Di sore atau malam hari, sering kali terdengar alunan musik Jawa dari salah satu bangunan di Jalan Genteng Kali, Surabaya. Anda yang pernah melintasi jalanan ini mungkin juga pernah mendengarnya. Adalah Taman Budaya Jawa Timur (TBJT), bangunan yang menjadi sumber suara alunan musik tersebut.
Saat mendengar suara musik tersebut kemungkinannya ada dua, sedang ada anak-anak berlatih menari atau tengah berlangsung pertunjukan kesenian.
Pertunjukan itu bisa berupa wayang, ludruk, tari, dan lain-lain. Yang jelas, kesenian tradisional. Para penampilnya bukan saja berasal dari Surabaya, melainkan dari berbagai kota dan kabupaten di Jawa Timur.
Saat tak ada pertunjukan digelar, barulah tempat ini dipakai untuk latihan menari anak-anak. Tempat yang dimaksud adalah pendapa Jayengrono, salah satu spot di TBJT.
Foto: pesonawisatasurabaya.wordpress.com
Komplek bangunan TBJT memang difungsikan untuk pengembangan seni dan budaya. Bagi Anda yang suka dengan kesenian tradisional, tak ada salah mengunjungi TBJT untuk menambah wawasan.
Atau jika Anda ingin ikut berlatih menari di TBJT bisa melihat informasinya lewat spanduk putih yang terpasang di depan pendapa Jayengrono. Di spanduk itu terpampang informasi jenis tarian, jadwal kelas, serta nama pelatih dan nomor teleponnya.
Gedung Cak Durasim
Dari pendapa Jayengrono, mari berpindah ke spot lain di TJBT, yakni gedung Cak Durasim. Gedung tersebut merupakan tempat untuk menggelar pertunjukan berkapasitas sekitar 500 penonton. Letaknya di sebelah timur pendapa Jayengono.
Di depan gedung Cak Durasim, terdapat patung setengah badan Cak Durasim. Di bawah patung, terukir tulisan, “Begupon omahe doro. Melok Nippon tambah soro.” Artinya, “Begupon rumah burung dara. Ikut Nippon (Jepang) tambah sengsara.”
Tulisan tersebut merupakan kalimat yang terucap oleh Cak Durasim hingga membuatnya dijebloskan ke penjara.
Foto: pesonawisatasurabaya.wordpress.com
Gondo Durasim adalah nama lengkapnya. Ia merupakan seniman kelahiran Jombang yang berkarya di Surabaya. Cak Durasim turut andil memprakarsai berdirinya kelompok ludruk di Surabaya.
Semasa Jepang menjajah Indonesia, Cak Durasim termasuk yang berani menentang lewat seni. Suatu hari, saat Cak Durasim tampil dalam pentas ludruk, ia menyanyikan kidung dengan lirik, “Begupon omahe doro. Melok Nippon tambah soro.”
Begitu Jepang tahu bahwa itu adalah kalimat kritik, mereka lantas menangkapnya. Cak Durasim meninggal pada 1944. Ia dimakamkan di makam Tembok Gede di Jalan Tembok Dukuh, Surabaya. Di sana juga ada patung setengah badan dengan ukiran kalimat kontroversialnya.
Atas jasanya dalam bidang seni dan keberaniannya melawan Jepang, namanya diabadikan menjadi nama gedung di TBJT. Di tanah kelahirannya, Jombang, namanya diabadikan menjadi nama jalan.
Foto: pesonawisatasurabaya.wordpress.com
Sekelumit sejarah
Selain pendapa Jayengrono dan gedung Cak Durasim, masih banyak spot lain yang bisa ditemukan di TBJT. Ada ruang Sawungsari tempat berlatih bermain gamelan dan galeri Prabangkara tempat memamerkan beragam karya seni.
Ada pula aula Sawunggaling yang berfungsi sebagai tempat pameran dan perhelatan lomba, wisma Sawungrono untuk tempat menginap seniman yang tampil di TBJT, serta panggung terbuka untuk berlatih menari selain di pendapa Jayengrana.
TBJT diresmikan pada Mei 1978 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef. Mulanya, bangunan tersebut merupakan rumah dinas Bupati Surabaya. Dulu, saat masih berupa kabupaten, Surabaya terbagi menjadi Kadipaten Kasepuhan dan Kadipaten Kanoman.
Foto: agoda.com
Kadipaten Kasepuhan dipimpin Bupati Raden Tumenggung Panji Condronegoro, sedangkan Kadipaten Kanoman dipimpin Bupati Raden Tumenggung Joyodirono I. Salah satu bupati tersebut, yakni Raden Tumenggung Joyodirono I berkantor di bangunan yang kini disebut sebagai TBJT.
Mungkin, ada di antara Anda ingin berkunjung ke TBJT dan mencari penginapan yang berdekatan, bisa memilih Weta Hotel. Alamatnya di Jalan Genteng Kali nomor 3 – 11 atau hanya berjarak 10 menit berkendara menuju TBJT.
Fasilitas yang tersedia di Weta Hotel adalah kamar ber-AC, WiFi, TV layar datar, dan kamar mandi dalam dengan shower serta perlengkapan mandi gratis. Tarif per malam menginap mulai dari Rp400.000. Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi nomor telepon (031) 5319494.