Foto: aboutyogya.wordpress.com
Dengan mempertimbangkan status tanggap darurat Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus sebagai bentuk ketaatan terhadap anjuran pemerintah, Keraton Kesultanan Yogyakarta tahun ini meniadakan acara Sekaten dan Grebeg Maulud.
Sekaten dan Grebeg Maulud merupakan rangkaian tradisi dalam memperingati lahirnya Nabi Muhammad SAW. Keraton akan tetap melakukan penyesuaian prosesi pembagian gunungan Grebeg Maulud secara terbatas dan mengedepankan protokol kesehatan tanpa mengurangi filosofi dan esensi sebagai bentuk konsistensi pelestarian budaya.
Sejumlah rangkaian hajat dalam lainnya yang digelar untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang berlangsung pada 22 - 29 Oktober 2020 juga ditiadakan. Seperti misalnya Miyos Gongso dan Kondur Gongso. Miyos Gongso ditandai dengan keluarnya dua gamelan pusaka milik keraton menuju Masjid Gedhe Kauman. Sementara Kondur Gongso adalah kebalikannya atau pengembalian gamelan pusaka ke keraton. Biasanya prosesi ini berlangsung dengan penabuhan gamelan dan memeriahkan tradisi sekaten.
Foto: facebook.com/humaskotajogja
Dalam tradisi Grebeg Maulud, warga dan wisatawan menyerbu gunungan yang berisi sayur mayur dan hasil bumi lainnya di halaman Masjid Kauman Yogyakarta. Ada yang berebut untuk diambil sendiri, dan ada pula yang sekadar menaiki gunungan lalu melemparnya untuk dibagikan pada yang lainnya.
Gunungan yang bermacam-macam itu adalah simbolisasi sebagai adanya kesejahteraan di Yogyakarta. Ada tujuh gunungan yang diarak keluar dari keraton. Selain diperebutkan di Masjid Kauman, ada pula yang diserahkan ke Pura Pakualaman.
Foto: warta.jogjakota.go.id
Tradisi ini biasa diselenggarakan pada tanggal 12 bulan Maulud yang tahun ini jatuh pada 29 Oktober. Selain untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, Grebeg Maulud sekaligus sebagai pertanda puncak acara Sekaten. (red)
Sekaten dan Grebeg Maulud merupakan rangkaian tradisi dalam memperingati lahirnya Nabi Muhammad SAW. Keraton akan tetap melakukan penyesuaian prosesi pembagian gunungan Grebeg Maulud secara terbatas dan mengedepankan protokol kesehatan tanpa mengurangi filosofi dan esensi sebagai bentuk konsistensi pelestarian budaya.
Sejumlah rangkaian hajat dalam lainnya yang digelar untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang berlangsung pada 22 - 29 Oktober 2020 juga ditiadakan. Seperti misalnya Miyos Gongso dan Kondur Gongso. Miyos Gongso ditandai dengan keluarnya dua gamelan pusaka milik keraton menuju Masjid Gedhe Kauman. Sementara Kondur Gongso adalah kebalikannya atau pengembalian gamelan pusaka ke keraton. Biasanya prosesi ini berlangsung dengan penabuhan gamelan dan memeriahkan tradisi sekaten.
Foto: facebook.com/humaskotajogja
Dalam tradisi Grebeg Maulud, warga dan wisatawan menyerbu gunungan yang berisi sayur mayur dan hasil bumi lainnya di halaman Masjid Kauman Yogyakarta. Ada yang berebut untuk diambil sendiri, dan ada pula yang sekadar menaiki gunungan lalu melemparnya untuk dibagikan pada yang lainnya.
Gunungan yang bermacam-macam itu adalah simbolisasi sebagai adanya kesejahteraan di Yogyakarta. Ada tujuh gunungan yang diarak keluar dari keraton. Selain diperebutkan di Masjid Kauman, ada pula yang diserahkan ke Pura Pakualaman.
Foto: warta.jogjakota.go.id
Tradisi ini biasa diselenggarakan pada tanggal 12 bulan Maulud yang tahun ini jatuh pada 29 Oktober. Selain untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, Grebeg Maulud sekaligus sebagai pertanda puncak acara Sekaten. (red)