Tari Gambyong, Kesenian Dari Rakyat Yang Berkembang di Lingkungan Keraton Surakarta

Budaya & Gaya Hidup 25 Juli 2021

Foto: radjawaliscc.co.id/

Kerajaan Mataram dalam sejarahnya dikenal telah banyak menelurkan kesenian-kesenian yang kemudian menjadi kekayaan budaya bagi Indonesia, khususnya di daerah Yogyakarta dan Surakarta.

Di lingkungan Keraton, berbagai tarian telah banyak tercipta, namun yang paling terkenal diantaranya adalah Tari Bedhaya Ketawang dan Tari Serimpi.

Meski begitu, ternyata tidak semua tarian yang ada benar-benar berasal dari dalam lingkungan keraton. Di Keraton Surakarta ada satu tarian yang dalam sejarah awalnya ternyata adalah kesenian tari yang muncul dari rakyat, namanya adalah Tari Gambyong.

Tari Gambyong ini pada awalnya adalah tarian rakyat yang biasa dilakukan untuk menyambut musim panen padi. Karena semakin populer di masyarakat, kemudian Tari Gambyong diadopsi untuk dipentaskan di dalam lingkungan Keraton dengan melakukan beberapa perubahan agar sesuai dengan kaidah-kaidah Keraton.

Sejarah Tari Gambyong

Tari Gambyong pertama kali disebutkan dalam sebuah karya sastra bernama Serat Centhini yang ditulis sekitar abad ke-18 atau ketika Keraton Surakarta dipimpin oleh Pakubuwono IV (1788-1820) dan Pakubuwana V (1820-1823).

Dijelaskan bahwa Tari Gambyong adalah pengembangan dari kesenian Tari Tledhek yang sudah hidup di masyarakat sejak abad ke-15. Lebih lanjut Tari Tledhek ini merupakan bagian dari Tari Tayub, dimana Tayub sendiri adalah sebuah tarian yang disajikan untuk menjalin hubungan sosial di masyarakat.

Penamaan tarian ini dengan sebutan Tari Gambyong ini berasal dari nama seorang Penari Tledhek yang paling terkenal pada saat itu. Penari tersebut dikenal memiliki gerakan tari yang luwes dan suara yang sangat merdu. Sosok itu bernama Mas Ajeng Gambyong.

Singkat cerita, karena kepopulerannya di masyarakat, Mas Ajeng Gambyong di undang ke Keraton oleh Pakubuwana IV untuk menari di Istana. Sejak saat itulah tarian tersebut dinamai Tari Gambyong dan kemudian berkembang di lingkungan Keraton.

Perkembangan Tari Gambyong

Foto : https://pariwisatasolo.surakarta.go.id/destinations/tari-gambyong-pareanom/

Pada masa Pemerintahan Pakubuwana IX (1861-1893), Tari Gambyong melakukan banyak pengembangan agar sesuai dengan gaya tarian khas Keraton Surakarta.

Sosok Yang menggarap adalah K.R.M.T Wreksadiningrat yang merupakan seniman istana yang ada pada masa itu.

K.R.M.T Wreksadiningrat sukses membuat Tari Gambyong menjadi tari tunggal dengan gerakan-gerakan yang pantas dipentaskan di depan para bangsawan dan priyayi. Penari pada Tari Gambyong pada saat itu sering disebut dengan sebutan Waranggana.

Sejak saat itu, Tari Gambyong mengalami beberapa kali perkembangan hingga menjadi Tari Gambyong seperti yang ada saat ini.

Beberapa pengembangan yang dilakukan antara lain adalah pada tahun 1950 oleh Nyi Bei Mintoraras yang menghasilkan Tari Gambyong Pareanom, serta juga pengembangan oleh seorang seniman bernama S. Ngaliman pada tahun 1972.

Saat ini Tari Gambyong tidak hanya dipentaskan di lingkungan Keraton saja, melainkan sudah banyak dipertontonkan di masyarakat umum. Biasanya tari Gambyong ini ditarikan di berbagai acara tertentu seperti penyambutan tamu, pentas seni, acara wisuda dll.

Musik Pengiring dan Rangkaian Gerak Tari Gambyong

Seperti halnya tarian-tarian yang berasal dari Jawa Tengah, Tari Gambyong diiringi oleh Gamelan sebagai musik pengiringnya. Lantunan merdu dengan gerakan yang lemah lembut khas tarian Keraton membuat Tari Gambyong sangat menenangkan dan menyejukkan jiwa siapa saja yang menyaksikannya.

Tari Gambyong ini menonjolkan gerakan kombinasi dari kepala tangan, kaki dan tubuh. Namun yang paling dominan adalah gerakan dari tangan dan kepala.

