Foto: brisik.id/Gadis Noer Hadianty
Keindahan dari Sanghyang Heleut dan Sanghyang Tikoro yangberada di kawasan Waduk Saguling, Rajamandala mulai dikenal luas dikalangan para wisatawan yang berlibur ke Bandung. Keberadaan danau-danau purba tersebut memiliki suasana sangat alami lantaran belum banyak terjamah.
Namun siapa sangka, tak jauh dari lokasi Sanghyang Heleut terdapat satu lagi destinasi purbakala yang lokasinya cukup tersembunyi. Namanya Sanghyang Poek. Keindahan bebatuan di goa ini terjadi secara alami. Poek berasal dari bahasa sunda yang berarti gelap. Memang, begitu memasuki goa, benar-benar gelap tidak ada penerangan.
Goa Poek termasuk ke dalam jenis goa karst, yang mana material dinding goa merupakan batuan gamping yang sudah melalui proses pelarutan. Saat masuk dan menyusurinya, goa ini ini memiliki kondisi jalur lumayan pendek dan cukup lembab. Di dalamnya, pengunjung dapat menyaksikan batuan stalaktit menggantung di langit goa.
Foto: brisik.Id/Gadis Noer Hadianty
Di pinggir Sanghyang Poek terdapat aliran sungai Citarum Purba yang dipenuhi hamparan bebatuan besar. Debit aliran air di sungainya tidak terlalu deras, sehingga bisa untuk bersantai sejenak dan bermain.
Untuk mengeksplore setiap sudut Sanghyang Poek, pengunjung perlu menapaki satu persatu bebatuan besar di sungai. Kondisi sekeliling terasa sepi dan tenang. Rasanya nyaman sekali merendam kaki dan bermain air di sungai.
Untuk mencapai Sanghyang Poek, sebenarnya dulu terdapat sebuah pos retribusi yang berada tak jauh dari Kantor PLTA Saguling. Namun kini tempatnya sudah tutup. Meski begitu, pengunjung masih bisa datang dengan memulai perjalanan dari pos retribusi yang sama dengan Sanghyang Heleut. Sebab, satu-satunya jalur resmi menuju Sanghyang Poek adalah dengan mengambil jalur menuju Sanghyang Heleut.
Foto: brisik.Id/Gadis Noer Hadianty
Patokan untuk menuju lokasi ini adalah setelah menyebrangi aliran sungai cukup besar, akan menemukan sebuah warung kecil satu-satunya di tengah hutan selama perjalanan. Di sini pengunjung akan melihat papan petunjuk bertuliskan Sanghyang Poek yang mengarahkan ke sebelah kanan jalan dengan turunan yang cukup curam.
Tiket Masuk & Fasilitas di Sanghyang Poek
Dengan harga tiket Rp25.000 per orang sudah termasuk parkir, pengunjung sudah bisa masuk sekaligus ke dua tempat yaitu Sanghyang Heleut dan Sanghyang Poek. Jika fasilitas di Sanghyang Heleut sudah cukup baik, berbeda dengan di Sanghyang Poek. Luas kompleks Sanghyang Poek tidak terlalu besar, sehingga tidak disediakan fasilitas seperti kamar mandi atau warung kecil. Namun, pengunjung tak jarang menemukan warga membawa dagangan berkeliling Sanghyang Poek.
Foto: brisik.Id/Gadis Noer Hadianty
Rute dan Akomodasi Menuju Sanghyang Poek
Berada di kawasan PLTA Saguling, arahkan kendaraan dari Kota Bandung menuju Tol Paster untuk keluar di Tol Padalarang. Jika membawa motor, bisa melewati jalur Bandung - Cimahi - Padalarang. Lanjut berkendara ke arah Cipatat hingga tiba di Rajamandala. Waktu tempuhnya sekitar 1 - 1.5 jam perjalanan.
Gapura besar PLTA Waduk Saguling berada di sebelah kanan jalan menjadi pintu masuk utama. Di sini, kondisi jalannya tidak terlalu mulus dan banyak lubang. Teruskan perjalanan sampai akhirnya menemukan sebuah pos jaga dengan tiang portal. Ijin saja kepada petugas, nanti akan dibukakan akses jalannya menuju kawasan PLTA.
Di tengah perjalanan, pengunjung akan menemukan dua cabang jalan. Jalur lurus merupakan arah ke Waduk Saguling, dan jalur belok kanan arah menuju Sanghyang Poek. Tak jauh dari sini, ambil belok kan ke arah kiri. Kondisi jalannya pun sudah bukan aspal, melainkan pasir-pasir halus. Tak jauh setelah melewati kantor utama PLTA Saguling, pengunjung akan menemukan pos retribusi resmi menuju Sanghyang Poek dan Heleut di pinggir kanan jalan.
