Nongkrong sambil minum kopi di sebuah kafe tentu bukan hal baru lagi untuk kawula muda. Namun bagaimana rasanya, jika kafe yang dikunjungi merupakan salah satu markas tentara pada zaman penjajahan Belanda?
Kafe Omah Tua menawarkan sensasi yang berbeda dari kafe lain pada umumnya. Bangunan kafe ini merupakan rumah keluarga Soemarjono. Pada masa penjajahan, rumah ini menjadi markas untuk menyusun strategi perang. Rumah ini juga menjadi saksi, bagaimana pemuda-pemuda Surabaya berunding untuk menjaga kemerdekaan Indonesia dalam perang 10 November.
Setelah masa kolonial berakhir, bangunan kafe ini merupakan tempat berkumpul keluarga saat lebaran. Namun seiring berkembangnya zaman, saat Kampung Lawas Maspati dikembangkan sebagai kampung wisata, generasi ke-4 dari pemilik rumah ini, Bintang dan Fahrul, memutuskan untuk menyulap bangunan ini menjadi kafe.
Foto: surabaya.go.id
Dengan plakat dari kayu bertuliskan Omah Tua Since 1907 Coffe & Library, bangunan ini menjadi sebuah kafe yang tidak hanya menyajikan beragam kopi yang nikmat dari penjuru tanah air saja, tetapi juga menjadi sebuah perpustakaan mini.
Suasana di dalam kafe ini akan membuat pengunjungnya merasa sedang berada di zaman tempo doeloe. Mulai dari bangunan, desain interior hingga perabotnya masih sangat kental dengan style abad ke 19. Tidak hanya itu, di rak buku kafe ini juga berjejer beragam macam buku dan majalah berbahasa Indonesia maupun bahasa asing.
Karena mengusung tema tempo doeloe, kafe ini tidak dilengkapi dengan fasilitas wifi. Sehingga pengunjung bisa fokus berbincang-bincang dengan teman ataupun membaca buku yang disediakan tanpa perlu sibuk dengan gadget masing-masing.
Foto: Instagram/@omahtua_library
Untuk minuman yang ditawarkan harganya mulai dari Rp8.000. Menu kopi yang ditawarkan juga beragam seperti Kopi Gayo, Kopi Toraja, hingga Mochachino. Yang paling laris dipesan adalah Kopi Arabica.
Pengunjung yang tidak menyukai kopi tidak perlu sedih, karena di Kafe ini juga disediakan minuman lain seperti minuman dingin rasa Chocolate, Greentea dan Blackforest. Tersedia juga camilan seperti kentang goreng dan cireng goreng.
Kafe ini biasa digunakan sebagai lokasi shooting untuk film dengan tema perjuangan. Karena suasananya yang masih otentik. Selain itu Kafe Omah Tua juga sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Petinggi dari berbagai kota dan negara juga pernah berkunjung ke kafe ini. Bahkan warga Ceko dan Korea Selatan pernah bermalam di sini.
Foto: Instagram/@adysetyawan1403
Kafe Omah Tua buka setiap hari kecuali hari Jum’at pada jam 15.00 - 24.00 WIB. Kafe ini terletak di Kampung Lawas Maspati Gang V Nomer 31. Untuk menuju ke tempat ini pengunjung disarankan mengendarai sepeda motor atau kendaraan umum. Hal ini dikarenakan jalan masuk menuju lokasi kafe melalui gang kecil. Bahkan untuk pengendara motor disarankan turun dari motor dan mematikan mesin motornya.
Jika datang dari arah Tugu Pahlawan, pilih jalan menuju Jalan Tembaan, kemudian belok kiri ke Jalan Semarang. Sekitar 300 meter belok kanan di Jalan Penghela, lalu belok kiri sekitar 49 meter kemudian belok kanan ke jalan Maspati IV. Sekitar 240 meter dari sana masuk ke dalam gang Cafe Omah Tua.
Lokasi Cafe ini juga cukup dekat dengan pusat kota Surabaya, hanya 5 menit dari gedung Siola dan 1,9 km dari Tunjungan Plaza.
Dan jika datang dari luar kota, tidak perlu bingung mencari penginapan. Karena ada 2 kamar di Kafe Omah Tua ini disewakan sebagai homestay dengan biaya sewa Rp.250.000 per malamnya. Jadi pengunjung bisa menikmati sensasi bermalam dengan suasana vintage.