Foto: brisik.id/mega ocktaviyah
Pernikahan menjadi suatu proses yang sakral hampir bagi setiap individu. Hal ini sangat memerlukan persiapan yang matang. Terlebih lagi jika calon pengantin berasal dari suku atau wilayah yang masih memegang teguh tradisi dan adat istiadat.
Jika suatu pernikahan dilaksanakan di pedesaan, maka jauh sebelum hari pernikahan tersebut tak hanya keluarga saja yang sibuk mempersiapkan, tetapi juga para tetangga, orang-orang terdekat, serta para pemuda desa akan berbondong-bondong membantu.
Para ibu akan membantu persiapan di rumah mempelai seperti memasak kue dan lauk-pauk. Sementara para bapak akan membantu membuat bangsal (tenda) sebagai tempat memasak nasi dan merebus ayam atau daging. Sedangkan muda-mudi akan membantu segala dekorasi di rumah calon mempelai.
Jika jauh hari sebelum prosesi saja sebagian besar warga desa sudah ramai mempersiapkan, maka pada hari prosesi akan jauh lebih ramai. Kali ini hampir seluruh warga desa akan di undang untuk memeriahkan acara.
Foto: brisik.id/mega ocktaviyah
Seperti inilah aktivitas yang dilakukan oleh warga dari beberapa desa di Kecamatan Semende, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Mereka akan membawa bakul (wadah) sebagai tempat menaruh beras, nyiur atau kelapa, dan satu ekor ayam atau bebek yang masih hidup. Jika tidak membawa ayam atau bebek, maka dapat digantikan dengan beberapa butir telur ayam atau bebek.
Beberapa bahan baku ini merupakan suatu bentuk bantuan dari para warga untuk keluarga yang melaksanakan pernikahan. Saat pulang, bakul-bakul tersebut akan diisi kue-kue khas masyarakat Semende seperti juada teloe (sejenis bolu dari telur), juada basa, culik gigi, serta dilengkapi dengan nasi dan lauk.
Suku Semende mengandalkan gotong royong warga sekitar, termasuk dalam persiapan makanan tamu pada hari prosesi. Warga akan memasak kemudian makan bersama. Makanan akan dihidangkan membentuk persegi panjang. Hidangan terdiri dari dua jenis yakni hidangan kue-kue dan hidangan nasi serta lauk-pauknya. Para bapak akan menikmati hidangan terlebih dahulu, kemudian disusul para ibu.
Di Suku Semende, seorang mempelai pria dan wanita diibaratkan bak raja dan ratu. Mereka akan dihiasi dengan pakaian pengantin khas Sumatera Selatan. Mereka akan dijunjung (diusung) oleh bapak-bapak mengelilingi desa.
Foto: brisik.id/mega ocktaviyah
Kayu yang digunakan sebagai alat pengusung (yang menjadi tempat duduk para mempelai) dihias sedemikian rupa agar terlihat cantik. Hiasan dapat berupa buang-bunga dan kain warna-warni. Tak hanya pihak keluarga dari kedua mempelai saja, tetapi hampir seluruh warga sekitar akan turut menyaksikan prosesi tersebut.
Para warga akan mengikuti kedua raja dan ratu tersebut dari belakang. Proses mengelilingi desa dilakukan dengan berjalan kaki secara lambat dan diiringi nyanyian khusus masyarakat Semende. Setelah berjalan beberapa menit, akan dihadirkan pertunjukan kuntau (sejenis pencak silat). Pertunjukan ini menjadi salah satu hal yang paling ditunggu warga karena umumnya hanya dipertunjukkan setiap prosesi arak-arakan perkawinan saja.
Proses-proses tersebut menjadi hal yang krusial bagi masyarakat Semende. Suatu pernikahan akan dianggap lebih meriah dan menarik perhatian pengunjung jika menggunakan berbagai proses tersebut.
Suku Semende bertempat tinggal di desa yang tergabung dalam satu Kecamatan Semende. Wilayah Semende sendiri terbagi ke dalam tiga kecamatan, yakni Semende Darat Ulu, Semende Darat Tengah, dan Semende Darat Laut.
