Foto: brisik.id/Giovanni Alvita Diera
Wayang orang adalah sebuah pagelaran yang sudah ada sejak zaman kerajaan Mataram. Bila Solo terkenal dengan pertunjukan wayang orang di Taman Sriwedari, Semarang pun memiliki pertunjukkan Wayang Orang Ngesti Pandawa.
Pada mulanya, wayang orang hanya terdapat dalam lingkungan keraton atau istana kerajaan saja. Karenanya, pertunjukan hanya dapat dinikmati oleh golongan bangsawan saja. Namun setelah masa pemerintahan Mangkunegara IV berakhir, pertunjukan seni ini mulai dikenal dan bisa dinikmati oleh masyarakat luas.
Pada era pergerakan nasional, lahirlah golongan-golongan pemuda, salah satunya Jong Java. Jong Java memiliki inisiatif untuk mendirikan suatu organisasi kesenian termasuk tari dan gamelan di luar tembok istana. Salah satu organisasi kesenian yang bersifat profesional adalah wayang orang.
Pada mulanya, wayang orang hanya terdapat dalam lingkungan keraton atau istana kerajaan saja. Karenanya, pertunjukan hanya dapat dinikmati oleh golongan bangsawan saja. Namun setelah masa pemerintahan Mangkunegara IV berakhir, pertunjukan seni ini mulai dikenal dan bisa dinikmati oleh masyarakat luas.
Pada era pergerakan nasional, lahirlah golongan-golongan pemuda, salah satunya Jong Java. Jong Java memiliki inisiatif untuk mendirikan suatu organisasi kesenian termasuk tari dan gamelan di luar tembok istana. Salah satu organisasi kesenian yang bersifat profesional adalah wayang orang.
Foto: brisik.id//Giovanni Alvita Diera
Satu Tekad
Wayang Orang Ngesti Pandowo didirikan pada 1 Juli 1937 di Madiun, Jawa Timur. Perkumpulan kesenian ini didirikan oleh Sastro Sabdho bersama beberapa orang lainnya yaitu Sastro Sudirdjo, Narto Sabdo, Darso Sabdo, dan Kusni.
Nama Ngesti Pandowo juga memiliki makna mendalam. Ngesti artinya tekad jadi satu, Pandowo artinya lima. Ngesti Pandowo mempunyai makna satu tekad dari para pendiri perkumpulan itu yang sudah disebut di atas dalam melestarikan seni pertunjukan tradisional, khususnya wayang orang. Hal ini juga dianggap sebagai wujud refleksi diri para pendiri Ngesti Pandowo seperti tokoh pewayangan Pandawa Lima yang terdiri dari Puntadewa, Werkudara, Janaka, Nakula dan Sadewa.
Sejak awal berdiri, Ngesti Pandowo sudah disukai oleh banyak orang. Tidak hanya kalangan masyarakat pribumi (Jawa) tetapi juga non pribumi (Belanda) pun ikut menyukai seni pertunjukan tersebut. Pertama kali Wayang Orang Ngesti Pandawa diadakan di pasar malam di Maospati sebuah wilayah di Kabupaten Madiun.
Pada tahun 1949, Ngesti Pandowo akhirnya sampai di Kota Semarang. Di kota ini, Ngesti Pandowo akhirnya mencapai puncak kejayaannya. Walikota Semarang saat itu meminta Ngesti Pandowo untuk tetap berada di Kota Semarang hingga akhirnya Wayang Orang Ngesti Pandowo dibuatkan gedung pertunjukan sendiri di kompleks GRIS. Namun saat ini telah dipindahkan ke Taman Budaya Raden Saleh.
Satu Tekad
Wayang Orang Ngesti Pandowo didirikan pada 1 Juli 1937 di Madiun, Jawa Timur. Perkumpulan kesenian ini didirikan oleh Sastro Sabdho bersama beberapa orang lainnya yaitu Sastro Sudirdjo, Narto Sabdo, Darso Sabdo, dan Kusni.
Nama Ngesti Pandowo juga memiliki makna mendalam. Ngesti artinya tekad jadi satu, Pandowo artinya lima. Ngesti Pandowo mempunyai makna satu tekad dari para pendiri perkumpulan itu yang sudah disebut di atas dalam melestarikan seni pertunjukan tradisional, khususnya wayang orang. Hal ini juga dianggap sebagai wujud refleksi diri para pendiri Ngesti Pandowo seperti tokoh pewayangan Pandawa Lima yang terdiri dari Puntadewa, Werkudara, Janaka, Nakula dan Sadewa.
