Foto: Foto:ilustrasi/unsplash.com
Tiap akhir pekan, tempat pemancingan ikan di kawasan perairan Bendung Jatigede, Sumedang, Jawa Barat, biasanya ramai oleh pemancing. Saking ramainya, lapak yang tersedia jarang ada yang kosong. Bahkan tak jarang pemancing harus antre untuk menunggu lapak kosong.
Namun pada Sabtu dan Minggu (11-12 Juli) lalu, tempat pemancingan terlihat sepi. Misalnya di pemancingan ikan Blok Cilembu Desa Pakualam, Kecamatan Darmaraja. Kondisinya sungguh jauh berbeda dengan beberapa waktu sebelumnya.
“Sekarang, sepi sekali. Bahkan bukan sepi lagi, tetapi tidak ada pemancing yang datang satu pun,” kata Ujang Suyatna, pengelola lapak pemancingan.
Ujang bercerita, awalnya lapak pemancingan di Jatigede sempat ramai setelah Pemda Sumedang (29/6) menerapkan adaptasi kebiasaan baru (AKB) dan membolehkan tempat wisata buka lagi. Para pemancing yang sudah lebih dari tiga bulan tidak menikmati sensasi mancing di Jatigede, berdatangan ke sejumlah lapak.
“Lapak saat itu sempat penuh sesak oleh pemancing. Ikan yang ditarik pun banyak,” kata Ujang menggambarkan.
Akan tetapi, suasananya kemudian berubah drastis. Apa penyebabnya?
“Penyebabnya karena pemancing dan wisatawan takut di Jatigede masih ada buaya,” ujar Ujang.
Sebelumnya, tepatnya Rabu (24/6), Karyuman Riyadi (54) seorang pemancing warga Cisurat, Jatigede, Sumedang, Jawa Barat, menangkap seekor anak buaya, ketika sedang memancing ikan gabus di Blok Gurandil, Desa Cisurat, Kecamatan Wado.
Karyuman menuturkan, awalnya ia tidak menyangka yang tersangkut di pancingan adalah buaya. Ia mengira mendapat ikan gabus. Namun setelah pancing diangkat, ternyata ada anak buaya tersangkut. Buaya itu diketahui dari jenis buaya muara
“Saya tentu saja panik hingga segera meminta bantuan ke teman,” katanya.
Karyuman ingat, pancingannya waktu itu tersangkut pada bagian leher buaya. Setelah dilepas dengan dibantu kawannya, buaya itu langsung dibawa ke darat. Buaya itu kemudian dibawa ke Mapolsek Wado dan diserahkan ke BKSDA.
“Beratnya sekitar 7 kilogram dengan panjang sekitar 70 sentimeter,” ujarnya.
Karyuman, sejatinya tidak ingin membuat kehebohan. Ia menangkap hewan itu semata karena ingin mengamankan buaya yang ditemuinya, agar tidak berkeliaran di perairan Jatigede. Tidak lebih dari itu.
Namun penangkapan buaya tersebut menghebohkan warga. Bukan hanya warga yang tinggal di sekitar Jatigede saja, tetapi juga viral ke daerah lain yang bukan hanya Sumedang saja.
Belakangan, tersebar informasi bahwa di perairan di mana Karyuman menangkap buata ternyata masih berkeliaran buaya. Tak pelak, informasi itu membuat pemancing dan wisatawan yang akan ke Jatigede, ketakutan.
“Pemancing barangkali masih disergap rasa takut bertemu dengan buaya, hingga mereka malas mancing ke sini,” ujar Ujang.
Karena pemancingan sepi, akhir pekan yang biasanya merupakan hari menyenangkan bagi Ujang dan pemilik lapak pemancingan lain di Jatigede, saat ini sama saja dengan hari-hari biasa. Mereka tidak bisa mendapatkan keuntungan besar dari hasil sewa lapak dan menjual makanan dan minuman.
Biasanya, di akhir pekan para pemilik lapak pancing bisa mengantongi uang lebih dari satu juta. Bahkan tak jarang, mereka mendapatkan uang lebih dari Rp1,5 juta!
Untunglah, Senin (13/7) ada kabar menggembirakan dari BKSDA Jabar yang menyelidiki keberadaan buaya di Waduk Jatigede.
“Setelah melakukan pemantauan selama 10 hari di sejumlah titik di Bendungan Jatigede, tim gugus tugas evakuasi dan penyelamatan satwa liar dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) seksi wilayah 3 Bandung, menyatakan tidak menemukan adanya pergerakan buaya,” kata Analisis Data Perlindungan, Seksi Konservasi Wilayah (SKW)3, Balai Besar Konservasi Sumber Saya Alam Jawa Barat, Senin (13/7/2020).