Jika suatu pernikahan dilaksanakan di pedesaan, maka jauh sebelum hari pernikahan tersebut tak hanya keluarga saja yang sibuk mempersiapkan, tetapi juga para tetangga, orang-orang terdekat, serta para pemuda desa akan berbondong-bondong membantu.
Para ibu akan membantu persiapan di rumah mempelai seperti memasak kue dan lauk-pauk. Sementara para bapak akan membantu membuat bangsal (tenda) sebagai tempat memasak nasi dan merebus ayam atau daging. Sedangkan muda-mudi akan membantu segala dekorasi di rumah calon mempelai.
Jika jauh hari sebelum prosesi saja sebagian besar warga desa sudah ramai mempersiapkan, maka pada hari prosesi akan jauh lebih ramai. Kali ini hampir seluruh warga desa akan di undang untuk memeriahkan acara.
Foto: brisik.id/mega ocktaviyah
Seperti inilah aktivitas yang dilakukan oleh warga dari beberapa desa di Kecamatan Semende, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Mereka akan membawa bakul (wadah) sebagai tempat menaruh beras, nyiur atau kelapa, dan satu ekor ayam atau bebek yang masih hidup. Jika tidak membawa ayam atau bebek, maka dapat digantikan dengan beberapa butir telur ayam atau bebek.
Beberapa bahan baku ini merupakan suatu bentuk bantuan dari para warga untuk keluarga yang melaksanakan pernikahan. Saat pulang, bakul-bakul tersebut akan diisi kue-kue khas masyarakat Semende seperti juada teloe (sejenis bolu dari telur), juada basa, culik gigi, serta dilengkapi dengan nasi dan lauk.
Suku Semende mengandalkan gotong royong warga sekitar, termasuk dalam persiapan makanan tamu pada hari prosesi. Warga akan memasak kemudian makan bersama. Makanan akan dihidangkan membentuk persegi panjang. Hidangan terdiri dari dua jenis yakni hidangan kue-kue dan hidangan nasi serta lauk-pauknya. Para bapak akan menikmati hidangan terlebih dahulu, kemudian disusul para ibu.
Di Suku Semende, seorang mempelai pria dan wanita diibaratkan bak raja dan ratu. Mereka akan dihiasi dengan pakaian pengantin khas Sumatera Selatan. Mereka akan dijunjung (diusung) oleh bapak-bapak mengelilingi desa.
Foto: brisik.id/mega ocktaviyah
Kayu yang digunakan sebagai alat pengusung (yang menjadi tempat duduk para mempelai) dihias sedemikian rupa agar terlihat cantik. Hiasan dapat berupa buang-bunga dan kain warna-warni. Tak hanya pihak keluarga dari kedua mempelai saja, tetapi hampir seluruh warga sekitar akan turut menyaksikan prosesi tersebut.
Para warga akan mengikuti kedua raja dan ratu tersebut dari belakang. Proses mengelilingi desa dilakukan dengan berjalan kaki secara lambat dan diiringi nyanyian khusus masyarakat Semende. Setelah berjalan beberapa menit, akan dihadirkan pertunjukan kuntau (sejenis pencak silat). Pertunjukan ini menjadi salah satu hal yang paling ditunggu warga karena umumnya hanya dipertunjukkan setiap prosesi arak-arakan perkawinan saja.
Proses-proses tersebut menjadi hal yang krusial bagi masyarakat Semende. Suatu pernikahan akan dianggap lebih meriah dan menarik perhatian pengunjung jika menggunakan berbagai proses tersebut.
Suku Semende bertempat tinggal di desa yang tergabung dalam satu Kecamatan Semende. Wilayah Semende sendiri terbagi ke dalam tiga kecamatan, yakni Semende Darat Ulu, Semende Darat Tengah, dan Semende Darat Laut.
Artikel ini ditulis oleh Mega Ocktaviyah