Belajar Sejarah Kain Nusantara di Museum Tekstil

Food & Travel 19 Januari 2021

museum jakarta travel tekstil batik sejarah edukasi

Foto: Brisik.id/Maulinia


Gedung Museum Tekstil berusia lebih dari 100 tahun. Datang ke tempat ini, kita bisa menikmati arsitekturnya yang bersejarah khas masa kejayaan Batavia. Seperti umumnya rumah-rumah peristirahatan pada masa itu, bangunan dibuat satu lantai namun memiliki atap yang tinggi sehingga terasa hangat pada saat dingin dan terasa sejuk pada saat panas. Lantainya dibuat dari ubin yang bercorak, terutama motif bunga. Mengingatkan kita pada lantai-lantai "pension" Sevilla dan Cordoba. Di Negri Matador itu, setiap lantai dirancang secantik mungkin layaknya permadani yang selalu terhampar menyambut tamu.

Ada dua tipe jendela bangunan Museum Tekstil. Jendela kayu dengan partisi penyaring debu yang umum kita lihat pada rumah-rumah Melayu serta jendela dengan kaca patri yang indah layaknya di katedral. Keseluruhan tempat ini merupakan kompleks bangunan rumah. Dengan halaman luas di depan rumah utama. Dikelilingi oleh rumah-rumah kecil dan taman pribadi dengan air mancur di tengahnya.

Bangunan Bersejarah 

Awalnya ini adalah rumah pribadi warga Prancis yang tinggal di Batavia pada abad ke-19. Tempat ini kemudian dibeli oleh warga Turki bernama Abdul Azis Almussawi Al Katiri yang saat itu menjabat sebagai konsul. Pada tahun 1942, bangun ini dijual kepada warga Belanda bernama Dr. Karel Christian Cruq. 

Perlu diingat bahwa penduduk Batavia pada saat itu sebagian besarnya adalah pendatang. Hanya ada sedikit pribumi sehingga wajar bahwa bangunan indah ini selama puluhan tahun tidak pernah dimiliki warga Betawi. Bangunan ini pernah menjadi markas Barisan Keamanan Rakyat (BKR) dan tahun 1947 didiami oleh etnis Tionghoa, Lie Sion Pin.

Begitu luas bangunan ini, sehingga Lie Sion Pin menyewakannya kepada Pemerintah Indonesia yang saat itu baru berdiri. Gedung ini kemudian dibeli secara utuh oleh Departemen Sosial pada 1952. Pada tahun 1972, tempat ini ditetapkan sebagai bangunan bersejarah yang dilindungi oleh undang-undang monumen (monumenten ordonantie). Pada tahun 1975, diserahkan kepada Pemda DKI dan menjadi Museum Tekstil pada tahun 1976.


Foto : Brisik.id/Maulinia

Museum Tekstil didirikan atas kekhawatiran bahwa masuknya tekstil modern akan menggeser tekstil tradisional Nusantara. Sehingga sejarah dan keragaman tekstil-tekstil Nusantara harus disimpan dalam sebuah museum yang terjaga.

Gedung Pameran Utama

Pada Gedung Pameran Utama, teman brisik tidak akan melihat tekstil modern. Tempat ini menyimpan khusus tekstil lokal dari setiap daerah. Sebagian adalah batik dan lainnya adalah sulam. Dengan keanekaragaman corak yang dipengaruhi budaya lokal.

Di tempat ini, teman brisik juga bisa melihat koleksi kaligrafi bersejarah. Kain kaligrafi ini aslinya umbul-umbul Keraton Kanoman Cirebon pada abad ke-18. Umbul-umbul yang ditulis dalam huruf arab ini kemudian dikirim kepada penguasa Mangkunegaran di Solo yang pada saat itu sedang sakit keras untuk dijadikan selimut. Umbul-umbul ini menjadi koleksi tertua di Museum Tekstil.


Foto : Brisik.id/Maulinia

Galeri Batik    

Tempat ini didirikan untuk menampung partisipasi masyarakat yang ingin mengembangkan tekstil kontemporer yang berkembang di Indonesia, terutama batik. Pada gedung ini, ada informasi audio visual mengenai sejarah batik dan pemanfaatannya. Dipamerkan aneka motif batik yang indah dan beraneka ragam.

Memasuki gedung ini, kita akan menyadari betapa luasnya kreativitas anak bangsa dalam berkarya. Tidak kalah dengan motif-motif tekstil modern dari luar.


Foto : Brisik.id/Maulinia



Pendopo Batik

Di bagian paling belakang kompleks ada pendopo kayu. Kita bisa belajar membatik dengan harga sangat murah. Untuk pelajaran batik dasar selama dua jam, kita hanya perlu membayar Rp 35.000.- untuk wisatawan lokal dan Rp 75.000.- untuk wisatawan mancanegara. Hasil membatik boleh dibawa pulang.

Selain belajar dasar-dasar membatik, kita juga bisa ikut kelas intensif hingga mahir. Bisa datang berkali-kali hingga benar-benar menguasai. Biaya pendidikan Rp 200.000,- untuk bimbingan membuat batik dengan kain berukuran besar.


Foto : Brisik.id/Maulinia

Fasilitas Lainnya

Di museum, ada toko yang menjual aneka produk batik, tekstil tradisional, maupun aplikasi. Ada pakaian anak dan dewasa, tas, boneka, topi, rok, selendang yang cantik, dan lainnya. Semua dibuat oleh pengrajin lokal. Lelah melihat koleksi museum, kalian bisa memanjakan diri sesaat menikmati hidangan di kantin yang bersih dan nyaman.

Di tempat ini tersedia toilet yang bersih serta musholla. Pohon-pohonnya rimbun dan kita bisa bersantai di taman. Pada acara khusus, pengunjung dapat menonton di auditorium. Sementara bagian belakang museum adalah area khusus staf tempat penyimpanan dan perawatan koleksi kain.


Foto : Brisik.id/Maulinia

Tiket dan Jam Operasional

Museum Tekstil buka hari Selasa – Minggu pada pukul 09.00 hingga 16.00 WIB.  Harga tiket perorangan umum Rp5.000.-, pelajar/mahasiswa Rp3.000.-, dan anak Rp2.000.-. Harga tiket rombongan (lebih dari 30 orang) umum Rp3.740.-, pelajar/mahasiswa Rp2.250.-, dan anak Rp1.500.-

Museum Tekstil berada sangat dekat dengan pusat perkulakan tekstil Indonesia, Tanah Abang. Berada di Jl. Ks. Tubun No. 2-4, Kota Bambu Selatan, Palmerah, Jakarta Barat, DKI Jakarta. Mudah dicapai dengan mobil pribadi maupun angkutan umum. Menggunakan KRL dari Stasiun Tanah Abang, busway, metromini, maupun angkot. Perjanjian untuk rombongan besar, study tour, maupun acara belajar batik bersama dapat menghubungi (021) 5606613.    

Penginapan Terdekat

Sangat berdekatan dengan Museum Tekstil adalah Hotel Alma. Hanya berjarak 1 menit jalan kaki dan akan sampai di tujuan. Ini adalah hotel berbintang 2 dengan interior dan pelayanan yang nyaman seperti di rumah. Tersedia internet gratis dan parkir yang aman. Harga inap mulai Rp 197.000.- per malam. Beralamat di Jl. Ks. Tubun No.10A, Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Barat, DKI Jakarta. Info dan pemesanan dapat melalui website alma-hotel.com.
Artikel ini ditulis oleh Maulinia

museum jakarta travel tekstil batik sejarah edukasi

Berita Terkait

Voucher Rekomendasi

Berita Video