Ketika mayoritas masyarakat muslim di Indonesia melakukan ziarah ke makam orang tua mereka sebelum datangnya bulan Ramadhan, ada hal lain yang biasa dilakukan masyarakat di sebagian besar wilayah Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Mereka masih menjaga tradisi turun temurun yang dinamakan Iriban. Tradisi ini merupakan ungkapan syukur dan upaya masyarakat dalam mempertahankan sumber air di lingkungan mereka. Nama Iriban sendiri diambil dari kata “irip-iripan” yang mengandung arti menjaga sumber mata air.
Letak wilayah yang berada di kaki gunung Ungaran, memberikan berkah melimpah dalam wujud sumber mata air. Beberapa minggu menjelang bulan Ramadhan, masyarakat biasanya sudah mulai aktif membersihkan kali (sungai), embung (waduk), dan sumber mata air lainnya. Pada hari terakhir atau hari puncak pembersihan, akan diadakan doa dan makan bersama warga sekampung.
Uniknya, yang memasak adalah para lelaki. Makanan wajibnya yaitu ayam kampung yang dibakar menggunakan bambu muda secara langsung di dekat sumber mata air. Potongan ayam kampung biasanya dicampur dengan dedaunan seperti daun kopi dan jenis sayur urap lainnya, yang kemudian dimasukkan ke dalam bambu muda lalu ditutup dengan daun jati sebelum di bakar.
Sementara itu, para wanita berbondong menuju tempat acara dengan membawa perlengkapan pendukung seperti nasi, lauk pauk berupa ikan asin, tahu tempe bacem, dan tak lupa juga air minumnya. Setelah hidangan siap, mereka menyajikannya beralaskan daun pisang yang dijejer mengelilingi sumber mata air. Hidangan dapat disantap bersama-sama oleh semua orang yang datang di acara tersebut setelah pemuka agama setempat selesai melakukan prosesi doa.
Desa Lerep adalah salah satu desa yang masih rutin melakukan tradisi ini setiap tahun. Berkembangnya konsep pariwisata berbasis masyarakat telah membuahkan ide bagi pengelola Desa Wisata Lerep dan desa tetangga untuk memasukkan kuliner pada tradisi Iriban ini menjadi paket wisata. Sego (nasi) Iriban, begitu mereka memperkenalkan kuliner desa mereka.
Upaya memperkenalkan tradisi desa ini kepada masyarakat yang lebih luas rupanya disambut baik oleh pemerintah kabupaten dan provinsi. Baru di tahun 2020 ini, Iriban dijadikan sebagai festival tahunan yang dilakukan pertama kalinya pada tanggal 12 Maret lalu. Festival “Pasar Djajanan Ndeso Desa Lerep” dilaksanakan di Embung (Waduk) Sebligo, Desa Lerep, Kabupaten Semarang, dengan dihadiri oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Setelah prosesi adat dilaksanakan, para hadirin dapat menikmati sego Iriban yang ditata di atas daun pisang dengan menghadap ke embung. Selain itu, masyarakat sekitar juga menyiapkan produk lokal berupa jajanan pasar, minuman tradisional, dan kerajinan tangan untuk dijual ala “ndeso” di stan yang sudah disiapkan.
Seluruh masyarakat kompak menggunakan kain lurik serta jarik untuk menyambut tamu-tamu yang datang. Festival ini memberlakukan konsep tanpa plastik. Jadi, setiap makanan yang dijual akan dibungkus menggunakan daun pisang atau daun jati. Sedangkan minuman, disediakan mangkok dan sendok berbahan batok kelapa. Menariknya lagi, sistem transaksi jual beli dilakukan dengan penukaran koin yang terbuat dari kayu.