Foto: Brisik.id/Rika Hendrika
Keraton Surakarta, salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi jika berkunjung ke Solo, Jawa Tengah. Keraton ini merupakan wisata sejarah yang di dalamnya terdapat berbagai koleksi milik kasunanan, termasuk berbagai pemberian dari raja- raja Eropa, replika pusaka keraton dan gamelan.
Di sekitar Keraton Surakarta terdapat berbagai macam pedagang kaki lima yang menyuguhkan jananan untuk dicicipi sembari jalan–jalan mengelilingi kawasan keraton. Seperti leker, serabi, es dawet telasih, wedang ronde, wedang asle dan lain–lain. Nah, jika ke selatan sedikit di sekitar kompleks Alun-Alun Lor Surakarata atau lebih tepatnya di Jl. Pakoe Boewono, pengunjung akan menemukan salah satu jajanan tradisional yang sudah jarang ditemukan, namanya jadah bakar.
Foto: Brisik.id/Rika Hendrika
Jaman dahulu penjual jadah bakar sangat banyak dan dapat ditemukan di sepanjang jalanan Solo, namun sekarang hanya tinggal beberapa saja. Salah satu penjual jadah bakar yang masih bertahan ditemukan di pinggir Jalan Pakoe Boewono.
Foto: Brisik.id/Rika Hendrika
Sebenarnya, jadah sendiri merupakan kuliner tradisional sejak jaman dahulu dan dapat ditemukan di beberapa daerah di Jawa. Di Solo dan sekitarnya, jajanan ini selalu ada saat hajatan dan upacara adat penting lainnya. Sampai sekarang jajanan ini masih digemari. Peminatnya datang dari berbagai usia mulai dari orang tua sampai dengan anak-anak.
Jadah berasal dari beras ketan yang dicampur dengan kelapa parut dan sedikit garam yang ditumbuk menjadi satu. Proses penumbukannya sendiri tidak sebentar, harus dilakukan berjam–jam hingga ketan benar–benar halus. Nah, yang membedakan jadah yang biasa disajikan dalam hajatan dan jadah yang dijual di sekitar Keraton Surakarta adalah cara penyajiannya yaitu dengan dibakar.
Foto: Brisik.id/Rika Hendrika
Jadah bakar dibakar dengan cara tradisional, yaitu menggunakan angkring. Bahan bakarnya juga masih tradisional yaitu arang kayu. Jadah yang dibakar harus selalu dibolak- balik agar tidak gosong. Penggunaan arang kayu membuat aromanya semakin menggoda. Penyajian jadah bakar juga masih sederhana dan tradisional dengan menggunakan daun pisang dan koran bekas.
Penjual jadah bakar di kompleks Keraton Surakarta ini bernama Ibu Etik. Ia berjualan jadah bakar sejak tahun 2010 di daerah tersebut. Pengunjung dapat mencicipi jajanan ini dengan harga murah meriah hanya Rp2.000 per buah.
Berada di sekitar Alun- Alun Lor Surakarta, Bu Etik berjualan di pinggir jalan menggunakan gerobak dari pagi hingga jadah yang dijualnya habis. Karena banyak peminat yang membeli secara besar, maka sebelum siang biasanya sudah habis diserbu pembeli.
Foto: Brisik.id/Rika Hendrika
Jajanan kuno ini memiliki cita rasa gurih dan disajikan dalam kondisi hangat. Sangat cocok untuk teman ngopi atau minum teh dipagi hari. Tak jarang, Bu Etik mendapat pesanan dalam partai besar untuk acara seperti arisan, pertemuan, atau sekedar untuk buah tangan bagi saudara yang main ke Solo.
Menu yang dijual oleh Bu Etik hanya jadah bakar, akan tetapi di sekitar daerah ini dapat ditemukan pedangang kaki lima lainnya yang menjajakan kudapan lainnya. Pengunjung pun dapat mencicipi jajanan lainnya selain jadah bakar.
Foto: Brisik.id/Rika Hendrika
Lokasi berjualan jadah bakar juga bersebelahan dengan pasar cinderamata Gladag Solo. Di sini pengunjung dapat berburu oleh–oleh cinderamata khas Solo. Pengunjung pun dapat berjalan-jalan di Keraton, mencicipi jajanan tradisional, serta berbelanja cindera mata sebagai buah tangan. Liburan yang lengkap bukan?