Sejak awal berdiri, Ngesti Pandowo sudah disukai oleh banyak orang. Tidak hanya kalangan masyarakat pribumi (Jawa) tetapi juga non pribumi (Belanda) pun ikut menyukai seni pertunjukan tersebut. Pertama kali Wayang Orang Ngesti Pandawa diadakan di pasar malam di Maospati sebuah wilayah di Kabupaten Madiun.
Pada tahun 1949, Ngesti Pandowo akhirnya sampai di Kota Semarang. Di kota ini, Ngesti Pandowo akhirnya mencapai puncak kejayaannya. Walikota Semarang saat itu meminta Ngesti Pandowo untuk tetap berada di Kota Semarang hingga akhirnya Wayang Orang Ngesti Pandowo dibuatkan gedung pertunjukan sendiri di kompleks GRIS. Namun saat ini telah dipindahkan ke Taman Budaya Raden Saleh.
Foto: brisik.id//Giovanni Alvita Diera
Beradaptasi Dengan Teknologi Modern
Saat ini Wayang Orang Ngesti Pandowo masih eksis dan tetap bertahan di tengah maraknya hiburan-hiburan lainnya. Menonton wayang orang dapat menjadi sarana hiburan, dengan cerita-cerita fiktif dan legenda maupun gurauan jenaka dari para Punakawan.
Selain itu, menonton wayang orang bisa menjadi apresiasi diri, diartikan sebagai penghayatan atau penghargaan dan penilaian baik terhadap suatu karya seni. Kesenian tradisional yang berupa pertunjukan wayang orang dikatakan adi luhung karena bermutu tinggi dan mengandung nilai baik dan agung. Suatu kesenian tidak dapat menjadi tradisi jika tidak baik dan agung.
Hal-hal yang menarik dari Ngesti Pandowo bukan hanya dari ceritanya saja, namun latar panggung serta suasana yang diusung dari pertunjukan ini pun juga menarik. Seperti latar belakang panggung, tata rias dan gaya bahasa yang digunakan benar-benar membawa penonton masuk ke dalam cerita pewayangan.
Adapun kisah-kisah yang disajikan seperti Gatutkaca Lair, Srikandi Meguru Manah, Tahta Hastinapura, Gatutkaca Kembar loro, Parikesit Lair dan masih banyak lagi lainnya.
Selain itu, terdapat pula hiburan dari kelompok Punakawan. Kelompok ini terdiri dari Semar, Gareng, Petruk dan Bagong yang kerap kali melontarkan canda tawa. Penonton juga bisa meminta mereka menyanyikan sebuah lagu maupun tembang Jawa saat mereka tampil.
Ngesti Pandowo masih lekat mempertahankan budaya-budaya kuno, seperti musik yang murni dari alat musik tradisional Jawa. Di sisi lainnya, Ngesti Pandowo juga mulai beradaptasi dengan teknologi modern dengan mengandalkan proyektor untuk menampilkan narasi cerita, hal ini untuk mempermudah penonton memahami cerita. Meski beradaptasi dengan teknologi modern, perkumpulan wayang ini tidak menggantikan unsur-unsur pentingnya dengan teknologi modern.
Terkadang bila ada gabungan wayang orang dari Jakarta, Solo, Yogyakarta dan Semarang di pagelaran Ngesti Pandowo ini, hal ini menjadi sesuatu yang asyik untuk ditonton. Masyarakat akan selalu berekspektasi bahwa mereka akan menonton pertunjukkan wayang orang yang spektakuler. Biasanya, bila ada pertunjukan gabungan seperti ini, cerita yang dimainkan juga merupakan cerita besar, contohnya seperti Perang Baratayudha.
Beradaptasi Dengan Teknologi Modern
Saat ini Wayang Orang Ngesti Pandowo masih eksis dan tetap bertahan di tengah maraknya hiburan-hiburan lainnya. Menonton wayang orang dapat menjadi sarana hiburan, dengan cerita-cerita fiktif dan legenda maupun gurauan jenaka dari para Punakawan.
Selain itu, menonton wayang orang bisa menjadi apresiasi diri, diartikan sebagai penghayatan atau penghargaan dan penilaian baik terhadap suatu karya seni. Kesenian tradisional yang berupa pertunjukan wayang orang dikatakan adi luhung karena bermutu tinggi dan mengandung nilai baik dan agung. Suatu kesenian tidak dapat menjadi tradisi jika tidak baik dan agung.
