Foto: Instagram.com/hamzahhermanto
Surabaya, kota yang berada di pesisir timur Pulau Jawa ini sudah sejak zaman dahulu menjadi pusat aktivitas masyarakat baik perekonomian, pemerintahan, sosial-budaya dan juga agama. Tidak heran jika di ibu kota Provinsi Jawa Timur ini banyak ditemui berbagai bukti peninggalan sejarah yang berusia sudah sangat tua bahkan beberapa ada yang berusia ratusan tahun.
Salah satu bangunan tua yang menjadi bukti sejarah penyebaran agama Islam di Kota Surabaya adalah Masjid Rahmat yang berada di daerah Wonokromo, Surabaya. Masjid Rahmat sendiri diyakini sebagai salah satu masjid tertua di Surabaya. Bahkan jauh sebelum kaum kolonialis Belanda menjejakkan kakinya di bumi Nusantara, masjid ini sudah berdiri.
Sumber: Instagram.com/iys_kurnia
Sejarah dan Mitos
Menurut sebagian orang, sejarah pembangunan masjid ini dimulai dari penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Raden Rahmat atau yang lebih dikenal dengan Sunan Ampel. Dalam perjalanannya menuju daerah Ampel melewati daerah hutan yang kini masuk wilayah Kembang Kuning, di sana beliau bertemu dengan Ki Wiryo Saroyo atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Bang Kuning.
Ki Bang Kuning kemudian menjadi pengikut dari Sunan Ampel dan membantu dalam penyebaran agama Islam di daerah tersebut. Lalu Sunan Ampel menikah dengan putri dari Ki Bang Kuning dan mendirikan sebuah tempat ibadah yang dulu dikenal dengan nama Langgar Tiban, yang kini dikenal dengan nama Masjid Rahmat. Konon dalam pembangunan langgar tersebut Sunan Ampel hanya memerlukan waktu semalam saja.
Sumber: Instagram.com/iys_kurnia
Dalam perkembangannya Langgar Tiban kemudian semakin dipugar dan diperbesar. Pemugaran tersebut dilakukan secara bertahap. Kemudian masjid ini kembali direnovasi pada 1967 dan diresmikan oleh Menteri Agama saat itu yakni Syaifuddin Zuhri.
Masjid Rahmat sendiri merupakan salah satu masjid yang cukup megah dan bersejarah di Surabaya. Arsitektur masjid setelah dipugar terbilang cukup unik karena mempertahankan gaya klasik dan beberapa ciri khas lokal.
Salah satu yang cukup mencolok adalah terdapat lima pintu pilar yang berbentuk daun semanggi. Seperti yang diketahui daun semanggi sangat khas dengan Kota Surabaya yakni mengacu kepada salah satu makanan tradisional yakni pecel semanggi.
Selain itu di dalam masjid terdapat empat buah pilar kuno yang merupakan sisa dari bangunan asli masjid yang masih dipertahankan untuk tidak menghilangkan sisa-sisa sejarahnya.
Masjid Rahmat berlokasi di Jalan Kembang Kuning No.79-81, Kelurahan Darmo, Kecamatan Wonokromo, Surabaya. Untuk menuju ke lokasi masjid terbilang cukup mudah, dengan rute Jalan Raya Diponegoro - Jalan Khairil Anwar - Jalan Kembang Kuning. Lokasi masjid tersebut tepat berada di samping kiri Jalan Kembang Kuning bersebelahan dengan bangunan SMP Rahmat Surabaya.
Di area sekitar masjid dapat pula ditemui beragam rumah makan dan warung yang menjual beragam makanan. Mulai dari mi ayam, soto, bakso, lontong mi dan beragam makanan lainnya. Di sini juga sering ditemukan penjual jajanan mulai dari pisang keju, roti bakar, siomay dan sebagainya. Untuk harga mulai dari Rp10.000 - 25.000 per porsinya.
Bagi yang mencari fasilitas menginap di sekitar lokasi Masjid Rahmat terdapat beberapa penginapan yang dapat dijadikan tujuan. Salah satu yang cukup direkomendasikan adalah Ibis Budget Surabaya Diponegoro yang berlokasi di Jalan Diponegoro No.183, Darmo, Kec. Wonokromo. Untuk tarif menginap per malamnya dimulai dengan harga Rp198.000. Bagi anda yang ingin menggunakan jasa hotel ini dapat menghubungi pihak hotel di nomor (031) 99537111.
