Foto: Instagram.com/bentengheritage/
Budaya Indonesia sangat lekat dengan budaya Tionghoa. Akulturasi tersebut bisa kita lihat pada kuliner, motif batik, arsitektur, dan lainnya. Masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa pun sangat banyak di negeri ini. Nah, Bagi teman brisik yang ingin mempelajari Budaya Peranakan dapat mampir ke Museum Benteng Heritage!
Museum ini adalah Museum Tionghoa pertama di Indonesia. Bangunan ini memiliki arsitektur tradisional Tionghoa yang merupakan hasil restorasi. Menurut perkiraan, bangunan tertua di Kota Tangerang ini dibangun pada pertengahan abad 17. Restorasi dilakukan atas kesadaran akan pentingnya melestarikan peninggalan sejarah budaya Nusantara. Awalnya, bangunan rumah ini sempat dijadikan markas bagi organisasi perdagangan Tionghoa di Tangerang. Pada abad ke-19, rumah dibeli dan dihuni oleh satu keluarga bermarga Lao. Lalu rumah sempat dikontrakkan sampai akhirnya dibeli oleh Udayana Halim pada tahun 2009.
Foto : Instagram.com/bentengheritage/
Museum Benteng Heritage pertama dibuka pada tanggal 11 November 2011, pukul 20:11 WIB. Jika melihat waktunya tersebut, pemilihan angka terkait dengan tradisi Tionghoa yang sangat akrab dengan numerologi. Sang pemilik museum yang bernama Udayana Halim, merupakan warga asli peranakan Tionghoa Tangerang. Ia lahir dan tumbuh besar di lingkungan Pasar Lama.
Melihat namanya Museum Benteng terkait Cina Benteng, sebenarnya bagaimana ya asal muasalnya? Julukan Cina Benteng menyimpan cerita sejarah bagi Kota Tangerang. Dulu, Belanda menguasai wilayah Tangerang lalu membangun benteng. Tangerang masih menjadi wilayah Banten jadi kerajaan-kerajaan Banten sering menyerang markas-markas pertahanan Belanda. Itulah mengapa Belanda membangun benteng pertahanan. Masyarakat yang tinggal di sekitar benteng tersebut adalah peranakan Tionghoa Tangerang. Dari situlah nama Cina Benteng tercipta.
Foto : Instagram.com/bentengheritage/
Saat ada di dalam Museum Benteng Heritage ini, kamu akan menemukan banyak keunikan dari sejarah kehidupan etnik Tionghoa di masa lalu. Akan terlihat sosok nenek moyang penduduk Tionghoa Tangerang (Cina Benteng) yang mendarat di Teluk Naga pada tahun 1407. Jejak kaum peranakan Tionghoa Tangerang yang ada di museum ini dapat menjadi edukasi yang bisa kamu pelajari. Berkunjung ke sini bersama keluarga atau teman pasti akan menyenangkan.
Foto : Instagram.com/bentengheritage/
Di tempat ini terdapat dua lantai yang bisa kamu jelajahi dengan berbagai koleksi menarik yang bisa kamu lihat. Salah satunya adalah timbangan opium yang berasal dari beberapa negara. Di sini timbangan memiliki makna simbol dari Pasar Lama yang merupakan pusat perdagangan.
Selain itu, terdapat pula bermacam-macam botol kecap. Tak hanya itu saja ada pula sepatu Cina, berbagai hiasan, kain batik Cina, Kebaya Encim, sastra Tionghoa, dan masih banyak lagi.
Semuanya sangat kental akulturasi Indonesia-Tionghoa. Seluruh koleksi yang ada tak hanya dari luar bangunan, ada pula yang berasal dari bangunan sendiri ketika restorasi dilakukan.
Foto : Instagram.com/bentengheritage/
Untuk bisa masuk museum dan melihat koleksi bersejarahnya, ada beberapa tarif yang dikenakan sesuai kategori pengunjungnya. Untuk umum Rp20.000, pelajar Rp10.000, mahasiswa Rp15.000, wisatawan asing Rp50.000 dan tur khusus heritage walk Rp50.000 untuk rombongan lebih dari 10 orang. Teman Brisik harus ingat ya, saat berada dalam museum tidak boleh mengabadikan gambar dengan kamera dan merekam video maupun suara. Untuk melakukan tur harus ada perjanjian sebelumnya, tur akan berlangsung sekitar 45 menit dengan jumlah setiap rombongan dibatasi sampai 20 peserta.
Museum Kebudayaan Indonesia-Tionghoa ini beralamat di Jalan Cilame No. 20, Pasar Lama, Tangerang. Lokasinya tepat di titik nol Kota Tangerang. Di sinilah cikal bakal pusat Kota Tangerang yang dulunya disebut Kota Benteng. Kamu bisa mengunjunginya pada hari Selasa sampai Minggu, buka pukul 10.00-17.00 WIB. Seperti museum lainnya, hari Senin libur. Kontak yang bisa dihubungi ada di nomor 021-55791139.
Selama masa pandemi, Museum Benteng Heritage sering mengadakan webinar. Materi yang dibahas sangat menarik dan beragam, biasanya bertepatan dengan hari perayaan terkait tradisi Tionghoa dan Indonesia. Kamu bisa cari tahu informasi selengkapnya di instagram mereka di @bentengheritage.
