Sumber gambar: bbc.com
Isu mengenai bahaya vaping tengah berkumandang beberapa waktu ini. Banyak pro dan kontra yang beredar mengenai bahaya dari vaping. Di Amerika Serikat sendiri, pihak pemerintah telah mengumumkan bahwa mereka akan segera melarang produk-produk rokok elektronik yang beraroma untuk mencegah meningkatnya jumlah pengguna, terutama di kalangan anak muda.
Belakangan ini memang tenga mewabah penyakit paru-paru terkait vaping yang telah menewaskan enam orang dan membuat ratusan orang jatuh sakit.
Lantas apakah vaping memang berbahaya? Berikut empat hal mengenai vaping yang harus kamu ketahui.
Apakah Vaping Lebih Aman Daripada Merokok?
Tidak seperti rokok tembakau, rokok elektronik atau vape tidak terbakar. Para vaper "merokok" menggunakan perangkat elektronik, yang bekerja dengan caa memanaskan cairan beraroma tertentu yang berubah menjadi uap dan terhirup. Oleh karena itu, dikatakan para vaper tidak terkena paparan senyawa kimia yang terdapat pada rokok tembakau biasa, sehingga dikatakan bahwa tidak ada kaitan antara vaping dengan kanker.
Meskipun demikian, cairan beraroma yang digunakan untuk vaping juga mengandung nikotin yang sangat adiktif. Menurut Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional di AS (US National Academy of Sciences atau NAS), terdapat berbagai senyawa lain yang berpotensi bahaya di dalam cairan vaping. Hal ini berdasarkan studi yang mereka lakukan di tahun 2018.
Terdapat bukti substansial dimana uap vape mengandung senyawa logam, baik dari koil yang digunakan sebagai pemanas maupun dari komponen lainnya. Beberapa cairan perasa yang digunakan juga mengandung diacetyl, bahan kimia yang terkait dengan penyakit paru-paru serius.
Sementara itu, sebagian besar literatur ilmiah yang ada berpendapat bahwa vaping tidak terlalu beracun jika dibandingkan dengan merokok. "Implikasi untuk efek jangka panjang pada morbiditas dan mortalitas belum jelas dan akan membutuhkan puluhan tahun lebih banyak data dan studi untuk mengetahui secara pasti," kata NAS kemudian.
Investigasi Oleh Pihak Pemerintah AS
Saat ini gejala awal dari para pasien adalah kesulitan bernapas dan nyeri pada bagian dada. Beberapa diantara mereka tengah dirawat di rumah sakit dan ditempatkan pada ventilator.
Beberapa remaja ditempatkan dalam keadaan koma yang diinduksi secara medis. Menurut para dokter, mungkin beberapa di antara mereka akan membutuhkan transplatasi paru-paru.
Departemen kesehatan New York memfokuskan penyelidikannya pada kartrid ganja palsu yang mengandung minyak vitamin E, yang berbahaya jika terhirup. Namun otoritas federal belum mengidentifikasi zat tunggal yang umum untuk semua kasus.
Beberapa petugas medis telah melaporkan telah melihat pasien memiliki pneumonia lipoid akut, suatu bentuk penyakit pernapasan yang tidak menular yang terjadi ketika minyak atau zat yang mengandung lemak memasuki paru-paru. Hal ini merupakan suatu petunjuk potensial untuk apa yang mendorong penyakit ini untuk berkembang.
Masih belum jelas mengapa kasus ini hanya dilaporkan di Amerika Serikat dan apakah kasus ini merupakan kasus baru atau kasus lama yang sebelumnya salah didiagnosa.
Tindakan Otoritas Lokal AS
Pada bulan Juni, San Francisco menjadi kota pertama di AS yang melarang penjualan dan pembuatan rokok elektronik. Semenjak saat itu langkah ini diikuti oleh Richmond, Virginia.
Langkah ini ditentang oleh JUUL, produsen rokok elektronik terkemuka. Mereka mengatakan langkah tersebut hanya akan membuat para vaper kembali ke kebiasaan lama mereka, yakni merokok tembakau.
Regulasi
Industri vaping bersikeras bahwa mereka tidak ingin orang di bawah umur menggunakan produknya. Mereka mengatakan bahwa lebih banyak langkah yang harus ditempuh untuk mencegah penjualan produk mereka secara ilegal. Saat ini rokok elektronik sudah ilegal untuk dijual kepada customer di bawah 18 atau 21, tergantung negara dari negara bagian.
Namun demikian, larang tersebut juga berimbas kepada para pecandu rokok berusia dewasa. Mereka cenderung tetap merokok tembakau dibandingkan untuk beralih ke rokok elektronik.