Salah satu bangunan tua yang menjadi bukti sejarah penyebaran agama Islam di Kota Surabaya adalah Masjid Rahmat yang berada di daerah Wonokromo, Surabaya. Masjid Rahmat sendiri diyakini sebagai salah satu masjid tertua di Surabaya. Bahkan jauh sebelum kaum kolonialis Belanda menjejakkan kakinya di bumi Nusantara, masjid ini sudah berdiri.
Sumber: Instagram.com/iys_kurnia
Sejarah dan Mitos
Menurut sebagian orang, sejarah pembangunan masjid ini dimulai dari penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Raden Rahmat atau yang lebih dikenal dengan Sunan Ampel. Dalam perjalanannya menuju daerah Ampel melewati daerah hutan yang kini masuk wilayah Kembang Kuning, di sana beliau bertemu dengan Ki Wiryo Saroyo atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Bang Kuning.
Ki Bang Kuning kemudian menjadi pengikut dari Sunan Ampel dan membantu dalam penyebaran agama Islam di daerah tersebut. Lalu Sunan Ampel menikah dengan putri dari Ki Bang Kuning dan mendirikan sebuah tempat ibadah yang dulu dikenal dengan nama Langgar Tiban, yang kini dikenal dengan nama Masjid Rahmat. Konon dalam pembangunan langgar tersebut Sunan Ampel hanya memerlukan waktu semalam saja.
Sumber: Instagram.com/iys_kurnia
Dalam perkembangannya Langgar Tiban kemudian semakin dipugar dan diperbesar. Pemugaran tersebut dilakukan secara bertahap. Kemudian masjid ini kembali direnovasi pada 1967 dan diresmikan oleh Menteri Agama saat itu yakni Syaifuddin Zuhri.
Masjid Rahmat sendiri merupakan salah satu masjid yang cukup megah dan bersejarah di Surabaya. Arsitektur masjid setelah dipugar terbilang cukup unik karena mempertahankan gaya klasik dan beberapa ciri khas lokal.
Salah satu yang cukup mencolok adalah terdapat lima pintu pilar yang berbentuk daun semanggi. Seperti yang diketahui daun semanggi sangat khas dengan Kota Surabaya yakni mengacu kepada salah satu makanan tradisional yakni pecel semanggi.
Selain itu di dalam masjid terdapat empat buah pilar kuno yang merupakan sisa dari bangunan asli masjid yang masih dipertahankan untuk tidak menghilangkan sisa-sisa sejarahnya.
Masjid Rahmat berlokasi di Jalan Kembang Kuning No.79-81, Kelurahan Darmo, Kecamatan Wonokromo, Surabaya. Untuk menuju ke lokasi masjid terbilang cukup mudah, dengan rute Jalan Raya Diponegoro - Jalan Khairil Anwar - Jalan Kembang Kuning. Lokasi masjid tersebut tepat berada di samping kiri Jalan Kembang Kuning bersebelahan dengan bangunan SMP Rahmat Surabaya.
Di area sekitar masjid dapat pula ditemui beragam rumah makan dan warung yang menjual beragam makanan. Mulai dari mi ayam, soto, bakso, lontong mi dan beragam makanan lainnya. Di sini juga sering ditemukan penjual jajanan mulai dari pisang keju, roti bakar, siomay dan sebagainya. Untuk harga mulai dari Rp10.000 - 25.000 per porsinya.
Bagi yang mencari fasilitas menginap di sekitar lokasi Masjid Rahmat terdapat beberapa penginapan yang dapat dijadikan tujuan. Salah satu yang cukup direkomendasikan adalah Ibis Budget Surabaya Diponegoro yang berlokasi di Jalan Diponegoro No.183, Darmo, Kec. Wonokromo. Untuk tarif menginap per malamnya dimulai dengan harga Rp198.000. Bagi anda yang ingin menggunakan jasa hotel ini dapat menghubungi pihak hotel di nomor (031) 99537111.
Artikel ini ditulis oleh Zahir