Rekam Jejak Jalan Kalimati, Daerah Perekonomian Masa Kolonial di Surabaya
Food & Travel 20 Januari 2021Foto: Brisik.id/Zahir
Kota Surabaya terkenal sebagai salah satu kota di Indonesia yang menyimpan beragam peninggalan kuno khususnya beragam bangunan atau gedung pada zaman kolonial Belanda. Bagi teman brisik yang memiliki minat dalam wisata khususnya sejarah, berkunjung ke kota yang memiliki julukan sebagai kota pahlawan ini tentu saja merupakan pilihan yang tepat untuk menghabiskan liburan sembari mempelajari sejarah di kota Surabaya.
Kali ini teman brisik akan diajak untuk mengunjungi sudut kota Surabaya yang terkenal sebagai salah satu distrik perekonomian di kota Surabaya pada masa lampau, bahkan fungsi wilayah ini juga masih dipertahankan hingga kini. Nama wilayah tersebut adalah Jalan Kalimati.
Foto : Brisik.id/ZahirKurang familiar bagi telinga awam ? mungkin hal ini tidak mengherankan karena meskipun daerah ini termasuk dalam area kota tua Surabaya yang tentu saja dipenuhi oleh gedung-gedung tua peninggalan kolonial namun kurang mendapat minat wisatawan daripada nama-nama jalan lain yang lebih dahulu populer sebagai spot kota tua di Surabaya. Meskipun demikian Jalan Kalimati sendiri merupakan tempat yang perlu di telusuri karena menyimpan beragam peninggalan yang dapat memanjakan mata.
SejarahWilayah Kalimati dulunya sebelum digunakan sebagai daerah penunjang perekonomian pada masa kolonial merupakan wilayah yang hanya digunakan sebagai pemukiman biasa. Konon asal mula nama kalimati sendiri adalah dulunya terdapat sungai kecil di daerah tersebut yang airnya tidak mengalir, maka dari itu dinamakan kalimati.
Daerah ini kemudian menjadi salah satu tempat kegiatan perekonomian Surabaya hal ini ditandai dengan dibangunnya Pasar Pabean pada abad ke-19 yang kini berdiri di antara Jalan Kalimati dan Songoyudan. Daerah Kalimati ini sendiri masuk dalam wilayah pecinan di utara kota Surabaya, tidak mengherankan banyak sekali bangunan kolonial yang digunakan sebagai pertokoan milik etnis tionghoa pada saat itu.
Daerah ini kemudian menjadi salah satu tempat kegiatan perekonomian Surabaya hal ini ditandai dengan dibangunnya Pasar Pabean pada abad ke-19 yang kini berdiri di antara Jalan Kalimati dan Songoyudan. Daerah Kalimati ini sendiri masuk dalam wilayah pecinan di utara kota Surabaya, tidak mengherankan banyak sekali bangunan kolonial yang digunakan sebagai pertokoan milik etnis tionghoa pada saat itu.
Foto : Brisik.id/Zahir
Wilayah Kalimati hingga kini masih digunakan sebagai salah satu daerah perekonomian yang cukup padat di wilayah utara kota Surabaya. Banyak pemilik toko yang masih mempertahankan arsitektur asli dari bangunan peninggalan kolonial tersebut selain karena merupakan bangunan cagar budaya juga beberapa bangunan tersebut memiliki nilai arsitektur yang unik.
Salah satunya adalah gedung yang masih digunakan sebagai tempat memproduksi patung khas tionghoa, selain itu ada pula gedung yang dijuluki sebagai ‘Omah Lawang abang’ karena pintu rumah tersebut yang berwarna merah menyala meski sudah termakan usia.
Lokasi
Wilayah Kalimati hingga kini masih digunakan sebagai salah satu daerah perekonomian yang cukup padat di wilayah utara kota Surabaya. Banyak pemilik toko yang masih mempertahankan arsitektur asli dari bangunan peninggalan kolonial tersebut selain karena merupakan bangunan cagar budaya juga beberapa bangunan tersebut memiliki nilai arsitektur yang unik.
Salah satunya adalah gedung yang masih digunakan sebagai tempat memproduksi patung khas tionghoa, selain itu ada pula gedung yang dijuluki sebagai ‘Omah Lawang abang’ karena pintu rumah tersebut yang berwarna merah menyala meski sudah termakan usia.
Lokasi
Jalan Kalimai sendiri masuk ke dalam wilayah Kelurahan Nyamplungan, Kec. Pabean Cantian. Untuk menuju ke Jalan Kalimati teman brisik cukup mengambil jalur menuju ke area Kembang Jepun yang merupakan pusat dari wilayah pecinan di Surabaya utara. Dari arah Jalan Rajawali cukup lurus menuju ke Pertigaan di antara Jembatan Merah yang merupakan ikon kota Surabaya, kemudian lurus menuju ke Jalan Kembang Jepun. Setelah memasuki area gerbang naga teman brisik cukup berbelok ke arah kiri menuju ke Jalan Kalimati, yang menjadi titik acuan adalah setelah gedung bank Mandiri.
Foto : Brisik.id/Zahir
Bila ingin mengunjungi area di Jalan Kalimati, disarankan untuk datang pada hari sabtu atau minggu pada pagi hari atau selepas tengah hari karena untuk meminimallisir kemacetan di jalan tersebut. Selain itu disarankan untuk tidak menggunakan kendaraan roda empat karena cukup kesulitan untuk mencari area parkir di sekitar Jalan Kalimati.
Bagi teman brisik yang mencari tempat untuk bersantap, tidak perlu khawatir karena di sepanjang Jalan Kalimati terdapat beragam warung yang menjual makanan mulai dari Kare kambing, Nasi Campur, Bakso dan beragam menu makanan lainnya. Sedangkan bagi yang membutuhkan tempat penginapan terdapat beberapa penginapan yang lokasinya cukup dekat dari Jalan Kalimati. Salah satunya adalah Hotel Arcadia yang berada di Jalan Rajawali No.9-11, Krembangan Selatan. Tarif menginap permalamnya mulai dari Rp 250.000, Teman Brisik dapat menghubungi pihak hotel di nomor 0815-5422-8844 untuk reservasi.
Artikel ini ditulis oleh Zahir