Foto: instagram.com/museumbalanga/
Berkunjung ke Kota Palangka Raya tidaklah lengkap tanpa mengetahui sejarah dan kebudayaan kota ini. Untuk itu, mengunjungi Museum Balanga merupakan pilihan yang tepat.
Museum yang berfungsi sebagai wadah pendidikan budaya ini dulunya merupakan Gedung Monumen Dewan Nasional yang dibangun pada tahun 1963. Statusnya pun baru diresmikan pada tanggal 6 April 1973.
Dengan koleksi benda bersejarahnya, Museum Balanga sendiri merupakan museum terbesar dan tertua di Provinsi Kalimantan Tengah. Setidaknya ada sekitar 5.000 koleksi benda-benda bersejarah yang ditampilkan di museum ini.
Museum ini memiliki sejumlah koleksi, seperti benda pusaka, peralatan perang, piring malawen, alat penangkap ikan magis, hingga miniatur huma betang. Tak hanya itu, Museum Balanga juga menampilkan pakaian adat istiadat suku Dayak dan berbagai alat musik tradisional.
Selain itu, dijabarkan pula sejarah tentang pahlawan Kalimantan, termasuk sejarah singkat Tjilik Riwut. Uniknya lagi, di museum ini juga menunjukan bukti sejarah yang berkaitan dengan peristiwa konflik Sampit yang pecah pada tahun 2001 silam.
Memasuki Museum Balanga, pengunjung akan merasakan suasana kehidupan suku Dayak yang sangat kental akan budaya dan tradisi adatnya. Hal itu nampak dengan adanya berbagai senjata tradisional asli suku Dayak seperti mandau, sumpit dan duhung.
Museum ini buka dari hari Senin sampai Sabtu dari pukul 07:00-14:00 WIB. Khusus untuk hari Jumat, museum ini buka pada pukul 07:00-10:00 WIB. Sebelum masuk, pengunjung diharuskan membayar tiket masuk seharga Rp4.000/orang untuk orang dewasa dan Rp1.500 untuk anak-anak.
Di awal pintu masuk pengunjung akan melakukan registrasi di Ruang Etnografi Museum Balanga. Setelah itu, akan disambut beragam benda bersejarah lengkap dengan glosarium yang menerangkan informasi terkait masing-masing benda.
Banyak koleksi langka yang dipamerkan di Museum Balanga. Salah satu yang menarik adalah patung Sapundu dan Hampatung Karuhei. Kedua benda tersebut merupakan Patung ukir yang terbuat dari kayu ulin yang bernilai sakral bagi umat Kaharingan.
Sumber foto:instagram.com/museumbalanga/
Kata “balanga” sendiri merujuk pada benda kerajinan tempayan keramik asal Tiongkok yang dibuat pada era Dinasti Ming. Benda ini juga dikenal dengan sebutan piring Malawen.
Berdasarkan sejarahnya, balanga pada dasarnya memiliki bentuk seperti guci. Benda ini digunakan oleh suku Dayak zaman dulu sebagai tempat penyimpanan, seperti beras, air bersih, ikan, ataupun bahan-bahan makanan yang akan diasinkan.
Dengan luas area kompleksnya yang mencapai 5 hektar, museum ini difasilitasi dengan perkantoran, perpustakaan, kantin, musala, pemandu, toko suvenir, gedung pameran, dan gedung penyimpanan koleksi cadangan, seperti koleksi etnografi, histori, arkeologi, keramologi, numismatika, heraldika, biologika, dan geologika.
Untuk mengunjungi Museum Balanga dapat menemukan lokasinya di Jalan Tjilik Riwut, Kota Palangka Raya, Kecamatan Jekan Raya. Lokasinya berada tak jauh dari beberapa kantor lembaga pemerintahan, seperti Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; dan Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Kalimantan Tengah.
Apabila berangkat dari Bundaran Besar Kota Palangka Raya melalui Jalan Tjilik Riwut, rute tempuhnya berjarak sekitar 2,5 km. Rutenya sendiri dapat ditempuh dengan mudah, baik menggunakan kendaraan pribadi ataupun transportasi umum.
Bagi Anda yang berasal dari luar Kota Palangka Raya, dapat mencapai lokasinya dari Bandara Tjilik Riwut menuju museum dengan jarak tempuh 14,5 km. Anda dapat menggunakan taksi atau mobil sewa menuju pusat kota dengan tarif berkisar antara Rp50-80 ribu.
Museum Balanga juga menyediakan kompleks penjualan suvenir yang beralamat di Jalan. Sisingamangaraja No. 23, Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya. Jarak museum ke lokasi tersebut hanya membutuhkan waktu 10 menit perjalanan. Harga berbagai suvenir pun dibanderol mulai dari 20-50 rb.
Untuk akomodasi penginapan terdekat di sekitar lokasi museum, bisa mempertimbangkan Hotel Marimar yang menawarkan harga menginap Rp115 ribu/malam. Lokasi beralamat di Jalan Tjilik Riwut No.5.
Jarak hotel dengan museum cukup dekat hanya membutuhkan waktu 7 menit dan dari Bandara Tjilik Riwut 19 menit. Hotel ini juga menyediakan sejumlah fasilitas, seperti koneksi jaringan wifi gratis, kolam renang, lahan parkir, dan penyewaan sepeda.