Di sekitar Keraton Surakarta terdapat berbagai macam pedagang kaki lima yang menyuguhkan jananan untuk dicicipi sembari jalan–jalan mengelilingi kawasan keraton. Seperti leker, serabi, es dawet telasih, wedang ronde, wedang asle dan lain–lain. Nah, jika ke selatan sedikit di sekitar kompleks Alun-Alun Lor Surakarata atau lebih tepatnya di Jl. Pakoe Boewono, pengunjung akan menemukan salah satu jajanan tradisional yang sudah jarang ditemukan, namanya jadah bakar.
Foto: Brisik.id/Rika Hendrika
Jaman dahulu penjual jadah bakar sangat banyak dan dapat ditemukan di sepanjang jalanan Solo, namun sekarang hanya tinggal beberapa saja. Salah satu penjual jadah bakar yang masih bertahan ditemukan di pinggir Jalan Pakoe Boewono.
Foto: Brisik.id/Rika Hendrika
Sebenarnya, jadah sendiri merupakan kuliner tradisional sejak jaman dahulu dan dapat ditemukan di beberapa daerah di Jawa. Di Solo dan sekitarnya, jajanan ini selalu ada saat hajatan dan upacara adat penting lainnya. Sampai sekarang jajanan ini masih digemari. Peminatnya datang dari berbagai usia mulai dari orang tua sampai dengan anak-anak.
Jadah berasal dari beras ketan yang dicampur dengan kelapa parut dan sedikit garam yang ditumbuk menjadi satu. Proses penumbukannya sendiri tidak sebentar, harus dilakukan berjam–jam hingga ketan benar–benar halus. Nah, yang membedakan jadah yang biasa disajikan dalam hajatan dan jadah yang dijual di sekitar Keraton Surakarta adalah cara penyajiannya yaitu dengan dibakar.
Foto: Brisik.id/Rika Hendrika
Jadah bakar dibakar dengan cara tradisional, yaitu menggunakan angkring. Bahan bakarnya juga masih tradisional yaitu arang kayu. Jadah yang dibakar harus selalu dibolak- balik agar tidak gosong. Penggunaan arang kayu membuat aromanya semakin menggoda. Penyajian jadah bakar juga masih sederhana dan tradisional dengan menggunakan daun pisang dan koran bekas.
Penjual jadah bakar di kompleks Keraton Surakarta ini bernama Ibu Etik. Ia berjualan jadah bakar sejak tahun 2010 di daerah tersebut. Pengunjung dapat mencicipi jajanan ini dengan harga murah meriah hanya Rp2.000 per buah.
Berada di sekitar Alun- Alun Lor Surakarta, Bu Etik berjualan di pinggir jalan menggunakan gerobak dari pagi hingga jadah yang dijualnya habis. Karena banyak peminat yang membeli secara besar, maka sebelum siang biasanya sudah habis diserbu pembeli.
Foto: Brisik.id/Rika Hendrika
Jajanan kuno ini memiliki cita rasa gurih dan disajikan dalam kondisi hangat. Sangat cocok untuk teman ngopi atau minum teh dipagi hari. Tak jarang, Bu Etik mendapat pesanan dalam partai besar untuk acara seperti arisan, pertemuan, atau sekedar untuk buah tangan bagi saudara yang main ke Solo.
Menu yang dijual oleh Bu Etik hanya jadah bakar, akan tetapi di sekitar daerah ini dapat ditemukan pedangang kaki lima lainnya yang menjajakan kudapan lainnya. Pengunjung pun dapat mencicipi jajanan lainnya selain jadah bakar.
Foto: Brisik.id/Rika Hendrika
Lokasi berjualan jadah bakar juga bersebelahan dengan pasar cinderamata Gladag Solo. Di sini pengunjung dapat berburu oleh–oleh cinderamata khas Solo. Pengunjung pun dapat berjalan-jalan di Keraton, mencicipi jajanan tradisional, serta berbelanja cindera mata sebagai buah tangan. Liburan yang lengkap bukan?
Artikel ini ditulis oleh Rika Hendrika