Foto: brisik.id/Alfiyaturrohmaniyyah
Mendengar kata batik rasanya sudah tidak asing lagi di masyarakat Indonesia. Dulu, batik hanya dipakai oleh raja dan bangsawan sebagai simbol identitas diri. Namun, saat ini penggunaan batik sudah meluas hingga ke masyarakat tanpa memandang status sosial. Salah satu batik yang terkenal dengan batik akulturasi budaya China-Jawa adalah batik tulis Lasem.
Batik tulis Lasem muncul pada abad ke-15 M ketika Laksamana Cheng Ho pertama kali tiba di Lasem bersama anak buahnya bernama Bi Nang Un. Bi Nang Un meminta izin kepada Cheng Ho untuk menetap di Lasem. Setelah diberikan izin, ia menjemput keluarga beserta kerabatnya dari China untuk bermukim di Lasem. Setelah menetap di Lasem, Na Li Ni, istri Bi Nang Un mengenalkan aktivitas membatik pertama kali kepada masyarakat.
Foto: Brisik.id/Alfiyaturrohmaniyyah
Aktivitas membatik berkembang cukup pesat karena batik tulis Lasem memiliki keunikan tersendiri dari segi warna dan motif. Ciri khas warnanya yaitu merah darah ayam (getih pithik), sedangkan motifnya yaitu naga, burung Phoenix, bunga teratai, ornamen khas China, yang dipadukan dengan motif lokal seperti latohan, sekar jagad, pasiran, watu kricak, dan lainnya. Selain itu, batik tulis Lasem juga terkenal dengan sebutan batik tiga negeri dan empat negeri.
Proses produksi batik tulis Lasem masih mempertahankan cara tradisional menggunakan canting dan malam. Penggunaan alat ini diharapkan agar batik tulis Lasem tetap eksis dan dapat dijadikan sebagai ikon utama kota Lasem sebagai kota batik tulis.
Foto : brisik.id/Alfiyaturrohmaniyyah
Bagi Teman Brisik yang ingin memiliki kain batik tulis Lasem ataupun pakaian dari kain batik bisa berkunjung ke salah satu pengrajin batik yang telah berdiri sejak 1979 yaitu Batik Purnomo. Awal perintisan usaha batik tulis ini bermula dari pasangan bernama Purnomo dan Merry. Namun, saat ini sudah diwariskan kepada anaknya bernama Gustav.
Batik Purnomo memiliki ciri khas dalam bidang pewarnaan dan motif yang unik. Proses pewarnaan menghasilkan warna yang berbeda dengan pengrajin lainnya. Hal ini dikarenakan setiap pengrajin batik memiliki resep rahasia yang hanya diwariskan kepada generasi penerusnya.
Batik Purnomo ini sangat terkenal di masyarakat, baik di dalam maupun luar Rembang. Bahkan daerah pemasarannya tersebar luas ke kota-kota besar seperti Surabaya, Bali, Semarang,Jakarta hingga ke mancanegara.
Biasanya para pembeli Batik Purnomo selalu terpikat saat melihat keelokan kain batik yang dihasilkan, terutama pada motif lawasan dan aneka motif khas budaya China. Hal ini mendorong Batik Purnomo menjadi salah satu batik di Lasem yang mampu meraih Piala Upakarti dari Gubernur Jawa Tengah pada 1996.
Foto : brisik.id/Alfiyaturrohmaniyyah
Bagi Teman Brisik yang ingin membelinya, bisa datang langsung ke ruang pamer untuk melihat berbagai macam koleksinya. Alamatnya berada di Jl. Gedongmulyo V/I Lasem, Rembang.
Dari arah Semarang-Surabaya, Teman Brisik bisa menyusuri Jalan Pantura dan berpatokan pada gapura pintu masuk Desa Babagan. Tepat berada di depan gang ini terdapat gang Desa Gedongmulyo di sebelah utara jalan raya.
Di ruang pamer, Teman Brisik akan disuguhkan dengan harga yang bervariatif mulai Rp100.000 - 3.000.000 sesuai tingkat kerumitan motif. Selain itu, juga ada pilihan kain batik berbahan dasar kain kasar atau halus yang sudah diberi penanda pada ujung kain.
Di sini Teman Brisik juga bisa menyaksikan secara langsung proses dari awal membuat pola hingga pengemasan yang berada di sebelah selatan ruang pamer. Jadi selain berburu kain batik, Teman Brisik bisa mendapatkan pengetahuan baru mengenai seluk-beluk pembuatan batik.
