Self Service, Salah Satu Budaya Berjualan di Malang

Dalam dunia perdagangan banyak orang yang berpegang pada slogan "Pembeli Adalah Raja" sehingga pembeli harus dilayani dan dihormati. Melayani pembeli merupakan hal yang umum baik di bidang jasa, kuliner, ataupun produk lain. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa pemilik usaha menerapkan konsep self service. Konsep ini masih jarang digunakan, sehingga siapa sangka bahwa self service merupakan salah satu budaya di Kota Malang, Jawa Timur. Di sini, konsep self service sangat mudah dijumpai baik dalam berbagai bidang usaha. 

Bila datang ke Kota Malang, terutama di sekitaran tempat tinggal mahasiswa, akan banyak dijumpai jasa fotocopy, print dan jilid yang sudah menerapkan sistem self service. Pengunjung dapat mengatur sendiri jumlah dan dokumen mana yang akan dicetak. Kondisi ini membuat banyak orang belajar mengoperasikan printer, komputer serta penataan dokumen yang telah dicetak. Jika dokumen yang dicetak terdapat kesalahan karena kondisi alat cetak, maka tidak akan dipungut biaya. Namun, bila kesalahan cetak merupakan kesalahan pelanggan sendiri, maka akan tetap dikenakan biaya. Pelanggan juga dapat membawa kertas milik pribadi untuk mendapatkan harga cetak yang lebih murah.

Foto: Facebook/Laundry Kiloan Jakarta

Di bidang jasa lainnya, sudah mulai banyak usaha laundry menggunakan sistem self service. Pelanggan dapat langsung mencuci pakaian menggunakan mesin cuci yang tersedia. Terdapat berbagai pilihan pewangi yang bisa dipilih secara langsung oleh pelanggan. Setelah pakaian dicuci, bisa langsung dikeringkan menggunakan mesin pengering. Saat proses pengeringan berlangsung, biasanya membutuhkan waktu sekitar 1 sampai 2 jam sehingga dapat ditinggal terlebih dahulu. Setelah sekiranya proses pengeringan selesai, pelanggan harus melipat dan mengemas pakaiannya sendiri. 

Foto: instagram/warungijen89

Konsep self service ini juga diterapkan di usaha kuliner. Akan sangat biasa menyaksikan pelanggan bakso mengambil setiap bakso dan kondimen secara bergantian. Ini memudahkan penjual menghemat tenaga. Bagi pembeli, hal ini justru menjadi pengalaman tersendiri. Selain itu, pembeli dapat menyesuaikan porsi bakso dengan kemampuan makan dan kantong.

Selain di dunia perbaksoan, ada sebagian penjual lalapan yang mulai menerapkan self service. Tempat makan ini membiarkan pelanggan menggoreng sendiri lauk pauk yang dipilih. Menarik bukan? Memasak sendiri lauk pauk yang akan dimakan. Konsep warung lalapan ini mengincar anak kosan yang rindu dan ingin mencoba memasak makanan sendiri karena banyak kos yang tidak menyediakan dapur untuk memasak. Sehingga, layanan self service di warung lalapan menjadi salah satu hiburan dan pengalaman berharga bagi sebagian orang.

Foto: instagram/@infomalangraya

Konsep self service ini bisa dikatakan saling menguntungkan bagi pihak pembeli ataupun penjual. Penjual hanya perlu menyiapkan tenaga pengawas dan kasir sehingga tidak membutuhkan banyak cost energi. Sedangkan bagi pembeli, self service menjadikan pembeli lebih mandiri, belajar hal baru, serta dapat memastikan produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar. Karena hampir semua proses dilakukan secara mandiri, hal ini juga menurunkan komplain bila hasil tidak maksimal. 

Meski self service sudah lama diterapkan di Malang, ada sebagian pengusaha yang tetap memilih untuk melayani pelanggan. Terkadang masih banyak yang menerapkan sistem semi self service untuk pelanggan-pelanggan yang tidak ingin melakukan semua sendiri.

Teman Brisik yang ingin mencoba pengalaman self service dapat datang ke Kota Malang dan mencari jasa atau kuliner yang memiliki sistem ini. Akan sangat mudah bila mencari di lokasi atau kawasan kampus yang dipenuhi oleh mahasiswa dan perantau.