Foto: brisik.id/Zahir
Kali ini Teman Brisik akan diajak untuk mengunjungi salah satu jalan di Kota Surabaya yang masih masuk dalamaarea kota tua Surabaya. Nama area tersebut adalah Jalan Kembang Jepun. Jalan ini merupakan salah satu jalan besar di Kota Surabaya yang sejak zaman dahulu menjadi pusat perekonomian.
Foto: Brisik.id/Zahir
Sejarah Singkat
Sebelum dikenal sebagai Jalan Kembang Jepun, pada masa kolonial Belanda nama jalan ini adalah Handelstraat yang berasal dari kata ‘Handel’ yang berarti perdagangan dan ‘Straat’ yang memiliki arti jalan. Hal ini dikarenakan pada masa kolonial dahulu jalan ini menjadi salah satu aktivitas perdagangan di Surabaya.
Kemudian pada zaman pendudukan Jepang, banyak tentara Jepang yang menyinggahi daerah ini untuk bertemu dengan gadis-gadis lokal yang disebut dengan ‘kembang’. Sedangkan kata ‘Jepun’ sendiri merupakan sebutan lain dari Jepang. Dari hal itulah kemudian daerah ini kini lebih dikenal dengan nama Kembang Jepun.
Wilayah Kembang Jepun sendiri pada masa lalu merupakan pertemuan antara pemukiman etnis Tionghoa, Eropa dan Arab atau Timur Tengah serta pribumi di Surabaya. Hal ini dikarenakan kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang mengelompokkan pemukiman penduduk berdasarkan etnisnya. Kembang Jepun sendiri diibaratkan sebagai pembatas dari pemukiman-pemukiman tersebut.
Foto: Brisik.id/Zahir
Lokasi
Jalan Kembang Jepun sendiri berada di wilayah kota tua Surabaya, tepatnya di daerah Bongkaran, Kecamatan Pabean Cantian. Jalan ini masih sangat berdekatan dengan Jalan Gula yang menjadi salah satu ikon kota tua di Surabaya.
Untuk menuju lokasi jalan ini sangat mudah karena berdekatan dengan Jembatan Merah Surabaya. Dari Jalan Rajawali, Teman Brisik hanya cukup lurus hingga ke pertigaan antara Jalan Jembatan Merah dan Jalan Rajawali. Lokasi Jalan Kembang Jepun akan terlihat setelah Teman Brisik melewati Jembatan Merah.
Jalan Kembang Jepun juga dikenal sebagai salah satu pecinan di kota Surabaya pada masa kini. Hal ini ditandai dengan adanya dua buah gerbang gapura besar berhiaskan naga di atasnya dan dua patung singa yang berada di ujung jalan.
Di dalam area jalan yang memiliki panjang hampir 1 km ini terdapat beberapa bangunan kuno baik yang bergaya khas Tionghoa maupun yang bergaya kolonial. Salah satu gedung yang memiliki corak bangunan unik di daerah ini adalah Gedung Kadin yang atapnya memiliki ornamen dua buah kepala naga yang saling membelakangi. Selain itu di gerbang naga yang mengarah ke Jembatan merah juga ada Gedung Jawa Pos yang bangunannya bergaya khas kolonial.
Foto: Brisik.id/Zahir
Jalan Kembang Jepun merupakan salah satu wilayah yang rutin sekali menyelenggarakan event-event tertentu. Mulai dari perayaan Imlek hingga festival rujak uleg yang diadakan untuk memperingati hari ulang tahun Kota Surabaya setiap tahunnya.
Selain itu di hari-hari normal, jalanan ini juga sering dijadikan spot berfoto karena nuansa klasiknya yang cukup kental. Teman Brisik disarankan datang ketika sore menjelang senja karena akan lebih menyuguhkan kesan kuno dari jalanan ini.
Bagi Teman Brisik yang ingin mencari makanan, di sepanjang jalanan ini banyak warung-warung yang menyediakan beragam makanan mulai dari pangsit, bakwan, bakso dan nasi campur. Bagi Teman Brisik yang muslim disarankan untuk menanyakan terlebih dahulu bahan makanannya karena beberapa menggunakan bahan makanan non-halal.
