Salah satu destinasi wisata di Yogyakarta yang sudah begitu populer adalah kompleks situs Taman Sari. Tempat ini sendiri termasuk dalam satu di antara berjejernya objek wisata budaya yang ada di Kota Yogyakarta.
Sebelum menjadi destinasi, Taman Sari dahulunya merupakan kompleks bangunan yang digunakan sebagai peristirahatan keluarga kerajaan Yogyakarta. Sebagaimana jejak sejarahnya, tempat ini seringkali dipergunakan sebagai pemandian untuk para permaisuri kerajaan.
Berada di pusat kota Yogyakarta membuat Taman Sari membuatnya mudah mendapatkan perhatian wisatawan. Hal itu lantaran lokasinya yang mudah diakses. Rute dari berbagai moda transportasi pun cukup mempermudah wisatawan yang ingin berkunjung.
Lokasinya berjarak kurang dari 2 km apabila rute tempuh dimulai dari Titik 0 Km Yogyakarta. Taman Sari berada di sebelah selatan Pasar Ngasem atau sebelah barat Alun-Alun Kidul.
Taman Sari di Masa Lalu
Bisa dipastikan bahwa destinasi ini menjadi salah satu objek paling favorit di Yogyakarta. Salah satu keistimewaan yang dimiliki Taman Sari adalah seni arsitektur yang membalut kemegahannya.
Sebagai kompleks bangunan cagar budaya, tempat ini seperti masih tetap menyimpan residu masa lalu yang begitu kompleks. Pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono I, komplek Taman Sari dulunya terdiri lebih dari 50 bangunan.
Taman Sari juga dijuluki sebagai Kastil Air alias Water Castle. Bukannya tanpa sebab, hal ini lantaran kompleksnya sendiri memang didominasi oleh taman air serta kolam renang dan danau buatan.
Karakter dominan inilah yang menjadi daya tarik utama dari kompleks bangunan yang didirikan pada pertengahan abad ke-18 silam ini. Walaupun sudah mengalami sejumlah perubahan, pengunjung masih tetap bisa membayangkan bagaimana kemegahannya di masa lalu.
Satu Sisa Lain yang Bertahan
Dari segelintir bangunan yang masih bertahan menebarkan pesonanya adalah Sumur Gumuling. Seperti halnya bangunan-bangunan lain di kompleks Taman Sari, bangunan ini pun memiliki jejak sejarah yang spesifik.
Sumur Gumuling turut menjadi bagian lain yang masih bertahan sampai saat ini. Punya gaya arsitektur yang unik, bangunan ini pun tak pelak selalu menjadi spot foto bagi para wisatawan yang berkunjung ke Taman Sari.
Arsitektur yang diadopsi oleh Taman Sari bergaya Jawa-Eropa Portugis, begitu juga dengan Sumur Gumuling yang menyerupai bentuk melingkar. Tempat ini cukup tersembunyi lantaran berada di bawah permukaan tanah.
Nama Sumur Gumuling sendiri diadaptasi dari bahasa Jawa. Kata “gumuling” sendiri dapat diartikan sebagai area lingkaran. Sementara kata “sumur” merujuk pada telaga buatan yang diposisikan di tengah-tengahnya.
Melingkar, Menjulang dan Penuh Celah
Bentuk desain dari bangunan ini sebenarnya memiliki ciri khas tersendiri. Bangunannya menjulang ke atas membentuk lingkaran tanpa atap dan terdiri dari 2 lantai. Di tengah-tengahnya, sebagaimana telaga buatan berada pengunjung akan menemukan lima tangga yang mengelilinginya dari berbagai sisi. Tangga tersebut saling terhubung satu sama lain dan titik persinggungannya berada tepat di atas sumur.
Kendati berada di bawah tanah, bangunan ini memiliki banyak sumber ventilasi sebagai celah udara dan cahaya matahari memasuki area dalam. Desain ini pun tak pelak menjadikan Sumur Gumuling semakin spesial di tengah perkembangan ilmu arsitektur saat ini.
Untuk menemukan Sumur Gumuling, pengunjung mesti memasuki sebuah lorong panjang yang seolah-olah seperti labirin. Selain sebagai pintu masuk, pengunjung harus melewati lorong yang sama untuk keluar.