Isu mengenai bahaya vaping tengah berkumandang beberapa waktu ini. Banyak pro dan kontra yang beredar mengenai bahaya dari vaping. Di Amerika Serikat sendiri, pihak pemerintah telah mengumumkan bahwa mereka akan segera melarang produk-produk rokok elektronik yang beraroma untuk mencegah meningkatnya jumlah pengguna, terutama di kalangan anak muda.
Belakangan ini memang tenga mewabah penyakit paru-paru terkait vaping yang telah menewaskan enam orang dan membuat ratusan orang jatuh sakit.
Lantas apakah vaping memang berbahaya? Berikut empat hal mengenai vaping yang harus kamu ketahui.
Apakah Vaping Lebih Aman Daripada Merokok?
Tidak seperti rokok tembakau, rokok elektronik atau vape tidak terbakar. Para vaper "merokok" menggunakan perangkat elektronik, yang bekerja dengan caa memanaskan cairan beraroma tertentu yang berubah menjadi uap dan terhirup. Oleh karena itu, dikatakan para vaper tidak terkena paparan senyawa kimia yang terdapat pada rokok tembakau biasa, sehingga dikatakan bahwa tidak ada kaitan antara vaping dengan kanker.
Meskipun demikian, cairan beraroma yang digunakan untuk vaping juga mengandung nikotin yang sangat adiktif. Menurut Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional di AS (US National Academy of Sciences atau NAS), terdapat berbagai senyawa lain yang berpotensi bahaya di dalam cairan vaping. Hal ini berdasarkan studi yang mereka lakukan di tahun 2018.
Terdapat bukti substansial dimana uap vape mengandung senyawa logam, baik dari koil yang digunakan sebagai pemanas maupun dari komponen lainnya. Beberapa cairan perasa yang digunakan juga mengandung diacetyl, bahan kimia yang terkait dengan penyakit paru-paru serius.
Sementara itu, sebagian besar literatur ilmiah yang ada berpendapat bahwa vaping tidak terlalu beracun jika dibandingkan dengan merokok. "Implikasi untuk efek jangka panjang pada morbiditas dan mortalitas belum jelas dan akan membutuhkan puluhan tahun lebih banyak data dan studi untuk mengetahui secara pasti," kata NAS kemudian.
Investigasi Oleh Pihak Pemerintah AS
Saat ini gejala awal dari para pasien adalah kesulitan bernapas dan nyeri pada bagian dada. Beberapa diantara mereka tengah dirawat di rumah sakit dan ditempatkan pada ventilator.
Beberapa remaja ditempatkan dalam keadaan koma yang diinduksi secara medis. Menurut para dokter, mungkin beberapa di antara mereka akan membutuhkan transplatasi paru-paru.
Departemen kesehatan New York memfokuskan penyelidikannya pada kartrid ganja palsu yang mengandung minyak vitamin E, yang berbahaya jika terhirup. Namun otoritas federal belum mengidentifikasi zat tunggal yang umum untuk semua kasus.
Beberapa petugas medis telah melaporkan telah melihat pasien memiliki pneumonia lipoid akut, suatu bentuk penyakit pernapasan yang tidak menular yang terjadi ketika minyak atau zat yang mengandung lemak memasuki paru-paru. Hal ini merupakan suatu petunjuk potensial untuk apa yang mendorong penyakit ini untuk berkembang.
Masih belum jelas mengapa kasus ini hanya dilaporkan di Amerika Serikat dan apakah kasus ini merupakan kasus baru atau kasus lama yang sebelumnya salah didiagnosa.
Tindakan Otoritas Lokal AS
Pada bulan Juni, San Francisco menjadi kota pertama di AS yang melarang penjualan dan pembuatan rokok elektronik. Semenjak saat itu langkah ini diikuti oleh Richmond, Virginia.
Langkah ini ditentang oleh JUUL, produsen rokok elektronik terkemuka. Mereka mengatakan langkah tersebut hanya akan membuat para vaper kembali ke kebiasaan lama mereka, yakni merokok tembakau.
Regulasi
Industri vaping bersikeras bahwa mereka tidak ingin orang di bawah umur menggunakan produknya. Mereka mengatakan bahwa lebih banyak langkah yang harus ditempuh untuk mencegah penjualan produk mereka secara ilegal. Saat ini rokok elektronik sudah ilegal untuk dijual kepada customer di bawah 18 atau 21, tergantung negara dari negara bagian.
Namun demikian, larang tersebut juga berimbas kepada para pecandu rokok berusia dewasa. Mereka cenderung tetap merokok tembakau dibandingkan untuk beralih ke rokok elektronik.
Artikel ini ditulis oleh Septi