Foto: Instagram.com/anas_assyathiri
Sebelum datangnya kaum kolonialis Belanda, Kota Surabaya menjadi salah satu daerah penting di pulau Jawa, bahkan Surabaya tetap menjadi kota yang penting pada masa pemerintahan Hindia-Belanda hingga masa kini. Tidak mengherankan kota yang memiliki julukan sebagai kota Pahlawan ini memiliki segudang peninggalan bersejarah yang tersebar di beragam pelosok kota.
Salah satu makam kuno yang ada di kota Surabaya adalah makam dari Raden Sawunggaling yang berada di kawasan barat Surabaya. Makam ini sendiri diyakini sudah berusia ratusan tahun dan ditetapkan oleh pemerintah kota Surabaya sebagai salah satu peninggalan cagar budaya.
Sumber: Instagram/@anas_assyathiri
Sang Adipati yang Melegenda
Raden Sawunggaling merupakan salah satu adipati yang pernah memerintah kota Surabaya. Adipati sendiri dalam masa kini bisa disebut sebagai bupati atau wali kota. Beliau merupakan salah satu adipati yang cukup terkenal dan melegenda di Surabaya. Bahkan karena kepopulerannya nama beliau dijadikan sebagai salah satu nama kelurahan di Surabaya.
Kisah Sawunggaling yang cukup terkenal adalah perjalanannya yang berjuang membuka lahan di wilayah barat Surabaya. Dia harus berhadapan dengan penguasa-penguasa hutan di sana demi membuka lahan untuk dijadikan pemukiman.
Selain itu Raden Sawunggaling juga terkenal sebagai sosok yang gagah berani dalam perjuangannya mengusir kaum penjajah. Beliau juga dikisahkan sebagai pribadi yang jujur dan baik hati, kisah-kisahnya juga dipentaskan dalam beberapa kesenian ludruk yang ada di kota Surabaya.
Raden Sawunggaling memiliki nama asli Joko Berek, putra dari Jayengrono yang juga merupakan Adipati Surabaya dan Dewi Sangkrah. Dalam perjalanan hidupnya untuk menjadi adipati dia harus menghadapi saudara tirinya sendiri yakni Sawungrana dan Sawungsari yang bersekongkol dengan kaum penjajah.
Sumber: Instagram/@anas_assyathiri
Makam dari Raden Sawunggaling sendiri berada di Jalan Lidah Wetan No.27, Kelurahan Lidah Wetan, Kec. Lakarsantri, Surabaya. Untuk menuju ke lokasi makam ini sendiri terbilang cukup mudah karena berdekatan dengan lokasi Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Lidah wetan.
Acuan awal apabila Teman Brisik dari area kampus UNESA adalah dari Fakultas Bahasa dan Seni cukup lurus saja menuju ke Jalan Lidah Wetan 5, lalu lurus hingga menemui perempatan. Ambil jalur kanan menuju Jalan Lidah Wetan, lokasi makam ini berada di samping kanan jalan tersebut berseberangan dengan Masjid Al-Kubro yang cukup besar.
Di dalam area makam ini tidak hanya terdapat makam Raden Sawunggaling saja. Ada makam Raden Ayu Pandan Sari, Dewi Sangkrah, Buyut Suruh (pengasuh Dewi Sangkrah), dan Raden Karyosentono (kusir Sawunggaling yang masih memiliki garis keturunan dari Sunan Giri).
Sumber: Instagram/@anas_assyathiri
Suasana dari area pemakaman ini cukup tenang dan sejuk serta cukup memanjakan mata. Hal ini karena banyak sekali ornamen dari kayu jati yang didesain dengan corak Jawa yang cukup khas menghiasi beragam sudut ruangan makam, selain itu juga terdapat beberapa lukisan-lukisan yang menghiasi beberapa sudut area makam.
Pemakaman ini cukup sering dikunjungi oleh para peziarah dan sejarawan baik dari dalam maupun luar Surabaya. Tiap tahun selalu diagendakan doa bersama dan gelar budaya di setiap bulan Suro dalam kalender Jawa, dan setiap malam Jumat legi diadakan selamatan atau doa bersama oleh penduduk sekitar.
Bagi yang mencari lokasi untuk bersantap, di sekitar lokasi makam terdapat beragam rumah makan yang menjual beragam makanan. Mulai dari nasi goreng, bakso, aneka hidangan seafood serta beberapa warung kopi juga tersedia di sekitar area makam.
Bagi yang membutuhkan fasilitas menginap terdapat beberapa penginapan yang cukup direkomendasikan. Salah satunya adalah Favehotel Graha Agung Surabaya yang berada di Pakuwon Square AK II, Jalan Mayjend. Yono Soewoyo No.10 - 11, Lidah Wetan, Lakarsantri.
