Food & Travel 24 Februari 2021
Foto: Brisik.id/Maulinia
Daan Mogot lahir di Manado pada 28 Desember 1928. Pada tahun 1939, ia pindah ke Batavia. Pada tahun 1942, Jepang menduduki Hindia Belanda dan Daan Mogot direkrut ke Seinen Dojo yaitu pasukan para-militer pribumi bentukan Jepang di Tangerang. Dia adalah angkatan pertama.
Seorang pemuda berusia 14 tahun yang cerdas dan berbakat. Masih begitu belia saat ia diangkat menjadi pembantu instruktur Pembela Tanah Air (PETA) di Bali setahun kemudian. Daan Mogot kemudian mendirikan sekolah untuk melatih para calon anggota PETA di Bali. Daan Mogot kembali ke tanah Jawa pada tahun 1944.
Paska kemerdekaan Indonesia, ia bergabung dengan Barisan Keamanan Rakyat (BKR) dan mendapat pangkat Mayor. Daan Mogot kemudian mendirikan Militaire Academie Tangerang (MAT) pada 18 November 1945 untuk melatih calon perwira militer Indonesia. Mayor Daan Mogot dilantik menjadi Direktur padahal saat itu dia baru berusia 16 tahun.
Foto : Brisik.id/Maulinia
Pada tanggal 24 Januari 1946, Kepala Staf Resimen IV Tangerang menerima informasi pasukan Belanda dan KNIL sudah menduduki Parung (sekarang menjadi bagian wilayah Depok) dan berencana merebut depot senjata tentara Jepang di Lengkong (saat ini disebut Serpong).
Mayor Daan Mogot diserahi tugas untuk mencegah supaya senjata tentara Jepang tidak diambil tentara Belanda. Pada saat pelecutan senjata, ada suara tembakan yang tidak diketahui asalnya. Hal ini mengejutkan tentara Jepang sehingga terjadi pertempuran.
Mayor Daan Mogot berusaha menghentikan pertempuran namun gagal. Demi melindungi anak buahnya, sang Mayor berusaha membalas tembakan walau dirinya sendiri dihujani peluru tentara Jepang dari berbagai penjuru.
Akhirnya 33 kadet dan 3 perwira gugur dalam peristiwa itu. Termasuk Mayor Daan Mogot yang baru berusia 17 tahun. Serta Kapten Anumerta Soebianto Djojohadikoesoemo yang merupakan paman dari politikus dan negarawan Purnawirawan Letnan Jenderal TNI H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo.
Adapun 24 Januari 2021 adalah peringatan peristiwa Palagan Lengkong. Peringatan ini juga menjadi momen yang tepat bagi Walikota Tangerang Selatan untuk lebih memperhatikan situs sejarah ini. Pemda Kota Tangerang Selatan telah berjanji untuk meningkatkan komitmen dalam memelihara Momunen Palagan Lengkong.
Ada empat karangan bunga disimpan di hadapan sebuah tugu peringatan kematian para pahlawan kemerdekaan. Menghiasi duka cita atas jasa besar mereka bagi rakyat Indonesia. Di tempat inilah dahulu mereka tewas. Di dalam benteng pertahanan Jepang di pelosok hutan. Pada tugu tersebut dicantumkan nama-nama korban tewas. Sementara di atas tugu berkibar bendera kebangsaan merah putih.
Foto : Brisik.id/Maulinia
Di samping tugu ada dua buah bangunan kecil bernuansa putih-hijau. Dahulu ini adalah kompleks Rumah Lengkong yang merupakan markas utama pasukan Jepang di kawasan Lengkong (Serpong). Memiliki arsitektur dan ornamen khas Melayu-Betawi Batavia. Dinding-dindingnya memiliki beton tebal dan jendela-jendelanya tinggi lebar.
Dua bangunan tersebut adalah sisa-sisa terakhir dari markas Jepang tersebut. Bangunan yang kini menjadi cagar budaya yang dilindungi Pemerintah Republik Indonesia. Adapun di dalamnya masih ada bekas tumpahan darah dari Mayor Daan Mogot beserta para perwira dan taruna yang tewas. Bercak-bercak darah yang tidak dapat menghilang walau telah 75 tahun lamanya.
Foto : Brisik.id/Maulinia
Menyimpan ingatan akan tragedi dalam usaha mempertahankan kemerdekaan dengan cara damai. Namun dikacaukan oleh pelepasan "peluru misterius" yang hingga saat ini tidak diketahui asalnya. Mengadu dua pasukan dalam perang jarak dekat yang berat sebelah.
Hingga terjadi pembantaian kepada pasukan Indonesia dan Sang Mayor berdiri tegap walau dihantam peluru demi peluru untuk membela anak buahnya, rakyatnya, negerinya. Ketika nyawa dikesampingkan dan semangat kebebasan menjadi utama.
Foto : Brisik.id/Maulinia
Monumen Palagan Lengkong berada di Jl. Bukit Golf Utara No. 2, Lengkong Wetan, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten. Mudah diakses oleh kendaraan pribadi maupun umum.
Suasana di tempat ini lengang dan tenang. Monumen dan dua bangunan sisa markas Jepang dijaga dengan baik. Rumput dan taman di lokasi tersebut terawat rapi. Bersih tanpa sampah.
Monumen ini buka 24 jam bagi siapa pun yang ingin menziarahi dan mendoakan arwah para pahlawan penjaga kemerdekaan. Mengenang dan untuk mencontoh sikap mulia mereka.
Tidak jauh dari monumen ini ada hotel bintang 3 yang memiliki fasilitas cukup lengkap. Sapphire Sky Hotel & Conference menyediakan kolam renang dan function hall yang berkelas. Kamar-kamar di hotel ini terasa elegan, bersih dan staf menerapkan protokol Covid-19 dengan baik. Harga inap per malam mulai dari Rp300.000.
Tags : palagan lengkong perang kemerdekaan tni pahlawan tangerang selatan visit tangerang serpong perang serpong wisata wisata sejarah sejarah wisata tangerang
Artikel ini ditulis oleh : Maulinia
Berwisata di taman dan hutan kota Jakarta.
11 Apr 2021
Tergambar sejarah perjuangan pahlawan di Kota Jambi.
11 Apr 2021
Voucher Rekomendasi
Pohon cemara di pangkas membentuk jamur dan berjejer rapi siap menyambut para pengunjung untuk berfoto
17 Februari 2021
Tempat wisata yang menghadirkan pemandangan lembah dan sumber mata air yang menyegarkan.
27 Maret 2021
Airnya yang langsung berasal dari mata air membuat suasana menjadi lebih segar dan sejuk.
04 Februari 2021
Sensasi pedasnya melekat pada menu yang disajikan tanpa perlu mencicipi sambalnya.
06 Maret 2021
Restoran dengan konsep Jawa baik dari sajiannya maupun desain bangunannya
11 April 2021
Konsep self service sangat mudah dijumpai baik dalam berbagai bidang usaha di Kota Malang.
11 April 2021
Destinasi baru sebagai tempat nongkrong dan ngopi saat menyambangi Kota Tasikmalaya.
11 April 2021
Hampir keseluruhan ornamen di dalam café menggunakan warna pink yang memberikan kesan feminim dan elegan.
11 April 2021