Membicarakan kuliner khas Solo, menu satu ini selalu masuk dalam daftar teratas lima kuliner yang wajib dicicipi di Solo. Ya, namanya selat solo, perpaduan rasa makanan Eropa dan Jawa.
Pada satu porsi selat solo tersaji daging sapi rebus atau daging bistik, wortel, potongan kentang goreng, irisan telur pindang, buncis, tomat, mentimun, acar, daun selada dan mayones lalu sentuhan terakhir disiram dengan kuah encer khusus berwarna kecokelatan.
Asal mula selat solo ini berawal dari masa kolonial Belanda, dimana salah satu sajian istimewa seperti bistik daging dikenalkan sebagai makanan para petinggi Belanda. Namun karena perbedaan selera dan budaya makan, bistik daging tidak mudah diterima oleh kaum ningrat Kasunanan Surakarta. Maka untuk menyesuaikan dengan selera lidah orang Jawa yang cenderung suka manis, maka diciptakanlah selat solo. Sisi Eropanya bisa dilihat Dari penggunaan mustard atau mayones, dan sisi Jawanya dengan penambahan kecap manis.
Lalu kenapa namanya selat? Hal ini bermula dari kesulitan masyarakat Indonesia saat mengucapkan kata salad dalam bahasa Belanda yaitu ‘slaatje’. Maka itu untuk memudahkan digunakanlah kata ‘selat’.
Jika berkunjung ke Solo, akan mudah menemukan warung-warung makan yang menyajikan menu selat solo ini. Salah satunya Warung Selat Solo Mbak Lies. Meski berada di gang sempit, tepatnya di Gang II Serengan Jalan Veteran, tidak pernah sepi pengunjung, baik dari penduduk lokal maupun luar kota, bahkan hingga pejabat penting juga artis.
Selat solo yang disajikan merupakan resep turun temurun dari keluarga si pemilik warung. Berdiri sejak 1987 dan berkembang pesat hingga kini, Warung Selat Solo Mbak Lies beroperasi sekitar pukul 08.00 pagi hingga pukul 06.00 sore. Selain penggunaan bahan-bahan yang masih segar, sedapnya rasa selat solo Mbak Lies berasal dari cara memasaknya yang sebagian masih diolah dengan alat tradisional yaitu anglo.
Untuk mengobrak-abrik kolaborasi rasa asam, manis, gurihnya sepiring selat solo dari Warung Mbak Lies ini, Anda cukup merogoh kantong mulai Rp20.000. Jenis selatnya pun bermacam-macam, ada selat lidah, selat bistik, selat galantin kuah saus, dan selat galantin kuah segar. Makanan yang juga tidak kalah lezatnya dengan selat solo seperti sup manten, sup matahari, timlo, dan lain sebagainya juga disediakan.
Sumber foto:instagram.com/warungselatmblies
Interior dan eksterior warungnya juga menarik perhatian. Nuansa perpaduan Eropa dan Jawa terasa kental serasa kita dibawa ke masa Solo tempo dulu. Pernak-pernik unik nan cantik menjuntai, guci-guci terpajang rapi, dan hiasan keramik-keramik kesayangan sang pemilik terpatri di setiap dinding, semakin menambah keindahan di setiap ruangan warung tersebut. Tidak heran banyak pengunjung yang begitu antusias dan betah berlama-lama jika sedang tidak ada antrean demi mencicipi selat solo legendaris sekaligus selfie.
Bukan hanya kualitas saja yang selau dijaga, kenyamanan pembeli pun tidak luput dari perhatian. Tersedia lahan parkir yang memadai, terpisah antara mobil dan motor. Jadi, sekalipun lokasi warung ini di gang, pembeli tidak perlu memusingkan dimana akan memarkirkan kendaraannya.