Adapun rangkaian gerak pada Tari Gambyong terdiri dari Joget Merong atau jejer, Panggel, Batangan, Wedhi Kengser, Mlaku Ngetapang, Anjang-anjangan, Kebyok Sampur Umbah-umbah, Ukel Majeng Ajegan, Mara Dasta, Sekar Suwun Lamba dan Umbul Sari.

Busana Pada Tari Gambyong

Foto : https://pariwisatasolo.surakarta.go.id/destinations/tari-gambyong-retno-kusumo/

Secara umum busana yang digunakan pada Tari Gambyong antara lain adalah kain batik, kemben dan dilengkapi dengan sampur atau selendang yang diletakkan pada bahu sebelah kanan.

Selain itu di bagian kepala penari diberi berbagai macam aksesoris seperti Cundhuk Jungkat atau Cundhuk Mentul dan berbagai perhiasan gelang, kalung. Sering kali penari juga akan menambahkan kalungan bunga melati untuk menambah estetik dan menggambarkan kesan indah dari wanita Jawa.

Tags : seni tari dari surakarta keraton surakarta tarian tradisional tari gambyong

Artikel ini ditulis oleh :

Luthfi Trisna Wahyutama
  

Ranking Level

BadgeNameKeterangan
Bronze 11-14 artikel
Bronze 215-30 artikel
Bronze 331-45 artikel
Bronze 445-60 artikel
Bronze 561-75 artikel
Silver 176-125 artikel
Silver 2126-175 artikel
Silver 3176-225 artikel
Silver 4226-275 artikel
Silver 5276-325 artikel
Gold 1326-400 artikel
Gold 2401-475 artikel
Gold 3476-550 artikel
Gold 4551-625 artikel
Gold 5626-700 artikel
Platinum 1701-800 artikel
Platinum 2801-900 artikel
Platinum 3901-1000 artikel
Platinum 41001-1100 artikel
Platinum 51101-1200 artikel
Diamond 11201-1350 artikel
Diamond 21351-1500 artikel
Diamond 31501-1650 artikel
Diamond 41651-1800 artikel
Diamond 5> 1800

Karanganyar {[{followers}]} Followers



Berita Terkait

Budaya & Gaya Hidup

Tari Gambyong, Kesenian Dari Rakyat Yang Berkembang di Lingkungan Keraton Surakarta

Tarian ini biasa dilakukan untuk menyambut musim panen padi.

25 Jul 2021

Budaya & Gaya Hidup

Tari Moyo Yang Menirukan Gerakan Burung

Dahulu, tarian tradisional ini hanya berlaku di kalangan bangsawan saja yang memiliki penari khusus di acara-acara kebangsawanan yang digelar di lingkungan kerajaannya.

04 Mei 2021

Travel

Mengenal Umbul Sungsang dan Berbagai Mitos Yang Mengikutinya

Terdapat empat kolam yang bisa digunakan untuk orang dewasa atau anak-anak.

17 Apr 2021

Kamu Mungkin Tertarik

Kuliner

Es Pisang Ijo, Manis, Segar, dan Bikin Kenyang

Makanan khas Makassar yang sudah menyebar ke berbagai daerah.

02 Februari 2020

Kuliner

Warung Mbok Yem, Nasi Pecel di Jalur Pendaki

Warung pecel di atas Gunung Lawu.

02 Agustus 2020

Kuliner

Sumber Hidangan, Cafe Paling Pas untuk Bernostalgia

Toko roti ini sudah berdiri sejak tahun 1920an.

05 Maret 2020

Travel

Mustika Taman Anggrek, Destinasi Ciamik yang Memanjakan Mata

Menyaksikan ratusan bunga anggrek dari berbagai jenis dengan ragam warna yang indah.

04 September 2020

Travel

Meneropong Dari Atas Bukit di Teropong Kota Kalianda

Destinasi wisata lokal yang sedang naik daun di Kabupaten Lampung Selatan.

13 Juli 2020

Terbaru

more

Kuliner

Leren Sejenak dari Hiruk Pikuk Yogyakarta di Leeren by Curio Espresso

Tempat istirahat sejenak dari kesibukan kota Jogja tanpa harus menempuh jarak jauh.

28 September 2021

Travel

Keindahan Alami Air Terjun Pancor di Pedalaman Desa Pakuniran

Dikelilingi oleh hutan dan airnya sangat jernih karena berasal dari mata air gunung.

28 September 2021

Travel

Pesona Menawan di Pantai Indah Widarapayung

Selain bermain air di pantai disini juga dapat mengendarai kuda yang ada di pinggir pantai.

28 September 2021

Kuliner

Nasi Goreng Porsi Jumbo dan Harga Bersahabat ala Pak Dji

Sejumlah pejabat dari Jakarta pernah makan nasi goreng ini.

28 September 2021

Travel

Belajar Sambil Berlibur di Legok Asri Sidoarjo

Menyediakan sarana untuk gathering, training, outbound dan juga fun games.

28 September 2021

Berita Video

more