Museum yang berfungsi sebagai wadah pendidikan budaya ini dulunya merupakan Gedung Monumen Dewan Nasional yang dibangun pada tahun 1963. Statusnya pun baru diresmikan pada tanggal 6 April 1973.
Dengan koleksi benda bersejarahnya, Museum Balanga sendiri merupakan museum terbesar dan tertua di Provinsi Kalimantan Tengah. Setidaknya ada sekitar 5.000 koleksi benda-benda bersejarah yang ditampilkan di museum ini.
Museum ini memiliki sejumlah koleksi, seperti benda pusaka, peralatan perang, piring malawen, alat penangkap ikan magis, hingga miniatur huma betang. Tak hanya itu, Museum Balanga juga menampilkan pakaian adat istiadat suku Dayak dan berbagai alat musik tradisional.
Sumber foto:instagram.com/museumbalanga/
Selain itu, dijabarkan pula sejarah tentang pahlawan Kalimantan, termasuk sejarah singkat Tjilik Riwut. Uniknya lagi, di museum ini juga menunjukan bukti sejarah yang berkaitan dengan peristiwa konflik Sampit yang pecah pada tahun 2001 silam.
Memasuki Museum Balanga, pengunjung akan merasakan suasana kehidupan suku Dayak yang sangat kental akan budaya dan tradisi adatnya. Hal itu nampak dengan adanya berbagai senjata tradisional asli suku Dayak seperti mandau, sumpit dan duhung.
Museum ini buka dari hari Senin sampai Sabtu dari pukul 07:00-14:00 WIB. Khusus untuk hari Jumat, museum ini buka pada pukul 07:00-10:00 WIB. Sebelum masuk, pengunjung diharuskan membayar tiket masuk seharga Rp4.000/orang untuk orang dewasa dan Rp1.500 untuk anak-anak.
Di awal pintu masuk pengunjung akan melakukan registrasi di Ruang Etnografi Museum Balanga. Setelah itu, akan disambut beragam benda bersejarah lengkap dengan glosarium yang menerangkan informasi terkait masing-masing benda.
Banyak koleksi langka yang dipamerkan di Museum Balanga. Salah satu yang menarik adalah patung Sapundu dan Hampatung Karuhei. Kedua benda tersebut merupakan Patung ukir yang terbuat dari kayu ulin yang bernilai sakral bagi umat Kaharingan.
Sumber foto:instagram.com/museumbalanga/
Kata “balanga” sendiri merujuk pada benda kerajinan tempayan keramik asal Tiongkok yang dibuat pada era Dinasti Ming. Benda ini juga dikenal dengan sebutan piring Malawen.
Berdasarkan sejarahnya, balanga pada dasarnya memiliki bentuk seperti guci. Benda ini digunakan oleh suku Dayak zaman dulu sebagai tempat penyimpanan, seperti beras, air bersih, ikan, ataupun bahan-bahan makanan yang akan diasinkan.
Dengan luas area kompleksnya yang mencapai 5 hektar, museum ini difasilitasi dengan perkantoran, perpustakaan, kantin, musala, pemandu, toko suvenir, gedung pameran, dan gedung penyimpanan koleksi cadangan, seperti koleksi etnografi, histori, arkeologi, keramologi, numismatika, heraldika, biologika, dan geologika.
Untuk mengunjungi Museum Balanga dapat menemukan lokasinya di Jalan Tjilik Riwut, Kota Palangka Raya, Kecamatan Jekan Raya. Lokasinya berada tak jauh dari beberapa kantor lembaga pemerintahan, seperti Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; dan Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Kalimantan Tengah.
Apabila berangkat dari Bundaran Besar Kota Palangka Raya melalui Jalan Tjilik Riwut, rute tempuhnya berjarak sekitar 2,5 km. Rutenya sendiri dapat ditempuh dengan mudah, baik menggunakan kendaraan pribadi ataupun transportasi umum.
Bagi Anda yang berasal dari luar Kota Palangka Raya, dapat mencapai lokasinya dari Bandara Tjilik Riwut menuju museum dengan jarak tempuh 14,5 km. Anda dapat menggunakan taksi atau mobil sewa menuju pusat kota dengan tarif berkisar antara Rp50-80 ribu.
Museum Balanga juga menyediakan kompleks penjualan suvenir yang beralamat di Jalan. Sisingamangaraja No. 23, Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya. Jarak museum ke lokasi tersebut hanya membutuhkan waktu 10 menit perjalanan. Harga berbagai suvenir pun dibanderol mulai dari 20-50 rb.
Untuk akomodasi penginapan terdekat di sekitar lokasi museum, bisa mempertimbangkan Hotel Marimar yang menawarkan harga menginap Rp115 ribu/malam. Lokasi beralamat di Jalan Tjilik Riwut No.5.
Jarak hotel dengan museum cukup dekat hanya membutuhkan waktu 7 menit dan dari Bandara Tjilik Riwut 19 menit. Hotel ini juga menyediakan sejumlah fasilitas, seperti koneksi jaringan wifi gratis, kolam renang, lahan parkir, dan penyewaan sepeda.
Artikel ini ditulis oleh Fitri Diana Batubara