Foto: referensi.data.kemdikbud.go.id
Ada salah satu destinasi wisata edukasi di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Mengusung tajuk Museum Karst, lokasi ini memberi gambaran tentang bagaimana sejarah terbentuknya batu-batu karst di daerah tersebut.
Karst sendiri merupakan kawasan yang identik dengan gua-gua yang dipenuhi stalaktit dan stalakmit. Seperti yang diketahui, kawasan dengan karakteristik alami seperti ini memang mempunyai daya tarik sebagai tujuan wisata.
Istilah “Karst” sendiri berasal dari bahasa Yugoslavia yang merujuk pada wilayah bebatuan yang mudah larut seperti batu gamping. Museum Karst Wonogiri dibangun di atas perbukitan gamping dengan tujuan agar pengunjung benar-benar merasakan dan belajar mengenai karst beserta sejarahnya.
Berada di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, area museum ini terdiri dari kawasan yang luasnya mencapai 3000 hektar. Mula dibangun pada tahun 2008, oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Museum Karst diresmikan pada tahun 2010 dan turut menjadi bagian wilayah konservasi.
Area museum ini terbagi menjadi beberapa ruangan, mulai dari lobi utama, dua lantai ruang peraga, dan satu lantai ruang serbaguna yang berfungsi sebagai ruang teater, pemutaran film, atau auditorium.
Para pengunjung dapat menjumpai gambar-gambar tentang karst yang disajikan dalam diorama kehidupan masyarakat sekitar sejak zaman dahulu kala. Selain itu, terdapat pula informasi terkait berbagai gua yang terbentuk dari batuan karst yang ada di Indonesia.
Demi kenyamanan pengunjung, museum ini sengaja disediakan fasilitas pendukung seperti panel-panel LED dan audio yang memberikan penjelasan pada pengunjung. Panel-panel LED yang terpasang menjelaskan tentang miniatur yang ada untuk dapat lebih mudah dipahami.
Koleksi Museum Karst Wonogiri kian lengkap lantaran turut memamerkan informasi dalam bentuk miniatur atau replika tentang kehidupan manusia purba. Salah satunya adalah replika lukisan berbentuk cap telapak tangan di dinding-dinding gua.
Selain menjelajahi seisi museumnya, pengunjung pun dapat mengunjungi ke tujuh gua yang berada tak jauh dari lokasinya. Adapun ketujuh gua yang dimaksud, antara lain: Goa Mrico, Sapen, Gilap, Potro, Bunder, Sodong, dan Goa Tembus.
Namun, di antara ketujuh gua tersebut, Goa Tembus bisa dikatakan gua yang paling populer. Letaknya yang dekat dengan pintu masuk membuat gua ini lebih sering dikunjungi oleh para pengunjung.
Museum yang buka mulai pukul 08.00-18.00 WIB ini, memberlakukan harga tiket masuk sendiri yang berbeda-berbeda berdasarkan hari. Untuk hari Senin-Sabtu misalnya, pengunjung akan dikenakan biaya Rp4.000/orang.
Apabila berkunjung pada hari Minggu, harga tiket masuknya naik menjadi Rp5.000/orang. Pemberlakukan harga tiket masuk yang berbeda itu sendiri tak akan mempengaruhi tarif parkir yang dipatok antara Rp2.000 untuk motor dan Rp5.000 untuk mobil.
Lokasi
Lokasinya dapat ditempuh dari Kota Wonogiri dengan perkiraan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Dari Wonogiri kota, perjalanan bisa diawali dengan melewati Jalan Raya Wonogiri Pacitan. Kemudian, ikuti Jalan Raya Wonogiri–Pracimantoro sampai menuju Terminal Pracimantoro.
Dari terminal tersebut, hanya tinggal mengikuti jalurnya untuk tiba di lokasi Museum Karst. Lebih disarankan untuk menempuh rutenya menggunakan kendaraan pribadi, karena lokasinya yang bukan rute kendaraan umum..
Namun, jika ingin menggunakan kendaraan umum, maka dapat menumpangi bus umum tujuan Pracimantoro untuk sampai di Terminal Pracimantoro. Mentok, perjalanannya pun mesti dilanjutkan menggunakan ojek dengan ongkos antara Rp30.000-50.000.
Perihal akomodasi penginapan, ada beberapa pilihan yang berada di Kecamatan Pracimantoro yang bisa jadi pertimbagan. Salah satunya ialah Azana Green Resort Pracimantoro di Jalan Semanu Pracimantoro No. 28, dengan tarif menginapnya berkisar antara Rp200.000–500.000/malam.
