Foto: diciamis.com
Sejak abad 18, batik telah dikenal luas di Indonesia. Di Pulau Jawa sendiri batik dijadikan sebagai pakaian para Raja dan keluarga pembesar pemerintahan. Bahkan selain itu, batik Indonesia pun telah secara resmi diakui oleh UNESCO sebagai budaya tak-benda warisan manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) pada tanggal 2 Oktober 2009.
Karena telah berkembang lebih dari satu abad, maka jenis-jenis batik pun beragam mulai dari batik Pekalongan, batik Kalimantan, batik Papua, hingga batik Cianjur yang dari masing-masing jenis tersebut memiliki motif dan ciri khasnya tersendiri.
Selain itu, seiring perkembangan zaman, daerah lain yang tadinya tidak memiliki jenis dan corak batiknya sendiri, kini saling berlomba untuk menciptakannya. Hal tersebut bertujuan bukan saja untuk berperan aktif dalam melestarikan batik sebagai budaya luhur. Lebih dari itu batik khas pun digunakan untuk menjadi identitas yang melekat dan simbol dari suatu daerah.
Misalnya saja di daerah Ciamis. Meskipun kabupaten yang berada di ujung timur Jawa Barat dan berbatasan langsung dengan Jawa Tengah ini tidak terlalu dikenal sebagai daerah sentra ataupun penghasil batik utama, namun nyatanya Ciamis memiliki batik yang dapat dibanggakan yang bernama batik Ciamisan. Warnanya sederhana yaitu hanya perpaduan beberapa warna dasar seperti putih, hitam, hijau, biru, dan coklat sehingga menghasilkan kesan bersahaja nan elegan.
Foto : twitter/sobatbudayaBegitu pula dengan motifnya, banyak menggambarkan kondisi alam dan flora serta fauna yang dapat dijumpai di Ciamis seperti rereng (lereng-red), daun rente, dan daun kelapa.
Perlu diketahui, daun rente merupakan tumbuhan yang hidup di kolam-kolam penduduk Ciamis serta sering dijadikan pakan ikan. Demikian pula dengan daun kelapa, karena amat banyak tumbuh di Ciamis, maka jadi ilham tersendiri bagi si pembuat untuk dijadikan sebagai motif batik.
Lebih dari itu, motif yang khas pada batik itu pun ternyata dipengaruhi pula oleh banyak ragam hias dari pesisir Indramayu dan Cirebon. Bahkan, motif lereng sendiri terinspirasi dari motif Parang yang biasanya ada pada batik yang berasal dari Jawa Tengah.
Banyaknya percampuran tersebut meskipun pada akhirnya tidak menghasilkan filosofi tertentu, akan tetapi dapat melambangkan bahwa batik Ciamis dapat dikenakan oleh siapa pun tanpa memandang latar belakang dan status sosial si pemakai.
Seiring berjalanya waktu, kini batik Ciamis pun memiliki motif lain seperti kumali, berupa empat bentuk yang mengelilingi pusat, dan cupat manggu, motif geometris bergambar buah manggis. Selain itu motif rereng pun kini terbagi menjadi dua yaitu rereng eneng dan rereng seno. Motif rereng eneng kini diaplikasikan untuk baju, sedangkan rereng seno untuk kain bawahan.
Karena keunikan kekhasan itu sendiri, peminat batik Ciamis pun begitu beragam dari daerah sekitar Jawa Barat dan Jakarta, Surabaya, Semarang, hingga luar pulau Jawa seperti Samarinda, Banjarmasin, bahkan Makassar
Foto : Brisik.id/Teguh Iman PerdanaBagi teman brisik yang ingin memiliki batik Ciamis, bisa membelinya di beberapa gerai batik di Kabupaten Ciamis seperti di gerai batik Alya Busana. Gerai ini berada di JL.Mr. Iwa Kusuma somantri, No. 6, Kertasari, Kec. Ciamis, Kabupaten Ciamis. Harganya pun beragam, mulai dari Rp55.000 hingga puluhan ribu.
Bagaimana, menarik bukan? Dengan mengenakan batik Ciamisan, selain dapat tetap tampil modis, teman brisik juga akan terlihat lebih bersahaja dan elegan, serta tidak ketinggalan, teman brisik pun telah berkontribusi agar batik tetap lestari dan dikenal oleh banyak kalangan.
Artikel ini ditulis oleh Teguh Iman Perdana