Kebudayaan di Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur, terbukti sangat beragam dan unik. Keanekaragaman ini dapat dilihat secara langsung di Museum 1000 Moko yang terletak di pusat kota Kalabahi, Kabupaten Alor tepatnya di depan Hotel Pelangi, Jalan Diponegoro. Museum bisa ditempuh dengan jarak sekitar 15 km dari Bandra Alor Island (Bandara Mali).
Perjalanan dari Bandara Mali ke Museum 1000 Moko bisa menggunakan transportasi berupa travel. Jika memilih menggunakan jasa ojek, biaya berkisar Rp20.000 sampai Rp35.000 per orang. Bila menggunakan mobil travel atau taksi, biayanya mencapai Rp50.000 hingga Rp150.000 per orang.
Berangkat dari Bandara Mali, kendaraan akan mengarah ke Jalan Soekarno. Perjalanan dilanjutkan menuju Jalan Kalabahi Maritaing lalu belok kanan di pertigaan Jalan Diponegoro.
Kehadiran Museum 1000 Moko sebagai salah satu upaya pemerintah untuk mewariskan budaya daerah lantaran khawatir semua bukti sejarah dan peradaban budaya di Alor bisa hilang. Museum ini dibangun pada tahun 2002 oleh Ans Takalapeta, mantan Bupati Alor dan diresmikan pada tanggal 04 mei 2004 oleh Gubernur NTT Piet Alexander Tallo. Di dalamnya tersimpan sekitar 415 benda budaya dari seluruh etnis di Kabupaten Alor.
Foto: KTD Tenda Dome
Diberi nama Museum 1000 Moko karena masyarakat Alor menganggap Moko sebagai benda adat bernilai budaya tinggi. Sedangkan angka 1000 menunjukkan kondisi keranekaragam suku sekaligus bentuk harapan masyarakat Alor. Moko yang menjadi icon museum ini diperkirakan berasal dari Vietnam Utara, yakni pada zaman Dongson.
Dalam sejarahnya, Moko dibawa oleh pedagang Tiongkok pada masa lampau untuk ditukar dengan komoditas dari kawasan yang menghasilkan rempah-rempah. Kala itu, ada armada kapal pedagang yang terdampar di perairan Alor dan para awak kehabisan perbekalan. Mereka pun menggunakan Nekara Perunggu sebagai alat tukar dengan komoditas utama makanan Alor yaitu biji kenari dan jagung, hingga berlanjut ditukar dengan Moko.
Moko sendiri memiliki bentuk mirip drum tangan dengan diameter 40 cm sampai 60 cm dan tinggi 80 cm hingga 100 cm. Sedangkan Nekara memiliki bentuk seperti dandang berpinggang pada bagian tengahnya dengan selaput suara berupa logam atau perunggu.
Foto: travelingyuk
Dalam sejarah peradaban Pulau Alor, Moko digunakan sebagai belis atau maskawin. Moko juga bisa menunjukkan status sosial seseorang. Di beberapa suku tradisional Alor, Moko digunakan sebagai gendang untuk mengiringi tarian adat dan sebagai alat tukar ekonomi masyarakat.
Adapun Nekara digunakan untuk upacara atau ritual pemanggil hujan. Hal itu terlihat dari 4 buah simbol katak di atas Nekara dan di tengahnya simbol matahari.
Museum 1000 Moko memiliki 47 koleksi Moko dengan beragam jenis dan nilai yang berbeda, terdiri dari 45 Moko dan 2 Nekara. Koleksi ini sebagian besar didapatkan di Kabupaten Alor.
Museum yang memiliki luas 1 hektar ini tidak hanya mengoleksi sejumlah Moko dan Nekara, namun juga benda purbakala lainnya seperti kapak perunggu, fosil siput darat, alat musik tradisional, senjata tradisional dan peninggalan zaman penjajahan, keramik China dan Vietnam, gerabah, tenunan dengan beragam motif menarik, sisir dari bamboo, gong raksasa, kapak batu, anyaman daun lontar, gelar dari tempurung, dan masih banyak lagi.
Foto: travelingyuk
Bangunan museum terbagi menjadi dua bangunan utama. Pada bangunan pertama berisikan benda-benda sejarah dan prasejarah. Sementara bangunan kedua menyimpan koleksi berbagai macam jenis dan motif tenun khas masyarakat Alor.
Museum ini buka hanya pada hari Senin sampai Kamis dari jam 08.00 - 15.00 WIT, sedangkan hari Jumat dari pukul 08.00 - 11.00 WIT. Jika ingin mengetahui lebih dalam informasi di dalam museum, bisa meminta pemandu untuk mendampingi selama tour.
Penginapan terdekat dengan museum adalah Simfony Hotel Alor. Hotel bintang tiga ini menawarkan sensasi berbeda dengan view Teluk Mutiara. Beberapa fasilitas yang disediakan sudah sangat memadai, seperti adanya free wifi, free parkir, memiliki 81 kamar, ruang meeting, ballroom, private meeting room, sarapan gratis, dan transportasi bandara gratis. Tarif menginapnya tergolong murah mulai dari Rp296.000 sampai Rp 348.000 per malam.