
Foto: dam.farmjournal.com
Selama ini untuk memperoleh produk hewani seperti daging dan turunannya tentu saja diperoleh dari pemotongan hewan. Sekarang sedang dikembangkan teknologi dimana kita bisa mendapat produk hewani, dalam hal ini daging, tanpa harus membunuh satu ekor hewan.
Kita berbicara tentang daging yang dibuat di dalam bioreaktor menggunakan teknologi tingkat sel dan rekayasa jaringan, bukan metode peternakan hewan tradisional. Bagi sebagian orang, ini mungkin terasa seperti fiksi ilmiah, tetapi lusinan perusahaan (termasuk beberapa ada di Asia) sudah bekerja untuk membawa teknologi ini ke pasar dalam beberapa tahun mendatang.
Berikut ini adalah alasan mengapa para ilmuwan dan pencinta lingkungan hidup sangat menyukai daging yang dibudidayakan dan potensinya untuk menghasilkan sistem pangan yang lebih sehat, lebih aman, dan berkelanjutan.
1. Bebas penyembelihan
Menumbuhkan daging dari sel berarti tidak ada hewan yang perlu disembelih untuk berakhir di piring Anda sebagai makanan. Setiap tahun, sekitar 70 miliar hewan dipelihara untuk dijadikan makanan, yang sebagian besar berada di industri peternakan.
Daging yang dibudidayakan tidak membutuhkan penyembelihan hewan, melainkan ditanam di laboratorium menggunakan sel yang diambil dari hewan. Kabarnya, sel dari seekor sapi dapat menghasilkan sebanyak 175 juta daging burger. Jika menggunakan metode peternakan tradisional, dibutuhkan 440.000 ekor sapi untuk menghasilkan jumlah yang sama.

2. Bebas hormon dan antibiotik
Mengingat bahwa daging ini dibuat di lingkungan laboratorium yang bersih, daging yang dibudidayakan juga bebas dari hormon pertumbuhan buatan yang biasanya digunakan dalam industri daging konvensional untuk membuat ternak tumbuh lebih cepat dan berbobot lebih berat.
Karena permintaan daging terus meningkat secara global, demikian pula penggunaan antibiotik dalam industri daging hewan. Antibiotik biasa dipakai untuk mencegah hewan sakit.
Daging budidaya ini tidak memerlukan hormon dan antibiotik, karenanya lebih aman untuk dikonsumsi manusia dan tidak menimbulkan risiko tambahan.
3. Mendukung produksi pangan lokal
Karena fasilitas daging dan bioreaktor yang dibudidayakan dapat dibangun di mana-mana, itu berarti bahwa daging tidak perlu diangkut dari satu benua ke benua lain. Ditumbuhkan di dalam lingkungan lab yang terkendali, itu berarti bahwa cuaca, suhu, ketersediaan lahan adalah faktor yang tidak penting. Belum lagi penghematan besar pada transportasi.
4. Meningkatkan ketahanan pangan
Pandemi Corona memunculkan kerentanan rantai pasokan makanan global. Dengan adanya lockdown, larangan bepergian dan pembatasan ekspor menyebabkan kurangnya pasokan pangan di seluruh dunia.
Ketahanan pangan menjadi perhatian utama bagi banyak negara yang sekarang terpapar oleh Corona dan rentan terhadap krisis iklim. Singapura misalnya, telah meluncurkan pendanaan sebesar SDG 30 juta yang didedikasikan untuk meningkatkan produksi pangan lokal sebagai penyangga jika terjadi gangguan pasokan makanan. Sebagian besar dana akan digunakan untuk mendukung teknologi yang sedang kita bicarakan ini.
5. Membutuhkan lahan yang jauh lebih sedikit
Dunia sudah menggunakan sebagian besar lahan subur untuk pemeliharaan ternak. Namun permintaan daging terus meningkat karena tingginya urbanisasi dan pertumbuhan populasi. Akibatnya lebih banyak lahan hijau dibuka untuk peternakan hewan.