Karst sendiri merupakan kawasan yang identik dengan gua-gua yang dipenuhi stalaktit dan stalakmit. Seperti yang diketahui, kawasan dengan karakteristik alami seperti ini memang mempunyai daya tarik sebagai tujuan wisata.
Istilah “Karst” sendiri berasal dari bahasa Yugoslavia yang merujuk pada wilayah bebatuan yang mudah larut seperti batu gamping. Museum Karst Wonogiri dibangun di atas perbukitan gamping dengan tujuan agar pengunjung benar-benar merasakan dan belajar mengenai karst beserta sejarahnya.
Berada di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, area museum ini terdiri dari kawasan yang luasnya mencapai 3000 hektar. Mula dibangun pada tahun 2008, oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Museum Karst diresmikan pada tahun 2010 dan turut menjadi bagian wilayah konservasi.
Area museum ini terbagi menjadi beberapa ruangan, mulai dari lobi utama, dua lantai ruang peraga, dan satu lantai ruang serbaguna yang berfungsi sebagai ruang teater, pemutaran film, atau auditorium.
Para pengunjung dapat menjumpai gambar-gambar tentang karst yang disajikan dalam diorama kehidupan masyarakat sekitar sejak zaman dahulu kala. Selain itu, terdapat pula informasi terkait berbagai gua yang terbentuk dari batuan karst yang ada di Indonesia.
Sumber foto:referensi.data.kemdikbud.go.id
Demi kenyamanan pengunjung, museum ini sengaja disediakan fasilitas pendukung seperti panel-panel LED dan audio yang memberikan penjelasan pada pengunjung. Panel-panel LED yang terpasang menjelaskan tentang miniatur yang ada untuk dapat lebih mudah dipahami.
Koleksi Museum Karst Wonogiri kian lengkap lantaran turut memamerkan informasi dalam bentuk miniatur atau replika tentang kehidupan manusia purba. Salah satunya adalah replika lukisan berbentuk cap telapak tangan di dinding-dinding gua.
Selain menjelajahi seisi museumnya, pengunjung pun dapat mengunjungi ke tujuh gua yang berada tak jauh dari lokasinya. Adapun ketujuh gua yang dimaksud, antara lain: Goa Mrico, Sapen, Gilap, Potro, Bunder, Sodong, dan Goa Tembus.
Sumber foto:instagram.com/xspheriksx
Namun, di antara ketujuh gua tersebut, Goa Tembus bisa dikatakan gua yang paling populer. Letaknya yang dekat dengan pintu masuk membuat gua ini lebih sering dikunjungi oleh para pengunjung.
Museum yang buka mulai pukul 08.00-18.00 WIB ini, memberlakukan harga tiket masuk sendiri yang berbeda-berbeda berdasarkan hari. Untuk hari Senin-Sabtu misalnya, pengunjung akan dikenakan biaya Rp4.000/orang.
Apabila berkunjung pada hari Minggu, harga tiket masuknya naik menjadi Rp5.000/orang. Pemberlakukan harga tiket masuk yang berbeda itu sendiri tak akan mempengaruhi tarif parkir yang dipatok antara Rp2.000 untuk motor dan Rp5.000 untuk mobil.
Lokasi
Lokasinya dapat ditempuh dari Kota Wonogiri dengan perkiraan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Dari Wonogiri kota, perjalanan bisa diawali dengan melewati Jalan Raya Wonogiri Pacitan. Kemudian, ikuti Jalan Raya Wonogiri–Pracimantoro sampai menuju Terminal Pracimantoro.
Dari terminal tersebut, hanya tinggal mengikuti jalurnya untuk tiba di lokasi Museum Karst. Lebih disarankan untuk menempuh rutenya menggunakan kendaraan pribadi, karena lokasinya yang bukan rute kendaraan umum..
Namun, jika ingin menggunakan kendaraan umum, maka dapat menumpangi bus umum tujuan Pracimantoro untuk sampai di Terminal Pracimantoro. Mentok, perjalanannya pun mesti dilanjutkan menggunakan ojek dengan ongkos antara Rp30.000-50.000.
Perihal akomodasi penginapan, ada beberapa pilihan yang berada di Kecamatan Pracimantoro yang bisa jadi pertimbagan. Salah satunya ialah Azana Green Resort Pracimantoro di Jalan Semanu Pracimantoro No. 28, dengan tarif menginapnya berkisar antara Rp200.000–500.000/malam.
Artikel ini ditulis oleh Wawan Sa