Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id
Bila sedang liburan dan berencana untuk mengeksplor beragam wisata yang ada di kota Medan, maka sempatkanlah untuk berwisata religi. Pasalnya, selain memiliki wisata-wisata alam dan kebudayaan nan memesona, kota ini juga terdapat salah satu destinasi wisata religi yang patut untuk Anda kunjungi.
Namanya adalah Masjid Raya Al Mashun atau yang kerap disapa dengan Masjid Raya Medan. Masjid ini bukan hanya sekedar menjadi destinasi religi dan tempat beribadah belaka, tetapi menjadi simbol atau ikon dari Kota Medan sendiri.
Masjid Raya Al Mashun menjadi salah satu masjid dan wisata religi yang populer di kota Medan. Hal ini lantaran, Masjid ini terkenal memiliki Al Qur’an berusia tua yang terletak di pintu masuk jemaah laki-laki.
Meski sudah berusia tua, Al Qur’an yang ditulis tangan ini masih jelas terbaca. Tak hanya itu saja, ada hal lain yang membuat masjid ini populer, yakni bangunannya yang megah dan letaknya yang cukup strategis. Berada di tengah-tengah kota Medan, tepatnya di Jalan Sisingamangaraja No. 61, Kota Medan, Sumatera Utara, Masjid Raya Al Mashun merupakan masjid tertua yang ada di kota Medan.
Dengan usia yang sudah genap menginjak 110 tahun, bagunan masjid ini tercatat belum pernah direnovasi. Bangunannya masih berdiri kokoh sejak dibangun pada masa pemerintahan Sultan Ma’mun Al-Rasyid Perkasa Alam IX di tahun 1906 sampai 1909. Oleh sebab itu, masjid ini bisa dibilang merupakan salah satu peninggalan seorang Sultan Deli dari Sumatera Utara. Hal ini pun membuatnya memiliki peranan penting dalam unsur sejarah kota Medan.
Saat memasuki area bangunannya, pengunjung akan langsung dibuat takjub dengan bentuk persegi delapan dengan empat serambi utama. Di bagian dalam terdapat delapan pilar berdiameter ± 60 cm yang menyokong kubah utama di bagian tengah ruangan.
Kubah masjid ini mengikuti gaya arsitektur Turki dengan bentuk yang patahan bersegi delapan. Kubah utama dikelilingi empat kubah lain di atas masing-masing beranda dengan ukuran yang lebih kecil.
Terdapat dua menara di samping kiri dan kanan pada sisi belakang Masjid Raya Al Mashun yang semakin menjadikannya terlihat lebih indah dan memesona. Menara Masjid ini berhiaskan paduan gaya bangunannya antara Mesir, Iran dan Arab.
Arsitektur Masjid Raya Al Mashun mengusung empat konsep gaya, yakni Turki, Arab, Eropa dan India. Selain itu, Masjid Raya Al Mashun rupanya juga memiliki corak dan ornamen yang tak lupa memadukan unsur budaya Melayu.
Hal ini dapat dilihat dari pintu kayunya yang memiliki cat berwarna biru dan kuning. Warna kuning merupakan sifat dari warga Melayu yang memiliki arti pembawa damai bagi orang-orang sekitarnya.
Sumber foto:Instagram.com/madariyanhadi
Lalu, pada bagian pintu-pintunya terdapat ornamen bergaya khas Eropa yang melengkung dengan kaca patri berukuran besar berwarna-warni. Sedangkan untuk dinding-dindingnya mengandung ornamen bercorak khas India yang membuat masjid semakin terlihat artistik.
Adapun tiang masjid yang berjumlah delapan tadi terbuat dari marmer asli dari Italia yang dikenal kuat dan kokoh. Konsep bangunannya sendiri dirancang oleh arsitek berkebangsaan Belanda, Theodoor Van Erp, yang kemudian proses pengerjaannya dilakukan oleh JA Tingdeman.
Masjid yang luasnya mencapai 5.000 m2 ini, dibangun di atas lahan seluas 18.000 m2. Dengan begitu, masjid ini dapat menampung ratusan hingga ribuan jemaah. Masjid ini pun terbuka untuk umum selama 24 jam setiap harinya.
Pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi ataupun transportasi umum untuk menempuh rute lokasinya. Di sekitaran lokasi masjid, akan banyak warung kuliner yang dapat ditemukan dan dijadikan lokasi bersantap.
Sementara bagi yang ingin menginap, tersedia hotel-hotel dengan fasilitas yang memadai. Sebut saja Hotel Garuda Plaza, JW Marriott Hotel Medan, dan Madani Syariah Hotel. Ketiga hotel ini menawarkan harga kisaran antara Rp500.000 hingga Rp1.500.000/malam.