Museum ini adalah Museum Tionghoa pertama di Indonesia. Bangunan ini memiliki arsitektur tradisional Tionghoa yang merupakan hasil restorasi. Menurut perkiraan, bangunan tertua di Kota Tangerang ini dibangun pada pertengahan abad 17. Restorasi dilakukan atas kesadaran akan pentingnya melestarikan peninggalan sejarah budaya Nusantara. Awalnya, bangunan rumah ini sempat dijadikan markas bagi organisasi perdagangan Tionghoa di Tangerang. Pada abad ke-19, rumah dibeli dan dihuni oleh satu keluarga bermarga Lao. Lalu rumah sempat dikontrakkan sampai akhirnya dibeli oleh Udayana Halim pada tahun 2009.
Foto : Instagram.com/bentengheritage/
Museum Benteng Heritage pertama dibuka pada tanggal 11 November 2011, pukul 20:11 WIB. Jika melihat waktunya tersebut, pemilihan angka terkait dengan tradisi Tionghoa yang sangat akrab dengan numerologi. Sang pemilik museum yang bernama Udayana Halim, merupakan warga asli peranakan Tionghoa Tangerang. Ia lahir dan tumbuh besar di lingkungan Pasar Lama.
Melihat namanya Museum Benteng terkait Cina Benteng, sebenarnya bagaimana ya asal muasalnya? Julukan Cina Benteng menyimpan cerita sejarah bagi Kota Tangerang. Dulu, Belanda menguasai wilayah Tangerang lalu membangun benteng. Tangerang masih menjadi wilayah Banten jadi kerajaan-kerajaan Banten sering menyerang markas-markas pertahanan Belanda. Itulah mengapa Belanda membangun benteng pertahanan. Masyarakat yang tinggal di sekitar benteng tersebut adalah peranakan Tionghoa Tangerang. Dari situlah nama Cina Benteng tercipta.
Foto : Instagram.com/bentengheritage/
Saat ada di dalam Museum Benteng Heritage ini, kamu akan menemukan banyak keunikan dari sejarah kehidupan etnik Tionghoa di masa lalu. Akan terlihat sosok nenek moyang penduduk Tionghoa Tangerang (Cina Benteng) yang mendarat di Teluk Naga pada tahun 1407. Jejak kaum peranakan Tionghoa Tangerang yang ada di museum ini dapat menjadi edukasi yang bisa kamu pelajari. Berkunjung ke sini bersama keluarga atau teman pasti akan menyenangkan.
Foto : Instagram.com/bentengheritage/
Di tempat ini terdapat dua lantai yang bisa kamu jelajahi dengan berbagai koleksi menarik yang bisa kamu lihat. Salah satunya adalah timbangan opium yang berasal dari beberapa negara. Di sini timbangan memiliki makna simbol dari Pasar Lama yang merupakan pusat perdagangan.
Selain itu, terdapat pula bermacam-macam botol kecap. Tak hanya itu saja ada pula sepatu Cina, berbagai hiasan, kain batik Cina, Kebaya Encim, sastra Tionghoa, dan masih banyak lagi.
Semuanya sangat kental akulturasi Indonesia-Tionghoa. Seluruh koleksi yang ada tak hanya dari luar bangunan, ada pula yang berasal dari bangunan sendiri ketika restorasi dilakukan.
Foto : Instagram.com/bentengheritage/
Untuk bisa masuk museum dan melihat koleksi bersejarahnya, ada beberapa tarif yang dikenakan sesuai kategori pengunjungnya. Untuk umum Rp20.000, pelajar Rp10.000, mahasiswa Rp15.000, wisatawan asing Rp50.000 dan tur khusus heritage walk Rp50.000 untuk rombongan lebih dari 10 orang. Teman Brisik harus ingat ya, saat berada dalam museum tidak boleh mengabadikan gambar dengan kamera dan merekam video maupun suara. Untuk melakukan tur harus ada perjanjian sebelumnya, tur akan berlangsung sekitar 45 menit dengan jumlah setiap rombongan dibatasi sampai 20 peserta.
Museum Kebudayaan Indonesia-Tionghoa ini beralamat di Jalan Cilame No. 20, Pasar Lama, Tangerang. Lokasinya tepat di titik nol Kota Tangerang. Di sinilah cikal bakal pusat Kota Tangerang yang dulunya disebut Kota Benteng. Kamu bisa mengunjunginya pada hari Selasa sampai Minggu, buka pukul 10.00-17.00 WIB. Seperti museum lainnya, hari Senin libur. Kontak yang bisa dihubungi ada di nomor 021-55791139.
Lokasi Museum Benteng Heritage ini cukup unik karena berada di tengah pasar tradisional. Teman Brisik jadi mudah deh mencari jajanan sekaligus berwisata kuliner. Oh ya, di sekitar museum juga banyak penginapan. Salah satunya kamu bisa menginap di Yellow Bee Hotel yang tak jauh dari Stasiun Tangerang, harganya Rp325.888/malam. Dari lokasi hotel di Jl. Daan Mogot No. 5, Sukarasa, jarak tempuh ke museum hanya 500 meter. Menuju museum hanya tinggal jalan kaki, naik becak atau angkutan umum.
Selama masa pandemi, Museum Benteng Heritage sering mengadakan webinar. Materi yang dibahas sangat menarik dan beragam, biasanya bertepatan dengan hari perayaan terkait tradisi Tionghoa dan Indonesia. Kamu bisa cari tahu informasi selengkapnya di instagram mereka di @bentengheritage.
Artikel ini ditulis oleh Oase Kirana Bintang