oleh sekolompok orang yang terdiri dari 15-25 orang, tergantung jenis kaba atau alur yang ditampilkan.
Dalam seni pertunjukan Randai, busana yang dipakai cukup unik dengan nama tersendiri. Busana tersebut terdiri dari Galembong/Kandik, Baju Guntiang Cino, Deta Runicang dan pakaian adat. Galembong atau Kandik adalah celana yang besar pisaknya lalu dijahit pada ujung kaki. Tujuannya adalah ketika celana dipukul keras maka akan menimbulkan suara berdentung atau berbunyi seperti guruh. Baju Guntiang Cino, berbahan dasar kain satin dengan warna yang disesuaikan berdasarkan peran yang dimainkan tokoh. Selanjutnya, Deta Runciang, kain runcing yang terbuat dari karton berbentuk piramida ketika dipakai, biasanya dikenakan oleh peran penyamun atau perampok. Kemudian, untuk pakaian adat yang dipakai perempuan adalah baju kuruang dan lambak ampek dengan tangkuluak.
Foto: sumbar.travel
Teks berupa Dendang dan dialog adalah komponen penting yang harus dilengkapi sebelum memainkan randai. Pemeran dalam pertunjukan harus menghafalkan teks tersebut. Dendang pantun terdiri dari 6 larik atau baris, dijadikan penghantar cerita dan harus dihafalkan oleh anak dendang. Sedangkan, dialog pertunjukan akan tampil usai dendang. Pemeran yang mengfafal dialog disebut pelesuai.
Pemeran randai terbagi menjadi lima peran. Pertama, disebut Anak Layar tau semua penari yang ikut menari dalam pertunjukan. Kedua adalah Anak Dendang yaitu pemain yang berada di samping berjumlah 3 atau empat orang, bertugas menari dan berdendang. Selanjutnya, adalah Pelaku Cerita atau Kaba yaitu pemeran utama atau lakon, pemeran pendukung dan bandit dalam cerita. Jika Pelaku adalah laki-laki maka boleh ikut menari bersama Anak Layar, tetapi jika perempuan biasanya tidak ikut menari. Yang keempat adalah Tuo Randai, yaitu salah seorang pemain yang bertugas memberikan aba-aba ke dalam pertunjukan. Terakhir adalah Tukang Saluang dan Tukang Talempong, biasanya tidak ikut menari dan hanya memainkan alat musik saja.
Foto: goodnewsfromindonesia.id
Susunan dalam pertunjukan Randai berupa:
1. Anak Layar melingkar dan memainkan tari sambil merapal lagu yang sudah dihafal. Jenis tarian yang dipilih biasanya tarian khas minangkabau seperti tari alo ambek, alang babega, atau tari pencak.
2. Berbalas pantun antara anak dendang satu dengan yang lainnya. Balas-balasan pantun ini dilakukan secara sambung-menyambung, yaitu pantun anak dendang satu dibalas anak dendang dua dan begitu seterusnya. Biasanya, ketika anak dendang ketiga membalas Pantun, semua Anak Layar sudah berkumpul di lapangan.
3. Teriakan "Ap" dari Tuo Randai. Kata-kata "Ap" merupakan aba-aba dari Tuo Randai agar seluruh Anak Layar bertepuk tunggal, aba-aba "Tea" agar bertepuk serentak, dan aba-aba "apta" untuk mandabiak galembong.
Foto: suaraindonesiadance.com.
4. Pada pertunjukan pembuka teater biasanya anak layar membentuk lingkaran dan mengelilingi pemeran utama. Dalam formasi ini dilakukan pertunjukan tepuk galembong yang akan memberikan pertunjukan meriah. Gerakan tersebut akan terus diulang hingga musik dendang selesai.
5. Drama randai akan menampilkan seni teater atau cerita yang klasik atau yang berkembang di daerah setempat, seperti Anggun nan Tungga tentang pemuda tampan dari daerah Pariaman, Intan Korong dari Tanah Datar yang menceritakan seorang gadis dibawa pemuda dengan kapalnya, serta Malin Deman yang merupakan seorang penjudi.
Dengan mengetahui sedikit tentang Randai, diharapkan masyarakat dan putra-putri daerah dapat melestarikan warisan budaya dari leluhur.