Kuliner Khas dalam Tradisi Adat Menre Bola Baru di Bugis
Lifestyle 22 Desember 2020bugis makanan traditional tradisi adat sulawesi selatan kue tradisional bugis manre bola baru
Menre Bola Baru adalah sebuah tradisi adat masyarakat suku bugis yang masih dilestarikan di beberapa daerah, terkhusus di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Tradisi ini berupa upacara adat rumah panggung masyarakat bugis. Berbeda dengan rumah modern pada umumnya, rumah panggung adat bugis ini memiliki beberapa tahapan pembangunan dan pada setiap tahapannya memiliki tradisinya masing-masing.
Acara adat pada fase awal pembangunan disebut Makkarawa Bola, upacara adat yang dilakukan untuk memohon restu kepada Tuhan sebelum dimulainya tahap pengerjaan bahan-bahan rumah. Selanjutnya adalah Mattolo, yakni merangkai kerangka rumah di lokasi tanah yang akan dibangun.
Pada tahap ini juga dilakukan mabbarasanji dan maddoja rateng (begadang di lokasi bakal rumah). Tahapan ini dimaksudkan untuk meminta kelancaran dan keberkahan rumah yang akan dibangun. Salah satu tujuan dari maddoja rateng/begadang adalah memastikan tidak ada anjing yang melangkahi tanah rumah, sebab hal ini merupakan pamali/ hal yang dihindari karena dipercaya membawa dampak buruk.
Foto: instagram/@itell
Acara adat ketiga adalah mappatettong bola (mendirikan rumah) dan terakhir pada saat rumah sudah siap dihuni yakni Menre Bola Baru atau biasa disebut Maccera Bola di sebagian daerah bugis lain.
Menre bola dalam beberapa kepercayaan diadakan sebanyak dua kali, dengan satu upacara besar dan satu upacara kecil. Pada acara ini, pemilik rumah akan mengundang tetangga-tetangga beserta keluarganya untuk turut mendoakan keberkahan rumah yang akan mereka tempati. Tentu acara ini tidak lepas dari serangkaian penganan khas bugis yang manis dan lezat, seperti jompo-jompo, suwella, onde-onde, dan nennu’-nennu’.
Tahukan kamu, keempat penganan khas bugis ini dapat di buat dengan mudah namun memiliki filosofinya tersendiri. Panganan pertama adalah Suwella atau dikenal juga dengan Sawalla merupakan kue tradisional bugis yang terbuat dari tepung ketan, kelapa parut, gula merah, dan air. Penganan bertekstur kenyal dengan balutan gula merah di luarnya ini, diambil dari kata bugi "mawella", dengan harapan selalu berkecukupan.
Foto : brisik.id/nawajamil
Penganan kedua onde-onde, penganan yang sudah cukup terkenal di masyarakat Sulawesi. Penganan ini terbuat dari tepung ketan yang diberi warna hijau, lalu diisi dengan gula merah. Setelah direbus sampai matang, onde-onde akan dibaluri dengan kelapa parut. Teksturnya yang kenyal, rasa manis dari gula merah yang meleleh, serta gurih kelapa parut menjadikan penganan ini begitu sering dicari.
Filosifis yang mendalam terdapat dalam proses memasak onde-onde ini. Onde-onde yang naik ke permukaan air setelah matang memiliki arti pengharapan bagi pemilik rumah untuk selalu naik ke permukaan, atau sukses dalam usahanya.
Foto: instagram/@citrahendrawijaya
Nennu’-nennu’ adalah penganan selanjutnya. Kue yang juga dikenal dengan nama bannang-bannang di Makassar ini, dibuat menggunakan gula merah, beras putih yang sudah ditumbuk, dan minyak goreng. Nennu’-nennu’ berasal dari bahasa bugis ‘mannenngungeng’ yang berarti harapan.
Penganan terakhir adalah jompo-jompo, untuk membuat panganan ini bahan-bahan yang diperlukan adalah tepung beras, tepung terigu, gula merah, dan air kelapa. Bentuk kue dengan bentuk bundar dan warna kemerahan ini diambil dari kata ‘mompo’ yang berarti muncul, dengan harapan segala sesuatu yang muncul selalu bersifat kebaikan.
Foto: https://pakarkuebasah.wordpress.com/
Indonesia memang kaya akan budaya dan kuliner khas di tiap daerahnya. Ditengah modernisasi saat ini, penting untuk tetap menghargai dan melestarikan warisan budaya kita, salah satunya dengan mempelajari niat-niat baik yang tertanam di dalamnya.
Tentunya sebagai generasi muda penerus bangsa kita tetap harus menjaga tradisi adat istiadat kita juga yah ^^
bugis makanan traditional tradisi adat sulawesi selatan kue tradisional bugis manre bola baru