Namanya adalah Masjid Raya Al Mashun atau yang kerap disapa dengan Masjid Raya Medan. Masjid ini bukan hanya sekedar menjadi destinasi religi dan tempat beribadah belaka, tetapi menjadi simbol atau ikon dari Kota Medan sendiri.
Masjid Raya Al Mashun menjadi salah satu masjid dan wisata religi yang populer di kota Medan. Hal ini lantaran, Masjid ini terkenal memiliki Al Qur’an berusia tua yang terletak di pintu masuk jemaah laki-laki.
Meski sudah berusia tua, Al Qur’an yang ditulis tangan ini masih jelas terbaca. Tak hanya itu saja, ada hal lain yang membuat masjid ini populer, yakni bangunannya yang megah dan letaknya yang cukup strategis. Berada di tengah-tengah kota Medan, tepatnya di Jalan Sisingamangaraja No. 61, Kota Medan, Sumatera Utara, Masjid Raya Al Mashun merupakan masjid tertua yang ada di kota Medan.
Dengan usia yang sudah genap menginjak 110 tahun, bagunan masjid ini tercatat belum pernah direnovasi. Bangunannya masih berdiri kokoh sejak dibangun pada masa pemerintahan Sultan Ma’mun Al-Rasyid Perkasa Alam IX di tahun 1906 sampai 1909. Oleh sebab itu, masjid ini bisa dibilang merupakan salah satu peninggalan seorang Sultan Deli dari Sumatera Utara. Hal ini pun membuatnya memiliki peranan penting dalam unsur sejarah kota Medan.
Sumber foto:Instagram.com/madariyanhadi
Saat memasuki area bangunannya, pengunjung akan langsung dibuat takjub dengan bentuk persegi delapan dengan empat serambi utama. Di bagian dalam terdapat delapan pilar berdiameter ± 60 cm yang menyokong kubah utama di bagian tengah ruangan.
Kubah masjid ini mengikuti gaya arsitektur Turki dengan bentuk yang patahan bersegi delapan. Kubah utama dikelilingi empat kubah lain di atas masing-masing beranda dengan ukuran yang lebih kecil.
Terdapat dua menara di samping kiri dan kanan pada sisi belakang Masjid Raya Al Mashun yang semakin menjadikannya terlihat lebih indah dan memesona. Menara Masjid ini berhiaskan paduan gaya bangunannya antara Mesir, Iran dan Arab.
Arsitektur Masjid Raya Al Mashun mengusung empat konsep gaya, yakni Turki, Arab, Eropa dan India. Selain itu, Masjid Raya Al Mashun rupanya juga memiliki corak dan ornamen yang tak lupa memadukan unsur budaya Melayu.
Hal ini dapat dilihat dari pintu kayunya yang memiliki cat berwarna biru dan kuning. Warna kuning merupakan sifat dari warga Melayu yang memiliki arti pembawa damai bagi orang-orang sekitarnya.
Sumber foto:Instagram.com/madariyanhadi
Lalu, pada bagian pintu-pintunya terdapat ornamen bergaya khas Eropa yang melengkung dengan kaca patri berukuran besar berwarna-warni. Sedangkan untuk dinding-dindingnya mengandung ornamen bercorak khas India yang membuat masjid semakin terlihat artistik.
Adapun tiang masjid yang berjumlah delapan tadi terbuat dari marmer asli dari Italia yang dikenal kuat dan kokoh. Konsep bangunannya sendiri dirancang oleh arsitek berkebangsaan Belanda, Theodoor Van Erp, yang kemudian proses pengerjaannya dilakukan oleh JA Tingdeman.
Masjid yang luasnya mencapai 5.000 m2 ini, dibangun di atas lahan seluas 18.000 m2. Dengan begitu, masjid ini dapat menampung ratusan hingga ribuan jemaah. Masjid ini pun terbuka untuk umum selama 24 jam setiap harinya.
Pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi ataupun transportasi umum untuk menempuh rute lokasinya. Di sekitaran lokasi masjid, akan banyak warung kuliner yang dapat ditemukan dan dijadikan lokasi bersantap.
Sementara bagi yang ingin menginap, tersedia hotel-hotel dengan fasilitas yang memadai. Sebut saja Hotel Garuda Plaza, JW Marriott Hotel Medan, dan Madani Syariah Hotel. Ketiga hotel ini menawarkan harga kisaran antara Rp500.000 hingga Rp1.500.000/malam.
Artikel ini ditulis oleh Elieser Maharani Sebayang