Salah satu camilan khas yang berasal dari Lamongan adalah wingko babat. Makanan tradisional dari Kota Lele ini memang banyak dicari oleh pencinta kuliner. Wingko Babat sering kita jumpai di stasiun atau terminal yang dijual oleh pedagang asongan.
Seperti namanya, kuliner satu ini berasal dari Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan. Berdasarkan salah satu klaim sejarahnya, wingko babat dicetuskan pertama kali oleh seseorang bernama Loe Soe Siang pada tahun 1898.
Loe Lan Hwa, anak Loe Soe Siang, membawa resep ayahnya tersebut ke Semarang. Di tempat tinggal barunya itu, Loe Lan Hwa mulai membuat kue wingko. Hal ini lantas mendapat respon yang baik dari masyarakat setempat. Saat itulah ia kemudian menambahkan kata “babat” untuk wingko buatannya sebagai bentuk penghargaan atas kampung halamannya.
Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk membuat wingko babat tergolong mudah didapatkan. Bahan-bahan tersebut meliputi tepung atau beras ketan, tepung tapioka, parutan kelapa, gula pasir, vanili, santan, minyak goreng, dan margarin.
Rasanya yang legit dan aroma yang khas membuat kue ini banyak dicari oleh wisatawan untuk dijadikan buah tangan. Pedagang jajanan ini dapat ditemukan di sekitar Pasar Babat Lamongan.
Namun, jika ingin mencicipi rasa dari pelopor wingko babat, maka dapat mendatangi toko yang berada di Jalan Raya Babat-Bojonegoro, No. 189, Kelurahan Banaran, Kecamatan Babat, Lamongan. Toko ini buka mulai pukul 7 pagi - 10 malam.
Toko yang bernama Omah Wingko Loe Lan Ing ini didirikan oleh Loe Lan Ing yang notabene adalah saudara dari Loe Lan Hwa sendiri. Loe Lan Ing mendirikan toko dan membuat brand sendiri untuk meneruskan dan mengembangkan wingko babat dari sang ayah, Loe Soe Siang.
Omah Wingko besutan Loe Lan Ing kini sudah sangat populer dan mudah ditemukan. Varian rasa wingko yang dijual juga beragam mulai dari original, nangka, durian, cokelat, hingga keju. Selain itu, toko ini turut menjual camilan khas lain seperti jenang, sale pisang, dan madu mongso.
Meski sudah berkembang, Omah Wingko Loe Lan Ing sendiri masih melestarikan cita rasa klasik dalam wingko babat buatannya. Pembuatannya pun masih menggunakan cara-cara tradisional demi mempertahankan ciri khas rasanya.
Namun, karena jumlah pesanan yang bertambah, membuat pemilik toko sedikit mengubah proses pembuatannya. Pemarutan kelapa dan penggilingan beras ketan kini menggunakan tenaga mesin.
Salah satu proses tradisional yang masih dipertahankan sampai sekarang adalah proses pembakaran. Tahapan tersebut masih menggunakan tungku seperti pembuatan wingko babat yang asli.
Karena proses pengemasan yang higienis dan ketat, kue wingko Loe Lan Ing dapat bertahan selama 2-3 hari. Masa penyimpanan tersebut dapat bertambah—menjadi ± 6 hari—jika disimpan dalam lemari es.
Harga yang ditawarkan berkisar antara Rp20 ribu untuk varian original, keju, dan nangka. Sementara untuk varian lain seperti durian dan cokelat dibanderol Rp25 ribu. Harga tersebut dapat berubah tergantung jumlah yang dibeli.
Selain dapat menyambangi lokasi tokonya secara langsung, para pelanggan juga bisa melakukan pemesanan untuk menikmati cita rasa wingko babat yang satu ini. Omah Wingko Loe Lan Ing sendiri sudah melayani pemesanan hingga ke seluruh Indonesia.