Saat berkunjung ke Kota Padang, sempatkanlah juga untuk mengunjungi kota tuanya. Lokasinya masih satu komplek dengan jembatan Sitinurbaya atau berdekatan dengan Sungai Batang Arau.
Jelajah Kota Tua Padang lebih seru dilakukan dengan berjalan kaki atau menggunakan sepeda kayuh. Dengan begtu, Anda dapat secara maksimal menikmati suasana jaman dulu.
Kota Tua Padang atau disebut juga dengan Padang Dahulu, didirikan oleh para perantau Minangkabau dari daratan tinggi (darek). Tempat pemukiman pertama adalah perkampungan di pinggir selatan Sungai Batang Arau atau sekarang bernama Seberang Pebayan. Kawasan tersebut juga dekat dengan pelabuhan yang dinamai Muaro Padang. Secara geografis pelabuhan ini terlindungi dengan ombak yang ganas dari Samudera India.
Foto: Ian Rush
Kapal yang singgah di Muaro Padang biasanya menawarkan kain dari luar atau menginginkan rempah-rempah lokal seperti kopi, cengkeh, lada, dan bahan-bahan lainnya. Pelabuhan ini semakin terkenal pada 1511 ketika bangsa Portugis memblokade jalur malaka. Kapal dagang dari negara-negara asia dan sebagian eropa memutar ke arah kawasan pantai barat Sumatera serta menjadikan penghubung ke perairan Sunda.
Kenginan Belanda dalam menguasai perdagangan, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada tahun 1633 berhasil mengadu domba masyarakat Minangkabau dan Aceh. Sehingga Kota Padang dijadikan sebagai markas besarnya untuk kawasan pantai barat Sumatera (Sumatra Westkust). Itu sebabnya kebanyakan bangunan lama di sini merupakan penginggalan Belanda dan Aceh.
Foto: brisik.id
Umumnya bangunan klasik di kawasan kota tua ini adalah bekas perusahaan yang berjaya pada masanya. Perusahaan tersebut juga menjadi saksi bisu kemajuan ekonomi Kota Padang pada zaman dahulu. Seperti gedung PT Dharma Niaga, PT Cipta Niaga, PT Busana Andalas, PT Hiswana Pertamina, PT Kurnia Jagad Abadi dan PT Cipta Niaga Persero dan lainnya. Selain itu ada bangunan negara lain, seperti Societa Commissionaria Di Esportazone E Di Importazione (Incorporated In Switzerland). Bangunan-bangunan tersebut ada yang masih utuh dan ada yang sudah tidak layak namun saat ini belum ada langkah kongkrit untuk penanganan bangunan yang sudah hancur.
Wisatawan yang datang lewat jalur udara dapat langsung mengunjungi Kota Tua dengan lebih cepat dan efisien. Dekat dengan lokasi tersebut, telah aktif kembali Stasiun Pulau Air (Pulau Aie) yang merupakan stasiun pertama yang dibangun oleh Kolonial Belanda pada masa itu. Stasiun ini menghubungkan Bandara, Stasiun Duku, Stasiun Simpang Aru dan terakhir Pulau Air. Pengunjung dari bandara bisa langsung membeli tiket seharga Rp10.000 menuju mana saja.
Foto: brisik.id
Menuju arah barat, tepat di bawah jembatan Siti Nurbaya berdiri gedung Bank Indonesia atau dulu bernama De Javache Bank (1864) yang merupakan kantor perbankan pertama dan tertua di Minangkabau. Gedung perbankan ini merupakan gedung cabang ketiga setelah Surabaya dan Semarang. De Javache Bank telah berdiri di 12 Kota di Indonesia pada zaman Belanda. Bangunan-bangunan tersebut termasuk cagar budaya dijadikan sebagai tempat informasi perbankan dan menyelenggarakan berbagai kegiatan edukatif.
Selain itu, di sini banyak spot foto menarik, terutama bagi para pecinta fotografi. Tempat ini juga cocok untuk dijadikan lokasi shooting film. Anda dapat mencari referensi tambahan melalui Padang Heritage untuk mengenal lebih dekat dengan kota tua.
Foto: booking.com
Tersedia banyak penginapan murah di sekitar Kota Tua Padang. Salah satunya adalah Kokos Hostel Padang City. Penginapan ini beralamat di Jl. Batang Arau No.58, RW.05, Berok Nipah, Kec. Padang Baru, Kota Padang, Sumatera Barat atau berada tepat di samping Museum Bank Indonesia Padang.
Penginapan ini menawarkan akomodasi berupa kolam renang luar ruangan, wifi gratis, tempat parkir pribadi gratis, bar, lounge, taman dan teras. Harga menginap per malamnya mulai dari Rp330.000. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi 0812-6188-8102.