Foto: instagram.com/agunglilikprasetyo
Keindahan alam, panorama pepohonan hijau yang lebat, serta keunikan ornamennya membuat Geoforest Watu Payung semakin dipadati wisatawan. Teman Brisik pastinya sudah hafal, kalau di Gunungkidul banyak sekali tersedia gardu pandang dengan berbagai ciri khasnya, salah satu contohnya di Geoforest Watu Payung ini. Tak hanya memiliki spot yang fotogenik tetapi juga menjadi tempat terbaik untuk menikmati momen matahari terbit.
Keelokan fajar ditambah ornamen gardu pandang yang cantik membuat kita serasa sedang di negeri kahyangan. Keunikan dari tempat ini sebenarnya ada pada sebuah batu besar yang bentuknya menyerupai payung. Maka dari itu, nama Watu Payung sendiri diambil dari watu yang dalam bahasa Jawa disebut sebagai batu dan payung karena bentuknya yang seperti payung. Nama Geoforest Watu Payung sendiri terkenal karena banyak wisatawan yang membagikan momen saat berkunjung ke tempat ini di sosial medianya.
Foto: instagram.com/andriyanaef
Waktu terbaik untuk berkunjung ke tempat ini yakni pada bulan Mei, dimana pada bulan ini mengalami peralihan musim dari penghujan menjadi kemarau, yang otomatis membuat langit menjadi cerah dan matahari terbit semakin terlihat menawan.
Pepohonan di sekitarnya masih terlihat hijau dan segar, jadi semakin membuat pemandangan semakin cantik. Bagi pemburu momen matahari terbit, cocok banget jika destinasi ini masuk ke daftar liburan.
Objek wisata ini memiliki berbagai ornamen yang unik, yang cocok untuk dijadikan sebagai spot foto selfie. Para wisatawan dibuat takjub dengan hasil karya warga sekitar yang memiliki kreativitas tanpa batas. Mereka bisa membuat tempat yang semula hanya bukit tandus menjadi tempat yang cantik dan eksotis.
Foto: instagram.com/takim_jogja
Fasilitas yang tersedia di Geoforest Watu Payung ini sudah cukup memadai, ada gazebo, lahan parkir luas, musala, toilet, warung makan dan minum.
Harga tiket untuk masuk ke objek wisata ini cukup murah, hanya membayar Rp5.000 sudah termasuk biaya parkir motor. Murah bukan?
Watu Payung terletak di Dusun Turunan, Desa Girisuko, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul,Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jam bukanya setiap hari dari 05.00 - 18.00.
Foto: instagram.com/geoforestwatupayung
Rute untuk bisa mencapai objek wisata ini juga tidak terlalu sulit, karena sudah banyak penunjuk jalan serta akses jalan yang sudah direnovasi. Tetapi bagi yang belum kenal dengan jalanan di Gunungkidul maka perlu berhati – hati karena akan banyak melewati jalan turunan dan tanjakan yang curam.
Jarak tempuh dari pusat Kota Yogyakarta menuju ke Watu Payung sekitar 27 kilometer menggunakan kendaraan bermotor, dan memiliki waktu tempuh kurang lebih 49 menit.
Rute yang dilewati untuk sampai ke lokasi dari Yogyakarta adalah Jl. Panembahan Senopati - Jl. Brigjend Katamso - Jl.Kolonel Sugiono, - Jl. Sisingamangaraja - Jl. Imogiri Barat - Jl. Bakulan Imogiri - Jl.Imogiri Siluk - Jl. Siluk Panggang. Sampai di sini Teman Brisik akan ditunjukkan tempat lokasi dari plang yang ada di jalan ini.
Penginapan terdekat adalah Mbah Mul Homestay. Tarif menginap per malamnya mulai dari Rp200.000 dengan fasilitas yang tersedia seperti kamar mandi bersama, ruang tamu, dapur, tempat parkir luas, tv. Untuk reservasi bisa menghubungi 0819-3170-0286.
Keelokan fajar ditambah ornamen gardu pandang yang cantik membuat kita serasa sedang di negeri kahyangan. Keunikan dari tempat ini sebenarnya ada pada sebuah batu besar yang bentuknya menyerupai payung. Maka dari itu, nama Watu Payung sendiri diambil dari watu yang dalam bahasa Jawa disebut sebagai batu dan payung karena bentuknya yang seperti payung. Nama Geoforest Watu Payung sendiri terkenal karena banyak wisatawan yang membagikan momen saat berkunjung ke tempat ini di sosial medianya.
Foto: instagram.com/andriyanaef
Waktu terbaik untuk berkunjung ke tempat ini yakni pada bulan Mei, dimana pada bulan ini mengalami peralihan musim dari penghujan menjadi kemarau, yang otomatis membuat langit menjadi cerah dan matahari terbit semakin terlihat menawan.
Pepohonan di sekitarnya masih terlihat hijau dan segar, jadi semakin membuat pemandangan semakin cantik. Bagi pemburu momen matahari terbit, cocok banget jika destinasi ini masuk ke daftar liburan.
Objek wisata ini memiliki berbagai ornamen yang unik, yang cocok untuk dijadikan sebagai spot foto selfie. Para wisatawan dibuat takjub dengan hasil karya warga sekitar yang memiliki kreativitas tanpa batas. Mereka bisa membuat tempat yang semula hanya bukit tandus menjadi tempat yang cantik dan eksotis.
Foto: instagram.com/takim_jogja
Fasilitas yang tersedia di Geoforest Watu Payung ini sudah cukup memadai, ada gazebo, lahan parkir luas, musala, toilet, warung makan dan minum.
Harga tiket untuk masuk ke objek wisata ini cukup murah, hanya membayar Rp5.000 sudah termasuk biaya parkir motor. Murah bukan?
Watu Payung terletak di Dusun Turunan, Desa Girisuko, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul,Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jam bukanya setiap hari dari 05.00 - 18.00.
Foto: instagram.com/geoforestwatupayung
Rute untuk bisa mencapai objek wisata ini juga tidak terlalu sulit, karena sudah banyak penunjuk jalan serta akses jalan yang sudah direnovasi. Tetapi bagi yang belum kenal dengan jalanan di Gunungkidul maka perlu berhati – hati karena akan banyak melewati jalan turunan dan tanjakan yang curam.
Jarak tempuh dari pusat Kota Yogyakarta menuju ke Watu Payung sekitar 27 kilometer menggunakan kendaraan bermotor, dan memiliki waktu tempuh kurang lebih 49 menit.
Rute yang dilewati untuk sampai ke lokasi dari Yogyakarta adalah Jl. Panembahan Senopati - Jl. Brigjend Katamso - Jl.Kolonel Sugiono, - Jl. Sisingamangaraja - Jl. Imogiri Barat - Jl. Bakulan Imogiri - Jl.Imogiri Siluk - Jl. Siluk Panggang. Sampai di sini Teman Brisik akan ditunjukkan tempat lokasi dari plang yang ada di jalan ini.
Penginapan terdekat adalah Mbah Mul Homestay. Tarif menginap per malamnya mulai dari Rp200.000 dengan fasilitas yang tersedia seperti kamar mandi bersama, ruang tamu, dapur, tempat parkir luas, tv. Untuk reservasi bisa menghubungi 0819-3170-0286.
Artikel ini ditulis oleh Niken Kartikawati