Artinya, wisata pancing khususnya dan umumnya Wisata Jatigede, besar kemungkinan ramai lagi. Wisatawan tak akan takut lagi bertemu buaya ketika sedang bercengkrama di Jatigede.
Namun pada Sabtu dan Minggu (11-12 Juli) lalu, tempat pemancingan terlihat sepi. Misalnya di pemancingan ikan Blok Cilembu Desa Pakualam, Kecamatan Darmaraja. Kondisinya sungguh jauh berbeda dengan beberapa waktu sebelumnya.
“Sekarang, sepi sekali. Bahkan bukan sepi lagi, tetapi tidak ada pemancing yang datang satu pun,” kata Ujang Suyatna, pengelola lapak pemancingan.
Ujang bercerita, awalnya lapak pemancingan di Jatigede sempat ramai setelah Pemda Sumedang (29/6) menerapkan adaptasi kebiasaan baru (AKB) dan membolehkan tempat wisata buka lagi. Para pemancing yang sudah lebih dari tiga bulan tidak menikmati sensasi mancing di Jatigede, berdatangan ke sejumlah lapak.
“Lapak saat itu sempat penuh sesak oleh pemancing. Ikan yang ditarik pun banyak,” kata Ujang menggambarkan.
Akan tetapi, suasananya kemudian berubah drastis. Apa penyebabnya?
“Penyebabnya karena pemancing dan wisatawan takut di Jatigede masih ada buaya,” ujar Ujang.
Sebelumnya, tepatnya Rabu (24/6), Karyuman Riyadi (54) seorang pemancing warga Cisurat, Jatigede, Sumedang, Jawa Barat, menangkap seekor anak buaya, ketika sedang memancing ikan gabus di Blok Gurandil, Desa Cisurat, Kecamatan Wado.
Karyuman menuturkan, awalnya ia tidak menyangka yang tersangkut di pancingan adalah buaya. Ia mengira mendapat ikan gabus. Namun setelah pancing diangkat, ternyata ada anak buaya tersangkut. Buaya itu diketahui dari jenis buaya muara
“Saya tentu saja panik hingga segera meminta bantuan ke teman,” katanya.
Karyuman ingat, pancingannya waktu itu tersangkut pada bagian leher buaya. Setelah dilepas dengan dibantu kawannya, buaya itu langsung dibawa ke darat. Buaya itu kemudian dibawa ke Mapolsek Wado dan diserahkan ke BKSDA.
“Beratnya sekitar 7 kilogram dengan panjang sekitar 70 sentimeter,” ujarnya.
Karyuman, sejatinya tidak ingin membuat kehebohan. Ia menangkap hewan itu semata karena ingin mengamankan buaya yang ditemuinya, agar tidak berkeliaran di perairan Jatigede. Tidak lebih dari itu.
Namun penangkapan buaya tersebut menghebohkan warga. Bukan hanya warga yang tinggal di sekitar Jatigede saja, tetapi juga viral ke daerah lain yang bukan hanya Sumedang saja.
Belakangan, tersebar informasi bahwa di perairan di mana Karyuman menangkap buata ternyata masih berkeliaran buaya. Tak pelak, informasi itu membuat pemancing dan wisatawan yang akan ke Jatigede, ketakutan.
“Pemancing barangkali masih disergap rasa takut bertemu dengan buaya, hingga mereka malas mancing ke sini,” ujar Ujang.
Karena pemancingan sepi, akhir pekan yang biasanya merupakan hari menyenangkan bagi Ujang dan pemilik lapak pemancingan lain di Jatigede, saat ini sama saja dengan hari-hari biasa. Mereka tidak bisa mendapatkan keuntungan besar dari hasil sewa lapak dan menjual makanan dan minuman.
Biasanya, di akhir pekan para pemilik lapak pancing bisa mengantongi uang lebih dari satu juta. Bahkan tak jarang, mereka mendapatkan uang lebih dari Rp1,5 juta!
Untunglah, Senin (13/7) ada kabar menggembirakan dari BKSDA Jabar yang menyelidiki keberadaan buaya di Waduk Jatigede.
“Setelah melakukan pemantauan selama 10 hari di sejumlah titik di Bendungan Jatigede, tim gugus tugas evakuasi dan penyelamatan satwa liar dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) seksi wilayah 3 Bandung, menyatakan tidak menemukan adanya pergerakan buaya,” kata Analisis Data Perlindungan, Seksi Konservasi Wilayah (SKW)3, Balai Besar Konservasi Sumber Saya Alam Jawa Barat, Senin (13/7/2020).
Artinya, wisata pancing khususnya dan umumnya Wisata Jatigede, besar kemungkinan ramai lagi. Wisatawan tak akan takut lagi bertemu buaya ketika sedang bercengkrama di Jatigede.
Artikel ini ditulis oleh AP Sutarwan