Wayang Orang Sriwedari, Pertunjukan Tradisional yang Eksis Dari Ratusan Tahun Lalu
Lifestyle 16 Oktober 2020mangkunegara solo tradisional kebudayaan budaya lifestyle wayang orang kesenian lokal wayang orang sriwedari
Foto: Brisik.id/Ariska Anggraini
Di tengah arus modernisasi yang semakin kencang, Wayang Orang Sriwedari tetap mampu menunjukkan eksistensinya. Buktinya, pertunjukan seni tradisional ini selalu dinanti-nantikan banyak orang, khususnya warga lokal Solo.
Pentas tradisional yang bertahan selama 110 tahun ini seolah membuktikan bahwa kota Solo tak pernah kehilangan identitas lokalnya. Sebelum pandemi melanda, Wayang Orang Sriwedari selalu menjadi tontonan menghibur untuk segala usia.
Pertunjukan seni tradisional ini bisa kita saksikan di Gedung Wayang Orang yang berlokasi di Jalan Kebangkitan Nasional No.15,Sriwedari, Laweyan, Solo. Gedung dengan kapasitas sekitar 600 orang itu biasanya ramai penonton dari segala usia.
Pertunjukan biasanya digelar setiap pukul 20.00 WIB mulai Senin - Sabtu dengan harga tiket Rp10.000 untuk kursi VIP dan Rp5.000 untuk kursi ekonomi atau balkon.
Foto:Brisik.id/Ariska Anggraini
Meski hampir setiap hari pentas, lakon atau kisah yang dihadirkan di setiap pertunjukan selalu segar dan menghadirkan sesuatu yang baru tanpa meninggalkan unsur identitas budaya Jawa. Pementasannya masih mempertahankan pakem-pakem tradisional, seperti penggunaan bahasa Jawa dan lakon-lakon klasik.
Setiap lakon yang dimainkan pun selalu menghadirkan pesan moral dan humor-humor segar sehingga penonton tak akan bosan.
Tak jarang, turis mancanegara juga turut memadati bangku penonton meski mereka bisa saja tak memahami dialog yang diucapkan antar pemain. Bagi yang tidak paham bahasa Jawa, disediakan layar proyektor yang berisi rangkuman kisah dalam bahasa Indonesia untuk mempermudah penonton memahami alur ceritanya.
Pementasan selalu diiringi oleh instrumen musik tradisional khas Jawa, yakni gamelan, lengkap dengan para sinden dengan suara merdunya.
Sejarah
Wayang Orang Sriwedari diciptakan oleh Pangeran Sambernyawa atau Raja Mangkunegara I. Sayangnya, krisis ekonomi di era Mangkunegara VI membuat semua pemain wayang harus dipensiunkan. Untuk menyambung hidup, mereka pun membentuk kelompok dan melakukan pentas dari kampung-ke kampung.
Seorang pengusaha Tionghoa bernama Gan Kam pun melihat momen ini sebagai peluang bisnis. Dia berinisiatif merekrut para pemain wayang dari Istana Mangkunegara dan menjadikannya sebuah grup untuk melakukan pementasan a’la opera barat, dengan menarik ongkos tiket kepada penonton.
Seiring berjalannya waktu, pentas wayang orang pun mulai digemari banyak orang di berbagai kalangan.
Melihat fenomena tersebut, tahun 1985, Pakubowono X tertarik untuk memberikan 'Kebon Rojo' alias tempat rekreasi raja sebagai lokasi pementasan wayang.
Pertunjukannya pun berhasil meraih popularitas tinggi hingga melahirkan bintang panggung seperti Rusman, Darsi, dan Soerono. Bahkan, Wayang Orang Sriwedari pernah menjadi tontonan para tamu negara di era pemerintahan Soekarno.
Foto:Brisik.id/Ariska Anggraini
Pertunjukan di Era Pandemi
Popularitas wayang orang sriwedari menjadikan pentas seni tradisional ini sebagai salah satu daya tarik wisata di kota Solo. Sayangnya, pandemi Covid-19 telah memutarbalikkan keadaan. Sektor pariwisata pun terpaksa ditutup sehingga Wayang Orang Sriwedari tak bisa lagi melakukan pementasan seperti sedia kala.
Untuk mengobati kerinduan para penggemarnya, kini Wayang Orang Sriwedari hadir setiap hari Kamis - Sabtu pukul 20.00 WIB.
Pementasan juga dilakukan sesuai standar protokol kesehatan yang ketat dan kapasitas penonton pun dikurangi untuk penerapan physical distancing.