Sementara itu, penginapan terdekat ada di Padalarang. Silakan bermalam di Mason Pine Hotel yang berada di Kota Baru Parahyangan seharga Rp700.000 per malam. Hotel ini memiliki konsep elegan dan suasana kolonial pada bangunannya. Dari hotel hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk tiba ke Rajamandala.
Namun siapa sangka, tak jauh dari lokasi Sanghyang Heleut terdapat satu lagi destinasi purbakala yang lokasinya cukup tersembunyi. Namanya Sanghyang Poek. Keindahan bebatuan di goa ini terjadi secara alami. Poek berasal dari bahasa sunda yang berarti gelap. Memang, begitu memasuki goa, benar-benar gelap tidak ada penerangan.
Goa Poek termasuk ke dalam jenis goa karst, yang mana material dinding goa merupakan batuan gamping yang sudah melalui proses pelarutan. Saat masuk dan menyusurinya, goa ini ini memiliki kondisi jalur lumayan pendek dan cukup lembab. Di dalamnya, pengunjung dapat menyaksikan batuan stalaktit menggantung di langit goa.
Foto: brisik.Id/Gadis Noer Hadianty
Di pinggir Sanghyang Poek terdapat aliran sungai Citarum Purba yang dipenuhi hamparan bebatuan besar. Debit aliran air di sungainya tidak terlalu deras, sehingga bisa untuk bersantai sejenak dan bermain.
Untuk mengeksplore setiap sudut Sanghyang Poek, pengunjung perlu menapaki satu persatu bebatuan besar di sungai. Kondisi sekeliling terasa sepi dan tenang. Rasanya nyaman sekali merendam kaki dan bermain air di sungai.
Untuk mencapai Sanghyang Poek, sebenarnya dulu terdapat sebuah pos retribusi yang berada tak jauh dari Kantor PLTA Saguling. Namun kini tempatnya sudah tutup. Meski begitu, pengunjung masih bisa datang dengan memulai perjalanan dari pos retribusi yang sama dengan Sanghyang Heleut. Sebab, satu-satunya jalur resmi menuju Sanghyang Poek adalah dengan mengambil jalur menuju Sanghyang Heleut.
Foto: brisik.Id/Gadis Noer Hadianty
Patokan untuk menuju lokasi ini adalah setelah menyebrangi aliran sungai cukup besar, akan menemukan sebuah warung kecil satu-satunya di tengah hutan selama perjalanan. Di sini pengunjung akan melihat papan petunjuk bertuliskan Sanghyang Poek yang mengarahkan ke sebelah kanan jalan dengan turunan yang cukup curam.
Tiket Masuk & Fasilitas di Sanghyang Poek
Dengan harga tiket Rp25.000 per orang sudah termasuk parkir, pengunjung sudah bisa masuk sekaligus ke dua tempat yaitu Sanghyang Heleut dan Sanghyang Poek. Jika fasilitas di Sanghyang Heleut sudah cukup baik, berbeda dengan di Sanghyang Poek. Luas kompleks Sanghyang Poek tidak terlalu besar, sehingga tidak disediakan fasilitas seperti kamar mandi atau warung kecil. Namun, pengunjung tak jarang menemukan warga membawa dagangan berkeliling Sanghyang Poek.
Foto: brisik.Id/Gadis Noer Hadianty
Rute dan Akomodasi Menuju Sanghyang Poek
Berada di kawasan PLTA Saguling, arahkan kendaraan dari Kota Bandung menuju Tol Paster untuk keluar di Tol Padalarang. Jika membawa motor, bisa melewati jalur Bandung - Cimahi - Padalarang. Lanjut berkendara ke arah Cipatat hingga tiba di Rajamandala. Waktu tempuhnya sekitar 1 - 1.5 jam perjalanan.
Gapura besar PLTA Waduk Saguling berada di sebelah kanan jalan menjadi pintu masuk utama. Di sini, kondisi jalannya tidak terlalu mulus dan banyak lubang. Teruskan perjalanan sampai akhirnya menemukan sebuah pos jaga dengan tiang portal. Ijin saja kepada petugas, nanti akan dibukakan akses jalannya menuju kawasan PLTA.
Di tengah perjalanan, pengunjung akan menemukan dua cabang jalan. Jalur lurus merupakan arah ke Waduk Saguling, dan jalur belok kanan arah menuju Sanghyang Poek. Tak jauh dari sini, ambil belok kan ke arah kiri. Kondisi jalannya pun sudah bukan aspal, melainkan pasir-pasir halus. Tak jauh setelah melewati kantor utama PLTA Saguling, pengunjung akan menemukan pos retribusi resmi menuju Sanghyang Poek dan Heleut di pinggir kanan jalan.
Sementara itu, penginapan terdekat ada di Padalarang. Silakan bermalam di Mason Pine Hotel yang berada di Kota Baru Parahyangan seharga Rp700.000 per malam. Hotel ini memiliki konsep elegan dan suasana kolonial pada bangunannya. Dari hotel hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk tiba ke Rajamandala.
Artikel ini ditulis oleh Gadis Noer Hadianty