Berharap Dapat Keturunan Lewat Tradisi Baayun Maulud

Lifestyle 23 Oktober 2020

anak kalsel banjarmasin banjar suku maulud baayun budaya

Foto: instagram.com/diskominfo.mckalselprov


Kehadiran anak dalam suatu pernikahan memang menjadi salah satu hal yang paling ditunggu. Apalagi tidak semua pasangan akan langsung dianugerahi seorang anak begitu melangsungkan pernikahan. Kehadiran seorang anak di tengah-tengah mereka sungguh dinanti-nantikan, bahkan tidak jarang dengan rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit jumlahnya demi dianugerahi buah hati.

Maka dari itu, jika sudah mendapat rezeki dengan kehadiran anak, orangtua akan melakukan berbagai macam acara khusus untuk menyambutnya. Entah itu hanya sebagai acara syukuran, melaksanakan aqiqah, atau jika dalam tradisi masyarakat suku Banjar, mengikutsertakan buah hati mereka dalam acara Baayun Maulud.


Foto: instagram.com/galeribanjarmasin

Sebenarnya tidak ada syarat khusus untuk mengikuti acara ini. Siapa saja boleh mendaftarkan anak mereka dan tidak diwajibkan bagi seluruh anak suku Banjar. Bagi yang hendak berpartisipasi, harus menyerahkan syarat upacara berupa piduduk. Piduduk ini berupa 3,5 liter beras, 1 gula merah, garam untuk anak laki-laki, dan sedikit garam ditambah minyak goreng untuk anak perempuan.

Baayun maulud berasal dari bahasa Banjar, yaitu Baayun yang artinya ayunan, serta Maulud yang berarti maulid atau hari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Sehingga jika diterjemahkan, Baayun Maulud berarti kegiatan mengayun anak di hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Kegiatan yang dilakukan dalam baayun maulud ini yaitu mengayun anak-anak sambil membacakan syair Maulid. Pada umumnya, kegiatan ini dilaksanakan 12 Rabiul Awal, bertepatan pada saat Maulid Nabi Muhammad SAW.


Foto: instagram.com/polres_banjarbaru

Dalam pelaksanaannya, Baayun Maulud menggunakan kain sarung wanita atau yang biasa disebut tapih bahalai. Kemudian, dua ujungnya diikat. Kain ini terdiri dari tiga lapis, dimana kain teratasnya adalah kain sasirangan.

Selain itu, ayunannya dihias sedemikian rupa dengan daun pohon nipah, pohon kelapa, buah pisang, dan berbagai macam kue tradisional seperti kue cucur dan kue cincin.



Sebenarnya tradisi ini sudah ada bahkan sebelum agama Islam masuk ke Kalimantan Selatan. Akan tetapi, begitu agama Islam masuk, tradisi ini sedikit dimasukkan unsur keagamaan. Sehingga terjadilah perpaduan antara budaya Islam dan kepercayaan nenek moyang.

Meski Baayun Maulud dilaksanakan di berbagai tempat, konon tradisi ini bermula di Kabupaten Tapin yang kemudian terus berkembang hingga dilaksanakan di seluruh daerah di Kalimantan Selatan.


Foto: instagram.com/polres_banjarbaru

Salah satu tempat yang paling sering melaksanakannya adalah di daerah Kuin Utara, Banjarmasin Utara. Tepatnya di salah satu masjid bersejarah di Banjarmasin yakni Masjid Sultan Suriansyah.

Jika Teman Brisik hendak mengetahui bagaimana ramainya pelaksanaan Baayun Maulud, dari pusat Kota Banjarmasin hanya perlu melakukan perjalanan darat sejauh kurang lebih 5 KM ke arah utara dan belok ke kiri usai menuruni sebuah jembatan.

Daerah yang baru saja dimasuki itu adalah Jalan Pangeran. Hanya perlu terus menelusurinya sekitar kurang dari 7 menit, Teman Brisik akan disambut oleh bangunan Masjid Sultan Suriansyah.

Tempat lain yang juga sering melaksanakan Baayun Maulud adalah Masjid Jami di Jalan Teluk Dalam, Banjarmasin dan Masjid Al-Mukarramah di Desa Banua Halat Kiri, Kabupaten Tapin.

Selain mereka yang telah memiliki anak, Baayun Maulud juga kerap dihadiri oleh kaum ibu yang telah lama menikah namun belum dikaruniai keturunan. Dengan menghadiri Baayun Maulud ini, mereka berharap dapat segera memiliki keturunan dan mengikuti Baayun Maulud di tahun berikutnya.
Artikel ini ditulis oleh Tirameashu

anak kalsel banjarmasin banjar suku maulud baayun budaya

Berita Terkait

Berita Video