Dengan daging budidaya, semua prosesnya dilakukan dalam sistem tertutup di laboratorium dalam ruangan. Lahan yang digunakan 99% lebih sedikit dibandingkan lahan peternakan saat ini.
6. Bebas pakan
Memelihara hewan ternak pasti akan diikuti oleh kebutuhan pembelian pakan atau penanaman tumbuhan tertentu untuk dijadikan pakan. Hal ini akan merangsang deforestasi untuk pembukaan lahan. Hutan jadi banyak yang hilang, pemanasan global semakin meluas kecuali kita mengubah cara daging diproduksi.

7. Menghemat air
Kelangkaan air sudah menjadi masalah global. Efisiensi air dapat ditingkatkan secara signifikan jika metode pertanian pertanian saat ini berubah. Coba bayangkan berapa banyak air yang dibutuhkan seekor sapi selama masa hidupnya.
8. Lebih murah
Sementara perusahaan daging budidaya masih harus mengatasi beberapa rintangan teknologi dan peraturan sebelum mencapai produksi skala besar, sebagian besar pakar industri percaya bahwa harga daging budidaya akan mencapai separuh harga daging yang diproduksi secara konvensional.
Kita berbicara tentang daging yang dibuat di dalam bioreaktor menggunakan teknologi tingkat sel dan rekayasa jaringan, bukan metode peternakan hewan tradisional. Bagi sebagian orang, ini mungkin terasa seperti fiksi ilmiah, tetapi lusinan perusahaan (termasuk beberapa ada di Asia) sudah bekerja untuk membawa teknologi ini ke pasar dalam beberapa tahun mendatang.
Berikut ini adalah alasan mengapa para ilmuwan dan pencinta lingkungan hidup sangat menyukai daging yang dibudidayakan dan potensinya untuk menghasilkan sistem pangan yang lebih sehat, lebih aman, dan berkelanjutan.
1. Bebas penyembelihan
Menumbuhkan daging dari sel berarti tidak ada hewan yang perlu disembelih untuk berakhir di piring Anda sebagai makanan. Setiap tahun, sekitar 70 miliar hewan dipelihara untuk dijadikan makanan, yang sebagian besar berada di industri peternakan.
Daging yang dibudidayakan tidak membutuhkan penyembelihan hewan, melainkan ditanam di laboratorium menggunakan sel yang diambil dari hewan. Kabarnya, sel dari seekor sapi dapat menghasilkan sebanyak 175 juta daging burger. Jika menggunakan metode peternakan tradisional, dibutuhkan 440.000 ekor sapi untuk menghasilkan jumlah yang sama.

Sumber foto:hips.hearstapps.com
2. Bebas hormon dan antibiotik
Mengingat bahwa daging ini dibuat di lingkungan laboratorium yang bersih, daging yang dibudidayakan juga bebas dari hormon pertumbuhan buatan yang biasanya digunakan dalam industri daging konvensional untuk membuat ternak tumbuh lebih cepat dan berbobot lebih berat.
Karena permintaan daging terus meningkat secara global, demikian pula penggunaan antibiotik dalam industri daging hewan. Antibiotik biasa dipakai untuk mencegah hewan sakit.
Daging budidaya ini tidak memerlukan hormon dan antibiotik, karenanya lebih aman untuk dikonsumsi manusia dan tidak menimbulkan risiko tambahan.
3. Mendukung produksi pangan lokal
Karena fasilitas daging dan bioreaktor yang dibudidayakan dapat dibangun di mana-mana, itu berarti bahwa daging tidak perlu diangkut dari satu benua ke benua lain. Ditumbuhkan di dalam lingkungan lab yang terkendali, itu berarti bahwa cuaca, suhu, ketersediaan lahan adalah faktor yang tidak penting. Belum lagi penghematan besar pada transportasi.
4. Meningkatkan ketahanan pangan
Pandemi Corona memunculkan kerentanan rantai pasokan makanan global. Dengan adanya lockdown, larangan bepergian dan pembatasan ekspor menyebabkan kurangnya pasokan pangan di seluruh dunia.
