Indonesia memiliki keragaman yang bersatu padu dengan indah. Beragam budaya menjadi ciri khas Indonesia yang membuat negeri ini berbeda dengan negara lainnya. Salah satu budaya dari ribuan budaya yang ada di Indonesia adalah Budaya Yaa Qowiyyu. Yaa Qowiyyu merupakan tradisi tahunan di Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kemeriahan budaya ini terasa dari serangkaian tradisi yang dilakukan pada Bulan Sapar menurut penanggalan Jawa. Berbagai pawai akan menyemarakkan tradisi ini.
Pawai Festival Yaa Qowiyyu menampilkan berbagai kesenian tradisional seperti reog dan ondel-ondel. Selain itu pawai ini juga dimeriahkan oleh berbagai pelajar dan komunitas di Kecamatan Jatinom. Mereka menampilkan beragam aksi mulai dari marching band, tari tradisional, seni bela diri, dan masih banyak lainnya. Selain pawai festival ada pula pasar malam yang terletak di alun-alun kecil Kecamatan Jatinom. Puncak dari budaya Yaa Qowiyyu adalah Sebaran Apem atau dalam bahasa Indonesia artinya menyebar apem.
Apem adalah makanan tradisional yang berbahan utama tepung, gula, telur, air, dan kelapa. Tak jarang, ada juga yang menambahkan buah nangka pada apem buatannya. Kue ini memiliki tekstur yang lembut pada bagian dalam dan apabila masih hangat atau baru di buat bagian luar apem akan terasa renyah. Kue ini memiliki bentuk yang mirip dengan makanan Jepang, dorayaki.
Menurut sejarah dari penuturan masyarakat setempat, dulunya apem merupakan sebuah makanan yang dibuat oleh tokoh pemuka agama di Kecamatan Jatinom, yaitu Kiai Ageng Gribig. Menurut salah satu versi kisah dari masyarakat setempat, pada zaman dahulu Kiai Ageng Gribig menempuh ibadah haji dan membawa oleh-oleh berupa kue. Namun, kue yang dibawa jumlahnya sedikit sehingga tidak cukup untuk dibagi-bagikan.
Akhirnya beliau membuat sendiri tiruan kue tersebut dan membagikannya kepada masyarakat dengan cara disebar karena masyarakat yang menginginkan kue tersebut banyak jumlahnya. Peristiwa itulah yang menjadi cikal bakal tradisi Sebaran Apem.
Praktik menyebar kue apem hingga kini masih terus dilestarikan oleh warga Kecamatan Jatinom melalui tradisi Sebaran Apem. Tradisi ini merupakan puncak dari rangkaian budaya Yaa Qowiyyu. Lebih dari satu ton apem disebar pada tradisi Sebaran Apem. Sebaran apem selalu dilakukan pada siang hari tidak memandang cuaca terik maupun hujan. Selain itu, tradisi Sebaran Apem selalu dilakukan di satu tempat yang sama yaitu di sebuah tanah lapang samping makam Kiai Ageng Gribig.
foto : https://klatenkab.go.id/
Sebelum Sebaran Apem dilaksanakan, apem-apem akan disusun menjadi beberapa gunungan. Gunungan apem ini diarak dalam rangkaian festival Yaa Qowiyyu sebelum disimpan di pendopo dekat makam Kiai Ageng Gribig.
Apem-apem yang akan disebar dalam Sebaran Apem diberikan doa-doa terlebih dahulu. Kemudian, gunungan apem dibawa menuju lokasi penyebaran apem. Apem-apem itu disebar dari dua menara tinggi di lokasi tersebut. Biasanya penyebaran apem dilakukan oleh tokoh-tokoh serta pejabat setempat.
Foto : https://klatenkab.go.id/
Antusias warga untuk memeriahkan budaya ini sangat besar. Yaa Qowiyyu tak pernah sepi dari kunjungan warga, baik dari Kecamatan Jatinom maupun daerah lainnya. Ribuan orang dari berbagai daerah datang ke Jatinom untuk menikmati budaya Yaa Qowiyyu, terutama tradisi Sebaran Apem. Beberapa masyarakat percaya bahwa apem yang disebar memiliki manfaat tertentu seperti dapat mendatangkan rezeki, memberikan kesehatan, untuk menolak bala, dan lain lain. Namun, ada juga masyarakat yang datang karena hanya ingin merasakan kemeriahan tradisi ini saja.