Jarak hotel ke lokasi makam sekitar 2 km, untuk tarif menginap per malamnya mulai dari Rp300.00. Teman Brisik yang ingin menggunakan jasa dari hotel ini dapat menghubungi pihak hotel di nomor (031) 99000090.
Salah satu makam kuno yang ada di kota Surabaya adalah makam dari Raden Sawunggaling yang berada di kawasan barat Surabaya. Makam ini sendiri diyakini sudah berusia ratusan tahun dan ditetapkan oleh pemerintah kota Surabaya sebagai salah satu peninggalan cagar budaya.
Sumber: Instagram/@anas_assyathiri
Sang Adipati yang Melegenda
Raden Sawunggaling merupakan salah satu adipati yang pernah memerintah kota Surabaya. Adipati sendiri dalam masa kini bisa disebut sebagai bupati atau wali kota. Beliau merupakan salah satu adipati yang cukup terkenal dan melegenda di Surabaya. Bahkan karena kepopulerannya nama beliau dijadikan sebagai salah satu nama kelurahan di Surabaya.
Kisah Sawunggaling yang cukup terkenal adalah perjalanannya yang berjuang membuka lahan di wilayah barat Surabaya. Dia harus berhadapan dengan penguasa-penguasa hutan di sana demi membuka lahan untuk dijadikan pemukiman.
Selain itu Raden Sawunggaling juga terkenal sebagai sosok yang gagah berani dalam perjuangannya mengusir kaum penjajah. Beliau juga dikisahkan sebagai pribadi yang jujur dan baik hati, kisah-kisahnya juga dipentaskan dalam beberapa kesenian ludruk yang ada di kota Surabaya.
Raden Sawunggaling memiliki nama asli Joko Berek, putra dari Jayengrono yang juga merupakan Adipati Surabaya dan Dewi Sangkrah. Dalam perjalanan hidupnya untuk menjadi adipati dia harus menghadapi saudara tirinya sendiri yakni Sawungrana dan Sawungsari yang bersekongkol dengan kaum penjajah.
Sumber: Instagram/@anas_assyathiri
Makam dari Raden Sawunggaling sendiri berada di Jalan Lidah Wetan No.27, Kelurahan Lidah Wetan, Kec. Lakarsantri, Surabaya. Untuk menuju ke lokasi makam ini sendiri terbilang cukup mudah karena berdekatan dengan lokasi Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Lidah wetan.
Acuan awal apabila Teman Brisik dari area kampus UNESA adalah dari Fakultas Bahasa dan Seni cukup lurus saja menuju ke Jalan Lidah Wetan 5, lalu lurus hingga menemui perempatan. Ambil jalur kanan menuju Jalan Lidah Wetan, lokasi makam ini berada di samping kanan jalan tersebut berseberangan dengan Masjid Al-Kubro yang cukup besar.
Di dalam area makam ini tidak hanya terdapat makam Raden Sawunggaling saja. Ada makam Raden Ayu Pandan Sari, Dewi Sangkrah, Buyut Suruh (pengasuh Dewi Sangkrah), dan Raden Karyosentono (kusir Sawunggaling yang masih memiliki garis keturunan dari Sunan Giri).
Sumber: Instagram/@anas_assyathiri
Suasana dari area pemakaman ini cukup tenang dan sejuk serta cukup memanjakan mata. Hal ini karena banyak sekali ornamen dari kayu jati yang didesain dengan corak Jawa yang cukup khas menghiasi beragam sudut ruangan makam, selain itu juga terdapat beberapa lukisan-lukisan yang menghiasi beberapa sudut area makam.
Pemakaman ini cukup sering dikunjungi oleh para peziarah dan sejarawan baik dari dalam maupun luar Surabaya. Tiap tahun selalu diagendakan doa bersama dan gelar budaya di setiap bulan Suro dalam kalender Jawa, dan setiap malam Jumat legi diadakan selamatan atau doa bersama oleh penduduk sekitar.
Bagi yang mencari lokasi untuk bersantap, di sekitar lokasi makam terdapat beragam rumah makan yang menjual beragam makanan. Mulai dari nasi goreng, bakso, aneka hidangan seafood serta beberapa warung kopi juga tersedia di sekitar area makam.
Bagi yang membutuhkan fasilitas menginap terdapat beberapa penginapan yang cukup direkomendasikan. Salah satunya adalah Favehotel Graha Agung Surabaya yang berada di Pakuwon Square AK II, Jalan Mayjend. Yono Soewoyo No.10 - 11, Lidah Wetan, Lakarsantri.
Jarak hotel ke lokasi makam sekitar 2 km, untuk tarif menginap per malamnya mulai dari Rp300.00. Teman Brisik yang ingin menggunakan jasa dari hotel ini dapat menghubungi pihak hotel di nomor (031) 99000090.
Artikel ini ditulis oleh Zahir