Bagi Teman Brisik yang ingin menghabiskan waktu di Lasem bisa bermalam di Homestay Tiongkok Kecil Heritage Lasem di Jalan Karangturi No. 4/7, Mahbong, Karangturi Lasem. Tarifnya Rp300.000-an per malam.
Batik tulis Lasem muncul pada abad ke-15 M ketika Laksamana Cheng Ho pertama kali tiba di Lasem bersama anak buahnya bernama Bi Nang Un. Bi Nang Un meminta izin kepada Cheng Ho untuk menetap di Lasem. Setelah diberikan izin, ia menjemput keluarga beserta kerabatnya dari China untuk bermukim di Lasem. Setelah menetap di Lasem, Na Li Ni, istri Bi Nang Un mengenalkan aktivitas membatik pertama kali kepada masyarakat.
Foto: Brisik.id/Alfiyaturrohmaniyyah
Aktivitas membatik berkembang cukup pesat karena batik tulis Lasem memiliki keunikan tersendiri dari segi warna dan motif. Ciri khas warnanya yaitu merah darah ayam (getih pithik), sedangkan motifnya yaitu naga, burung Phoenix, bunga teratai, ornamen khas China, yang dipadukan dengan motif lokal seperti latohan, sekar jagad, pasiran, watu kricak, dan lainnya. Selain itu, batik tulis Lasem juga terkenal dengan sebutan batik tiga negeri dan empat negeri.
Proses produksi batik tulis Lasem masih mempertahankan cara tradisional menggunakan canting dan malam. Penggunaan alat ini diharapkan agar batik tulis Lasem tetap eksis dan dapat dijadikan sebagai ikon utama kota Lasem sebagai kota batik tulis.
Foto : brisik.id/Alfiyaturrohmaniyyah
Bagi Teman Brisik yang ingin memiliki kain batik tulis Lasem ataupun pakaian dari kain batik bisa berkunjung ke salah satu pengrajin batik yang telah berdiri sejak 1979 yaitu Batik Purnomo. Awal perintisan usaha batik tulis ini bermula dari pasangan bernama Purnomo dan Merry. Namun, saat ini sudah diwariskan kepada anaknya bernama Gustav.
Batik Purnomo memiliki ciri khas dalam bidang pewarnaan dan motif yang unik. Proses pewarnaan menghasilkan warna yang berbeda dengan pengrajin lainnya. Hal ini dikarenakan setiap pengrajin batik memiliki resep rahasia yang hanya diwariskan kepada generasi penerusnya.
Batik Purnomo ini sangat terkenal di masyarakat, baik di dalam maupun luar Rembang. Bahkan daerah pemasarannya tersebar luas ke kota-kota besar seperti Surabaya, Bali, Semarang,Jakarta hingga ke mancanegara.
Biasanya para pembeli Batik Purnomo selalu terpikat saat melihat keelokan kain batik yang dihasilkan, terutama pada motif lawasan dan aneka motif khas budaya China. Hal ini mendorong Batik Purnomo menjadi salah satu batik di Lasem yang mampu meraih Piala Upakarti dari Gubernur Jawa Tengah pada 1996.
Foto : brisik.id/Alfiyaturrohmaniyyah
Bagi Teman Brisik yang ingin membelinya, bisa datang langsung ke ruang pamer untuk melihat berbagai macam koleksinya. Alamatnya berada di Jl. Gedongmulyo V/I Lasem, Rembang.
Dari arah Semarang-Surabaya, Teman Brisik bisa menyusuri Jalan Pantura dan berpatokan pada gapura pintu masuk Desa Babagan. Tepat berada di depan gang ini terdapat gang Desa Gedongmulyo di sebelah utara jalan raya.
Di ruang pamer, Teman Brisik akan disuguhkan dengan harga yang bervariatif mulai Rp100.000 - 3.000.000 sesuai tingkat kerumitan motif. Selain itu, juga ada pilihan kain batik berbahan dasar kain kasar atau halus yang sudah diberi penanda pada ujung kain.
Di sini Teman Brisik juga bisa menyaksikan secara langsung proses dari awal membuat pola hingga pengemasan yang berada di sebelah selatan ruang pamer. Jadi selain berburu kain batik, Teman Brisik bisa mendapatkan pengetahuan baru mengenai seluk-beluk pembuatan batik.
Bagi Teman Brisik yang ingin menghabiskan waktu di Lasem bisa bermalam di Homestay Tiongkok Kecil Heritage Lasem di Jalan Karangturi No. 4/7, Mahbong, Karangturi Lasem. Tarifnya Rp300.000-an per malam.
Artikel ini ditulis oleh Alfiyaturrohmaniyyah