Nasi Goreng Porsi Jumbo dan Harga Bersahabat ala Pak Dji

Nasi goreng satu ini sayang dilewatkan oleh Teman Brisik kalau berwisata ke Kota Malang. Nasi Goreng Stasiun Pak Dji menjadi warung nasi goreng favorit di Kota Malang. Warung ini menawarkan nasi goreng dengan porsi jumbo sebagai andalan. Plus, harganya relatif ramah di kantong sehingga tak mengherankan jika punya banyak pelanggan dari lintas elemen.

Lokasi dan Rute
Nasi Goreng Stasiun Pak Dji buka setiap hari dari pukul 14.00 hingga 22.00 malam. Terletak di belakang Stasiun Malang di Jalan Panglima Sudirman Gang Manunggal, Kelurahan Kesatrian, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, rutenya sangat mudah. Jika datang dari arah selatan (Kampung Warna-Warni), maka lurus saja melewati jembatan rel kereta. Lurus saja sampai menjumpai tulisan "Nasi Goreng Jumbo Pak Dji" di kiri jalan. Jika datang dari arah utara (Rampal), lurus saja ke arah selatan. 

Akses menuju warung Nasi Goreng Stasiun Pak Dji. Selain dengan jasa ojek online, angkutan kota (angkot) bertrayek AMG dan TST juga siap mengantar Teman Brisik menuju warung ini. Bisa turun di depan Resimen Armed untuk yang naik AMG dan di depan gang untuk yang naik TST. Bagi yang membawa kendaraan pribadi, tersedia parkir di depan warung untuk sepeda motor dan parkir terbatas di bibir gang untuk mobil.

Foto: brisik.id/Rayhan Aulia Prakoso

Pak Dji, demikian sapaan pemilik warung nasi goreng ini. Beliau sudah hampir 40 tahun berjualan nasi goreng. Sebelum memutuskan berjualan nasi goreng sejak 1981, beliau sempat bekerja sebagai cook helper di restoran sebuah hotel di Surabaya selama beberapa tahun. 

Awal berjualan nasi goreng, pria asli Malang ini keliling di sekitar tengah Kota Malang, lalu mangkal di beberapa tempat seperti eks Malang Teater (sekarang BTN Kantor Cabang Malang) selama dua tahun dan di Jalan Brigjen Slamet Riyadi selama 22 tahun. Beliau memutuskan untuk membuat warung tetap di deretan kios makanan di Stasiun Malang pada tahun 2005 hingga 2015. Setelah tahun 2015, seiring proses pembangunan stasiun, beliau memindahkan lagi warungnya ke lokasi yang sekarang.

Menu Andalan
Menu utama warung ini sudah tentu nasi gorengnya. Pak Dji menuturkan, nasi goreng buatannya sudah berporsi jumbo sejak awal beliau berjualan. Beliau terinspirasi dari beberapa resto dan warung yang beliau datangi, di mana ada beberapa restoran yang menyajikan nasi goreng dengan porsi besar. 

Topping nasi goreng ini sama melimpah dengan nasi gorengnya. Topping berisi telur, suwiran ayam, sosis, dan bakso. Nasi goreng di warung ini dibanderol seharga Rp35.000 (porsi biasa) dan Rp35.000 (porsi jumbo). Perbedaan kedua porsi tersebut, jika porsi biasa cukup untuk 2-3 orang, sementara porsi jumbo cukup untuk 5-6 orang.

Foto: brisik.id/Rayhan Aulia Prakoso

Menu lainnya adalah bakmie goreng dan bakmie kuah. Menu ini juga memiliki porsi jumbo dengan harga sebesar Rp25.000 (porsi biasa) dan Rp35.000 (porsi jumbo). Menu-menu lain juga tersedia, seperti bihun goreng, bihun kuah, fuyunghai, cap jay, nasi ayam, dan lo mie. Kisaran harganya mulai dari Rp35.000 sampai Rp50.000. Lumayan murah, bukan?

Foto: brisik.id/Rayhan Aulia Prakoso

Soal rasa, tak perlu diragukan lagi karena hanya bahan-bahan pilihan yang dipakai di warung ini. Pak Dji sudah punya langganan tetap untuk berbelanja bahan di empat pasar, yaitu Pasar Kebalen, Pasar Besar, Pasar Klojen, dan Pasar Bunulrejo. Telur yang dipakai pun bukan sembarang telur. Hanya telur pilihan dari Pandaan, Pasuruan yang beliau pakai untuk topping nasi goreng. Demikian juga sayur-sayuran yang dipakai, didatangkan dari Batu.

Tak heran kalau kemudian nasi goreng buatan Pak Dji kerap dipesan dalam jumlah besar. Sebelum pandemi, pesanan akan membeludak dari sektor perkantoran saat malam pergantian tahun. Pelanggan yang datang ke warung bukan hanya warga sekitar dan wisatawan, namun juga banyak pegawai pemerintahan yang menjadi pelanggan tetap. Bahkan, kata Pak Dji, sewaktu masih berjualan di stasiun kerap didatangi sejumlah pejabat dari Jakarta yang bertandang ke Malang. Di antara pejabat yang dimaksud Pak Dji adalah menteri era Gus Dur, Agum Gumelar, dan menteri era Susilo Bambang Yudhoyono, Andi Mallarangeng.