Namun, penonton yang tak bisa datang ke lokasi pertunjukan bisa menikmati pertunjukan lewat live streaming di Instagram @wayang_orang_sriwedari dan @pariwisatasolo.
Pentas tradisional yang bertahan selama 110 tahun ini seolah membuktikan bahwa kota Solo tak pernah kehilangan identitas lokalnya. Sebelum pandemi melanda, Wayang Orang Sriwedari selalu menjadi tontonan menghibur untuk segala usia.
Pertunjukan seni tradisional ini bisa kita saksikan di Gedung Wayang Orang yang berlokasi di Jalan Kebangkitan Nasional No.15,Sriwedari, Laweyan, Solo. Gedung dengan kapasitas sekitar 600 orang itu biasanya ramai penonton dari segala usia.
Pertunjukan biasanya digelar setiap pukul 20.00 WIB mulai Senin - Sabtu dengan harga tiket Rp10.000 untuk kursi VIP dan Rp5.000 untuk kursi ekonomi atau balkon.
Foto:Brisik.id/Ariska Anggraini
Meski hampir setiap hari pentas, lakon atau kisah yang dihadirkan di setiap pertunjukan selalu segar dan menghadirkan sesuatu yang baru tanpa meninggalkan unsur identitas budaya Jawa. Pementasannya masih mempertahankan pakem-pakem tradisional, seperti penggunaan bahasa Jawa dan lakon-lakon klasik.
Setiap lakon yang dimainkan pun selalu menghadirkan pesan moral dan humor-humor segar sehingga penonton tak akan bosan.
Tak jarang, turis mancanegara juga turut memadati bangku penonton meski mereka bisa saja tak memahami dialog yang diucapkan antar pemain. Bagi yang tidak paham bahasa Jawa, disediakan layar proyektor yang berisi rangkuman kisah dalam bahasa Indonesia untuk mempermudah penonton memahami alur ceritanya.
Pementasan selalu diiringi oleh instrumen musik tradisional khas Jawa, yakni gamelan, lengkap dengan para sinden dengan suara merdunya.
Sejarah
Wayang Orang Sriwedari diciptakan oleh Pangeran Sambernyawa atau Raja Mangkunegara I. Sayangnya, krisis ekonomi di era Mangkunegara VI membuat semua pemain wayang harus dipensiunkan. Untuk menyambung hidup, mereka pun membentuk kelompok dan melakukan pentas dari kampung-ke kampung.
Seorang pengusaha Tionghoa bernama Gan Kam pun melihat momen ini sebagai peluang bisnis. Dia berinisiatif merekrut para pemain wayang dari Istana Mangkunegara dan menjadikannya sebuah grup untuk melakukan pementasan a’la opera barat, dengan menarik ongkos tiket kepada penonton.
Seiring berjalannya waktu, pentas wayang orang pun mulai digemari banyak orang di berbagai kalangan.
Melihat fenomena tersebut, tahun 1985, Pakubowono X tertarik untuk memberikan 'Kebon Rojo' alias tempat rekreasi raja sebagai lokasi pementasan wayang.
Pertunjukannya pun berhasil meraih popularitas tinggi hingga melahirkan bintang panggung seperti Rusman, Darsi, dan Soerono. Bahkan, Wayang Orang Sriwedari pernah menjadi tontonan para tamu negara di era pemerintahan Soekarno.
Foto:Brisik.id/Ariska Anggraini
Pertunjukan di Era Pandemi
Popularitas wayang orang sriwedari menjadikan pentas seni tradisional ini sebagai salah satu daya tarik wisata di kota Solo. Sayangnya, pandemi Covid-19 telah memutarbalikkan keadaan. Sektor pariwisata pun terpaksa ditutup sehingga Wayang Orang Sriwedari tak bisa lagi melakukan pementasan seperti sedia kala.
Untuk mengobati kerinduan para penggemarnya, kini Wayang Orang Sriwedari hadir setiap hari Kamis - Sabtu pukul 20.00 WIB.
Pementasan juga dilakukan sesuai standar protokol kesehatan yang ketat dan kapasitas penonton pun dikurangi untuk penerapan physical distancing.
Namun, penonton yang tak bisa datang ke lokasi pertunjukan bisa menikmati pertunjukan lewat live streaming di Instagram @wayang_orang_sriwedari dan @pariwisatasolo.
Artikel ini ditulis oleh Ariska anggraini
mangkunegara solo tradisional kebudayaan budaya lifestyle wayang orang kesenian lokal wayang orang sriwedari