Bagi yang membutuhkan destinasi tempat menginap, ada beberapa hotel yang cukup direkomendasikan. Salah satunya adalah Hotel Arcadia Surabaya yang berada di Jalan Rajawali No.9-11, Krembangan Selatan, Kec. Krembangan. Tarif menginap per malamnya mulai dari Rp260.000/malam.
Foto: Brisik.id/Zahir
Sejarah Singkat
Sebelum dikenal sebagai Jalan Kembang Jepun, pada masa kolonial Belanda nama jalan ini adalah Handelstraat yang berasal dari kata ‘Handel’ yang berarti perdagangan dan ‘Straat’ yang memiliki arti jalan. Hal ini dikarenakan pada masa kolonial dahulu jalan ini menjadi salah satu aktivitas perdagangan di Surabaya.
Kemudian pada zaman pendudukan Jepang, banyak tentara Jepang yang menyinggahi daerah ini untuk bertemu dengan gadis-gadis lokal yang disebut dengan ‘kembang’. Sedangkan kata ‘Jepun’ sendiri merupakan sebutan lain dari Jepang. Dari hal itulah kemudian daerah ini kini lebih dikenal dengan nama Kembang Jepun.
Wilayah Kembang Jepun sendiri pada masa lalu merupakan pertemuan antara pemukiman etnis Tionghoa, Eropa dan Arab atau Timur Tengah serta pribumi di Surabaya. Hal ini dikarenakan kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang mengelompokkan pemukiman penduduk berdasarkan etnisnya. Kembang Jepun sendiri diibaratkan sebagai pembatas dari pemukiman-pemukiman tersebut.
Foto: Brisik.id/Zahir
Lokasi
Jalan Kembang Jepun sendiri berada di wilayah kota tua Surabaya, tepatnya di daerah Bongkaran, Kecamatan Pabean Cantian. Jalan ini masih sangat berdekatan dengan Jalan Gula yang menjadi salah satu ikon kota tua di Surabaya.
Untuk menuju lokasi jalan ini sangat mudah karena berdekatan dengan Jembatan Merah Surabaya. Dari Jalan Rajawali, Teman Brisik hanya cukup lurus hingga ke pertigaan antara Jalan Jembatan Merah dan Jalan Rajawali. Lokasi Jalan Kembang Jepun akan terlihat setelah Teman Brisik melewati Jembatan Merah.
Jalan Kembang Jepun juga dikenal sebagai salah satu pecinan di kota Surabaya pada masa kini. Hal ini ditandai dengan adanya dua buah gerbang gapura besar berhiaskan naga di atasnya dan dua patung singa yang berada di ujung jalan.
Di dalam area jalan yang memiliki panjang hampir 1 km ini terdapat beberapa bangunan kuno baik yang bergaya khas Tionghoa maupun yang bergaya kolonial. Salah satu gedung yang memiliki corak bangunan unik di daerah ini adalah Gedung Kadin yang atapnya memiliki ornamen dua buah kepala naga yang saling membelakangi. Selain itu di gerbang naga yang mengarah ke Jembatan merah juga ada Gedung Jawa Pos yang bangunannya bergaya khas kolonial.
Foto: Brisik.id/Zahir
Jalan Kembang Jepun merupakan salah satu wilayah yang rutin sekali menyelenggarakan event-event tertentu. Mulai dari perayaan Imlek hingga festival rujak uleg yang diadakan untuk memperingati hari ulang tahun Kota Surabaya setiap tahunnya.
Selain itu di hari-hari normal, jalanan ini juga sering dijadikan spot berfoto karena nuansa klasiknya yang cukup kental. Teman Brisik disarankan datang ketika sore menjelang senja karena akan lebih menyuguhkan kesan kuno dari jalanan ini.
Bagi Teman Brisik yang ingin mencari makanan, di sepanjang jalanan ini banyak warung-warung yang menyediakan beragam makanan mulai dari pangsit, bakwan, bakso dan nasi campur. Bagi Teman Brisik yang muslim disarankan untuk menanyakan terlebih dahulu bahan makanannya karena beberapa menggunakan bahan makanan non-halal.
Bagi yang membutuhkan destinasi tempat menginap, ada beberapa hotel yang cukup direkomendasikan. Salah satunya adalah Hotel Arcadia Surabaya yang berada di Jalan Rajawali No.9-11, Krembangan Selatan, Kec. Krembangan. Tarif menginap per malamnya mulai dari Rp260.000/malam.
Artikel ini ditulis oleh Zahir