Sumur Gumuling: Apa dan Untuk Apa
Selain berbicara tentang keindahan arsitekturnya, Sumur Gumuling sendiri mempunyai makna serta fungsi khusus di balik keberadaannya. Desain arsitekturnya yang memiliki filosofi, konstruksi kokohnya pun beralasan.
Lantas untuk apa Sumur Gumuling ini ada? Pada masanya, bangunan ini sejatinya adalah sebuah tempat beribadah. Sebuah masjid bawah tanah berlantai dua. Ya, Sumur Gumuling adalah sebuah bangunan masjid yang unik.
Masing-masing lantainya, terdapat mimbar untuk imam salat. Tempat ini dulunya digunakan sebagai tempat kegiatan keagamaan, terutama salat berjamaah. Sementara lima tangga yang berada di tengah-tengahnya dilambangkan sebagai simbol dari rukun agama islam.
Dua lantai yang menyusun bangunan ini sendiri memiliki peran. Kedua lantai tersebut sama digunakan untuk jemaah salat membentuk shaf. Namun, lantai dasar masjid dikhususkan untuk perempuan, sementara laki-laki berada di lantai atas.
Perannya Digantikan Masjid Lain
Mengapa Sumur Gumuling berada diposisikan di bawah tanah dan menerapkan satu-satunya lorong untuk keluar-masuk juga tak lepas dari makna filosofis. Hal itu merujuk pada makna bahwa manusia diciptakan dari tanah dan akan kembali lagi ke tanah.
Selain sebagai tempat kegiatan keagamaan, bangunan ini juga berfungsi sebagai benteng perlindungan. Posisinya yang berada di bawah tanah serta tembok kokoh setebal 1,25 meter membuat hal tersebut cukup beralasan.
Lorong yang menyerupai labirin juga dimaksudkan untuk dapat mengelabui tentara musuh ketika menyerang kompleks bangunan. Adapun, komplek bangunan Taman Sari sendiri diarsiteki oleh seorang warga berkebangsaan Portugis bernama Demang Tegis.
Namun, fungsi Sumur Gumuling sebagai tempat ibadah pada akhirnya usai setelah pihak Keraton Yogyakarta一di bawah kekuasaan Sultan Hamengkubuwono II一membangun Masjid Gedhe Kauman. Masjid bawah tanah itu pun kini telah menjelma sebagai objek wisata dengan keindahan arsitektur serta megahnya jejak histori. Tentu di tempat ini tidak hanya tentang Sumur Gumiling. Ada sejumlah bangunan-bangunan lain yang termasuk dalam bagian kompleks Taman Sari yang juga tak boleh dilewati.
Di Sekitar Taman Sari
Setelah mengetahui tentang dan lokasi Sumur Gumuling, tidak ada salahnya untuk berkunjung ke komplek Taman Sari yang terletak di Jalan Tamanan, Patehan, Kecamatan Keraton, Kota Yogyakarta.
Taman Sari membuka jam kunjungan wisatawan mulai pukul 9 pagi - 3 sore tiap harinya. Untuk wisatawan domestik akan dikenakan tarif tiket masuk sebesar Rp5 ribu/orang dan Rp15 ribu/orang untuk wisatawan mancanegara.
Selain itu, pengunjung juga bisa menyewa jasa pemandu wisata dengan rentang tarif mulai Rp25 - 50 ribu. Fasilitas lainnya juga terbilang sudah sangat lengkap, mulai dari toilet umum sampai areal parkir yang luas.
Bagi wisatawan yang ingin menginap di sekitar lokasi Taman Sari, ada banyak pilihan karena memang ada banyak hotel ataupun homestay yang bisa dipilih. Oleh karena itu, kita tidak perlu khawatir dalam hal ini.
Nah, salah satu pilihan termurah adalah penginapan Omah Suryo yang berada di sebelah barat Taman Sari. Harga menginapnya sendiri berkisar Rp 80 ribu per malamnya. Lokasi tepatnya berada di Jalan Suryowijayan No. 5B, Gedongkiwo, Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Omah Suryo hanya berjarak sekitar 5 menit perjalanan menuju Taman Sari menggunakan kendaraan.