Hal-hal yang menarik dari Ngesti Pandowo bukan hanya dari ceritanya saja, namun latar panggung serta suasana yang diusung dari pertunjukan ini pun juga menarik. Seperti latar belakang panggung, tata rias dan gaya bahasa yang digunakan benar-benar membawa penonton masuk ke dalam cerita pewayangan.
Adapun kisah-kisah yang disajikan seperti Gatutkaca Lair, Srikandi Meguru Manah, Tahta Hastinapura, Gatutkaca Kembar loro, Parikesit Lair dan masih banyak lagi lainnya.
Selain itu, terdapat pula hiburan dari kelompok Punakawan. Kelompok ini terdiri dari Semar, Gareng, Petruk dan Bagong yang kerap kali melontarkan canda tawa. Penonton juga bisa meminta mereka menyanyikan sebuah lagu maupun tembang Jawa saat mereka tampil.
Ngesti Pandowo masih lekat mempertahankan budaya-budaya kuno, seperti musik yang murni dari alat musik tradisional Jawa. Di sisi lainnya, Ngesti Pandowo juga mulai beradaptasi dengan teknologi modern dengan mengandalkan proyektor untuk menampilkan narasi cerita, hal ini untuk mempermudah penonton memahami cerita. Meski beradaptasi dengan teknologi modern, perkumpulan wayang ini tidak menggantikan unsur-unsur pentingnya dengan teknologi modern.
Terkadang bila ada gabungan wayang orang dari Jakarta, Solo, Yogyakarta dan Semarang di pagelaran Ngesti Pandowo ini, hal ini menjadi sesuatu yang asyik untuk ditonton. Masyarakat akan selalu berekspektasi bahwa mereka akan menonton pertunjukkan wayang orang yang spektakuler. Biasanya, bila ada pertunjukan gabungan seperti ini, cerita yang dimainkan juga merupakan cerita besar, contohnya seperti Perang Baratayudha.
Foto: brisik.id//Giovanni Alvita Diera
Teman Brisik dapat menonton pertunjukkan Wayang Orang Ngesti Pandowo setiap malam Minggu. Lokasi Gedung Ngesti Pandowo terletak di Jalan Sriwijaya No 29, Kota Semarang atau yang dikenal dengan Gedung Kebudayaan Taman Raden Saleh. Untuk menonton pertunjukan ini, hanya perlu merogoh kocek Rp30.000 per orang dan Teman Brisik dapat menikmati pertunjukan ini mulai pukul 20.00.
Berbagai macam kuliner tersedia di sekitar gedung. Jika mengincar tempat yang lebih nyaman, ada kafe terdekat dari gedung ini yakni LOT 28 Coffee n Bar dengan menu mulai dari Rp20.000-an. Selain kafe, hotel terdekat yakni Hotel Ibrahim Syariah dengan tarif mulai Rp225.000 per malam.
Untuk menuju ke sini, Teman Brisik dapat menaiki Bus TransSemarang dengan jalur atau rute dengan pemberhentian terdekat: Bis – C5, Bis – R12C. Turun di halte terdekat di jalan Sriwijaya dan hanya perlu berjalan kaki sebentar karena lokasi sangat dekat dengan halte.
Teman Brisik dapat menonton pertunjukkan Wayang Orang Ngesti Pandowo setiap malam Minggu. Lokasi Gedung Ngesti Pandowo terletak di Jalan Sriwijaya No 29, Kota Semarang atau yang dikenal dengan Gedung Kebudayaan Taman Raden Saleh. Untuk menonton pertunjukan ini, hanya perlu merogoh kocek Rp30.000 per orang dan Teman Brisik dapat menikmati pertunjukan ini mulai pukul 20.00.
Berbagai macam kuliner tersedia di sekitar gedung. Jika mengincar tempat yang lebih nyaman, ada kafe terdekat dari gedung ini yakni LOT 28 Coffee n Bar dengan menu mulai dari Rp20.000-an. Selain kafe, hotel terdekat yakni Hotel Ibrahim Syariah dengan tarif mulai Rp225.000 per malam.
Untuk menuju ke sini, Teman Brisik dapat menaiki Bus TransSemarang dengan jalur atau rute dengan pemberhentian terdekat: Bis – C5, Bis – R12C. Turun di halte terdekat di jalan Sriwijaya dan hanya perlu berjalan kaki sebentar karena lokasi sangat dekat dengan halte.
Artikel ini ditulis oleh Giovanni Alvita Diera