Foto: Brisik.id/Rayhan Aulia Prakoso
Jika Teman Brisik ingin melihat benda-benda purbakala peninggalan era Singosari, maka Museum Mpu Purwa adalah salah satu tempat yang wajib dikunjungi saat bertandang ke Kota Malang.
Museum ini dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang yang berkantor di lokasi yang sama. Museum ini memamerkan sejumlah arca peninggalan Kerajaan Singosari yang berhasil dihimpun oleh Pemerintah Kota Malang sejak tahun 2001.
Terletak persis di belakang Rumah Sakit Universitas Brawijaya (RSUB) di Jalan Soekarno-Hatta, Kelurahan Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, akses menuju museum dua lantai ini cukup mudah. Pengunjung hanya perlu menjumpai RSUB lalu masuk lewat gerbang Griya Shanta di utara RSUB dan berjalan lurus hingga menjumpai sebuah papan kuning penunjuk museum. Setelah itu belok kiri dan ikuti saja jalannya hingga menjumpai gapura berwarna ungu di sisi kanan jalan.
Tersedia parkir yang luas di halaman museum untuk kendaraan pribadi. Untuk masuk ke museum, pengunjung tidak ditarik biaya sama sekali. Pengunjung hanya harus mengisi buku tamu di resepsionis. Museum ini menerima kunjungan setiap hari pada pukul 08.00-16.00 (Senin-Kamis), 08.00-15.00 (Jumat-Sabtu), dan 10.00-15.00 (Ahad).
Transportasi umum yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Museum Mpu Purwa adalah jasa ojek online dan angkutan kota (angkot) bertrayek ABG dan CKL. Jika menumpang angkot, bisa minta turun di depan RSUB lalu berjalan kaki sesuai rute yang telah dijelaskan sebelumnya.
Tempat menginap terdekat yang direkomendasikan untuk pengunjung adalah Hotel Sahid Montana 2 di Jalan Candi Panggung dan Everyday Smart Hotel di Jalan Soekarno-Hatta (depan Jembatan Soekarno-Hatta). Tarif per malamnya mulai Rp380.000,00 untuk Everyday Smart Hotel dan Rp275.000,00 untuk Hotel Sahid Montana 2.
Tempat makan yang direkomendasikan adalah Eat Two Burger, Uniccrab, Pizza Combi Soehat, dan Warung Lesehan Yogyakarta. Seluruh tempat makan ini terletak di Jalan Soekarno-Hatta, kecuali Warung Lesehan Yogyakarta yang berlokasi di Jalan Kendalsari Barat.
Foto: Brisik.id/Rayhan Aulia Prakoso
Museum Mpu Purwa dulunya bernama Balai Penyelamatan Benda Purbakala Mpu Purwa. Dibangun di tahun 2003, museum yang berlokasi di bekas SDN Mojolangu 2 ini diresmikan bersamaan dengan Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei 2004 oleh wali kota saat itu, Peni Suparto.
Sekitar 2014, museum ini direvitalisasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Revitalisasi museum ini selesai tahun 2018 dan diresmikan pada 14 Juli 2018 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, Prof. Muhadjir Effendy.
Foto: Brisik.id/Rayhan Aulia Prakoso
Terdiri Dari Dua Lantai
Lantai pertama museum merupakan lobi dan ruang pameran sejumlah arca yang berhasil dihimpun dari sejumlah tempat di Malang Raya. Arca ″Brahma Catur Muka″ berada di depan pintu masuk, seakan menyambut pengunjung museum bersama deretan topeng khas Malang di sisi kiri pintu.
Ruang pameran arca yang berada di sisi kanan tangga menyajikan koleksi arca yang berhasil dihimpun. Sepuluh di antaranya tersimpan di balok-balok kaca di tengah ruang pameran.
Arca ″Ganesya Bunulrejo″ yang berada di depan ruang ini merupakan salah satu arca yang berhasil ditemukan Pemerintah Kota Malang di kawasan Bunulrejo.
Tak hanya arca-arca, di ruangan ini juga terdapat kubus-kubus berputar yang berisi informasi seputar candi-candi di Malang Raya dan sejumlah benda purbakala lainnya. Informasi serupa juga dapat dijumpai di dindingnya.
Foto: Brisik.id/Rayhan Aulia Prakoso
Lantai dua museum terdiri dari dua ruangan. Ruang pertama masih seperti ruang di lantai satu yang menyajikan sejumlah arca. Di dinding ruang pertama terdapat deretan poster yang berisi sejarah sejumlah candi seperti Candi Singosari, Candi Jago, dan Candi Kidal serta linimasa era Kerajaan Singosari.
Ada pula diorama besar yang menggambarkan aktivitas Mpu Purwa sebagai seorang pemuka agama Buddha. Mpu Purwa juga merupakan ayah dari Ken Dedes, istri Ken Arok.
Foto: Brisik.id/Rayhan Aulia Prakoso
Kisah-kisah tentang mereka dapat pengunjung lihat di ruang kedua. Terdapat diorama-diorama kecil yang menggambarkan kisah permulaan era Singosari, di samping juga mengisahkan Mpu Purwa, Ken Dedes, dan Ken Arok. Selain itu, pengunjung juga dapat menjumpai arca ″Ganesya Tikus″ dan empat benda purbakala lainnya.
Foto: Brisik.id/Rayhan Aulia Prakoso
Empat benda ini antara lain; dua Kuncup Teratai, Batu Pelor, dan Batu Pipisan. Kuncup Teratai merupakan simbol dewa-dewi kahyangan yang jamak ditemui di bangunan-bangunan suci agama Hindu dan Buddha. Batu Pipisan dan Batu Pelor merupakan benda pakai. Hanya Batu Pipisan yang diketahui fungsinya, yaitu untuk menghaluskan bahan-bahan membuat jamu dan obat-obatan lainnya.