Ketahanan pangan menjadi perhatian utama bagi banyak negara yang sekarang terpapar oleh Corona dan rentan terhadap krisis iklim. Singapura misalnya, telah meluncurkan pendanaan sebesar SDG 30 juta yang didedikasikan untuk meningkatkan produksi pangan lokal sebagai penyangga jika terjadi gangguan pasokan makanan. Sebagian besar dana akan digunakan untuk mendukung teknologi yang sedang kita bicarakan ini.
5. Membutuhkan lahan yang jauh lebih sedikit
Dunia sudah menggunakan sebagian besar lahan subur untuk pemeliharaan ternak. Namun permintaan daging terus meningkat karena tingginya urbanisasi dan pertumbuhan populasi. Akibatnya lebih banyak lahan hijau dibuka untuk peternakan hewan.
Dengan daging budidaya, semua prosesnya dilakukan dalam sistem tertutup di laboratorium dalam ruangan. Lahan yang digunakan 99% lebih sedikit dibandingkan lahan peternakan saat ini.
6. Bebas pakan
Memelihara hewan ternak pasti akan diikuti oleh kebutuhan pembelian pakan atau penanaman tumbuhan tertentu untuk dijadikan pakan. Hal ini akan merangsang deforestasi untuk pembukaan lahan. Hutan jadi banyak yang hilang, pemanasan global semakin meluas kecuali kita mengubah cara daging diproduksi.

Sumber foto:phys.org
7. Menghemat air
Kelangkaan air sudah menjadi masalah global. Efisiensi air dapat ditingkatkan secara signifikan jika metode pertanian pertanian saat ini berubah. Coba bayangkan berapa banyak air yang dibutuhkan seekor sapi selama masa hidupnya.
8. Lebih murah
Sementara perusahaan daging budidaya masih harus mengatasi beberapa rintangan teknologi dan peraturan sebelum mencapai produksi skala besar, sebagian besar pakar industri percaya bahwa harga daging budidaya akan mencapai separuh harga daging yang diproduksi secara konvensional.
Berita Terkait
Saksang, Kuliner Lezat Khas Tanah Batak
Food & Travel 14 Desember 2020Steak Renyah Murah Meriah Dari The Java Steak
Food & Travel 30 November 2020Kuliner Unik Pekanbaru, Sup Daging Rusa
Food & Travel 23 Oktober 2020Nikmati Daging Asap Khas NTT di Banjarmasin
Food & Travel 02 September 2020Santap BBQ a'la Brazil
Food & Travel 15 Juli 2020
Terbaru
MakanHolic, Tempat Kumpul Murah Meriah
Food & Travel 27 Januari 2021Lubang Sewu Erorejo Mirip Grand Canyon
Food & Travel 27 Januari 2021Nongkrong Asyik Bergaya Klasik di Relakso Coffee
Food & Travel 27 Januari 2021Ngopi Sambil Bersembunyi a'la Kopi Pagi
Food & Travel 27 Januari 2021Kopi Daong, Perpaduan Kopi Autentik dan Hutan Pinus
Food & Travel 27 Januari 2021Rasa Pecel yang Melegenda Memang Istimewa
Food & Travel 27 Januari 2021Curug Leuwi Lieuk, Green Canyon-nya Bogor
Food & Travel 27 Januari 2021
Berita Video
Popular Tags
Trending
Berburu Mainan di Jakarta Toys & Comics Fair 2020
News 29 Februari 2020Youtuber Masak Jenglot Goreng Tepung, Apa Rasanya?
News 19 November 2019Seperti Apa sih Fasilitas Hotel Untuk Isolasi
News 28 April 2020Nongkrong Asyik di Sumur Moo Nyoo
Food & Travel 07 Oktober 2020Pesona Bukit Bintang Tiga Rasa di Lombok
Food & Travel 12 Oktober 2019Nasi Bakar Isi Kepompong Ulat Jati
Food & Travel 04 Oktober 2019Mahasiswa Tuntut DPR Menunda RUU KUHP
News 20 September 2019