Museum ini dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang yang berkantor di lokasi yang sama. Museum ini memamerkan sejumlah arca peninggalan Kerajaan Singosari yang berhasil dihimpun oleh Pemerintah Kota Malang sejak tahun 2001.
Terletak persis di belakang Rumah Sakit Universitas Brawijaya (RSUB) di Jalan Soekarno-Hatta, Kelurahan Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, akses menuju museum dua lantai ini cukup mudah. Pengunjung hanya perlu menjumpai RSUB lalu masuk lewat gerbang Griya Shanta di utara RSUB dan berjalan lurus hingga menjumpai sebuah papan kuning penunjuk museum. Setelah itu belok kiri dan ikuti saja jalannya hingga menjumpai gapura berwarna ungu di sisi kanan jalan.
Tersedia parkir yang luas di halaman museum untuk kendaraan pribadi. Untuk masuk ke museum, pengunjung tidak ditarik biaya sama sekali. Pengunjung hanya harus mengisi buku tamu di resepsionis. Museum ini menerima kunjungan setiap hari pada pukul 08.00-16.00 (Senin-Kamis), 08.00-15.00 (Jumat-Sabtu), dan 10.00-15.00 (Ahad).
Transportasi umum yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Museum Mpu Purwa adalah jasa ojek online dan angkutan kota (angkot) bertrayek ABG dan CKL. Jika menumpang angkot, bisa minta turun di depan RSUB lalu berjalan kaki sesuai rute yang telah dijelaskan sebelumnya.
Tempat menginap terdekat yang direkomendasikan untuk pengunjung adalah Hotel Sahid Montana 2 di Jalan Candi Panggung dan Everyday Smart Hotel di Jalan Soekarno-Hatta (depan Jembatan Soekarno-Hatta). Tarif per malamnya mulai Rp380.000,00 untuk Everyday Smart Hotel dan Rp275.000,00 untuk Hotel Sahid Montana 2.
Tempat makan yang direkomendasikan adalah Eat Two Burger, Uniccrab, Pizza Combi Soehat, dan Warung Lesehan Yogyakarta. Seluruh tempat makan ini terletak di Jalan Soekarno-Hatta, kecuali Warung Lesehan Yogyakarta yang berlokasi di Jalan Kendalsari Barat.
Foto: Brisik.id/Rayhan Aulia Prakoso
Museum Mpu Purwa dulunya bernama Balai Penyelamatan Benda Purbakala Mpu Purwa. Dibangun di tahun 2003, museum yang berlokasi di bekas SDN Mojolangu 2 ini diresmikan bersamaan dengan Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei 2004 oleh wali kota saat itu, Peni Suparto.
Sekitar 2014, museum ini direvitalisasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Revitalisasi museum ini selesai tahun 2018 dan diresmikan pada 14 Juli 2018 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, Prof. Muhadjir Effendy.
Foto: Brisik.id/Rayhan Aulia Prakoso
Terdiri Dari Dua Lantai
Lantai pertama museum merupakan lobi dan ruang pameran sejumlah arca yang berhasil dihimpun dari sejumlah tempat di Malang Raya. Arca ″Brahma Catur Muka″ berada di depan pintu masuk, seakan menyambut pengunjung museum bersama deretan topeng khas Malang di sisi kiri pintu.
Ruang pameran arca yang berada di sisi kanan tangga menyajikan koleksi arca yang berhasil dihimpun. Sepuluh di antaranya tersimpan di balok-balok kaca di tengah ruang pameran.
Arca ″Ganesya Bunulrejo″ yang berada di depan ruang ini merupakan salah satu arca yang berhasil ditemukan Pemerintah Kota Malang di kawasan Bunulrejo.
Tak hanya arca-arca, di ruangan ini juga terdapat kubus-kubus berputar yang berisi informasi seputar candi-candi di Malang Raya dan sejumlah benda purbakala lainnya. Informasi serupa juga dapat dijumpai di dindingnya.
Foto: Brisik.id/Rayhan Aulia Prakoso
Lantai dua museum terdiri dari dua ruangan. Ruang pertama masih seperti ruang di lantai satu yang menyajikan sejumlah arca. Di dinding ruang pertama terdapat deretan poster yang berisi sejarah sejumlah candi seperti Candi Singosari, Candi Jago, dan Candi Kidal serta linimasa era Kerajaan Singosari.
Ada pula diorama besar yang menggambarkan aktivitas Mpu Purwa sebagai seorang pemuka agama Buddha. Mpu Purwa juga merupakan ayah dari Ken Dedes, istri Ken Arok.
Foto: Brisik.id/Rayhan Aulia Prakoso
Kisah-kisah tentang mereka dapat pengunjung lihat di ruang kedua. Terdapat diorama-diorama kecil yang menggambarkan kisah permulaan era Singosari, di samping juga mengisahkan Mpu Purwa, Ken Dedes, dan Ken Arok. Selain itu, pengunjung juga dapat menjumpai arca ″Ganesya Tikus″ dan empat benda purbakala lainnya.
Foto: Brisik.id/Rayhan Aulia Prakoso
Empat benda ini antara lain; dua Kuncup Teratai, Batu Pelor, dan Batu Pipisan. Kuncup Teratai merupakan simbol dewa-dewi kahyangan yang jamak ditemui di bangunan-bangunan suci agama Hindu dan Buddha. Batu Pipisan dan Batu Pelor merupakan benda pakai. Hanya Batu Pipisan yang diketahui fungsinya, yaitu untuk menghaluskan bahan-bahan membuat jamu dan obat-obatan lainnya.
Artikel ini ditulis oleh Rayhan Aulia Prakoso