Food & Travel 26 Februari 2021
Foto: brisik.id/Evio Tanti Nanita
Mojokerto, Jawa Timur tak hanya memiliki beragam cerita bersejarah di dalamnya. Pesona alam yang ada di kota ini juga tidak kalah menarik untuk diulik. Betapa tidak, di Dusun Nawangan, Tawangrejo, Kecamatan Jatirejo, Mojokerto rupanya memiliki destinasi unik dan eksotis. Namun, masih belum begitu ramai terjamah, yaitu Puncak Watu Jengger.
Disebut Watu Jengger karena membentuk hamparan bukit yang menyerupai jengger ayam raksasa. Konon keindahan Puncak Watu Jengger tak lepas dari cerita rakyat di dalamnya, yakni legenda Joko Mujung dan Sang Boklorobubuh. Dimana asal muasal bukit Watu Jengger ini berasal dari ayam yang berkokok dan di kutuk menjadi batu.
Foto: brisik.id/eviotantinanita
Puncak Watu Jengger merupakan gugusan pegunungan Anjasmoro. Letaknya berada di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soeryo dan dikelilingi hutan vegetasi yang sejuk dan asri. Ditambah lagi keindahan kabut putih di sekitar membuat pesonanya semakin mamukau. Selain itu, track pendakian yang tidak terlalu ekstrem sangat cocok untuk pendaki pemula. Wisata alam ini rupanya mulai ramai kembali dikalangan penduduk lokal, terutama di masa pandemi. Dimana akhir-akhir ini banyak diminati para penghobi gowes hingga offroad atau downhill.
Berada di kawasan Hutan Jatirejo, akses menuju Puncak Watu Jengger masih bisa dilalui roda dua maupun roda empat. Pertama melewati jalan Jatirejo - Wonosalam hingga menuju Desa Lebak. Dari Desa Lebak ini sekitar 6km menuju wisata Puncak Watu Jengger. Bagi yang masih asing dengan daerah ini, tidak perlu khawatir karena akan ada papan penunjuk di persimpangan Desa Lebak. Kemudian ikuti ke arah Desa Nawangan. Jalan di desa ini tidak cukup bagus karena aspalnya rusak dan hanya tinggal bebatuan di atasnya dengan kontur jalanan naik-turun.
Tak lama kemudian akan menjumpai papan penunjuk dan ikuti ke arah Watu Jengger. Jalanan di daerah hutan jati ini bagus dan beraspal sehingga lebih mudah untuk dilalui daripada jalanan sebelumnya. Setelah itu, tetibalah di suatu pedesaan. Di pertigaan depan musholla ada sebuah rumah warga dan warung-warung. Di sini para pengunjung bisa memarkir kendaraan sebelum melakukan perjalanan menuju pos basecamp perizinan.
Setelah berjalan sekitar 10 menit, sampailah di basecamp perizinan. Pengunjung harus menyiapkan KTP atau kartu identitas untuk diserahkan kepada petugas serta nomor handphone yang bisa dihubungi. Dan tak lupa membayar uang retribusi sebesar Rp11.000 per orang. Di sini sudah tersedia beberapa fasilitas seperti toilet dan musholla. Ada beberapa warung kecil yang menyediakan makanan ringan dan minuman untuk bekal pendakian. Karena di atas tidak ada sumber air maupun penjual makanan. Untuk jam operasional, pos ini buka setiap hari selama 24 jam.
Bagi pemula, membutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk sampai ke puncak. Namun, bagi yang sudah terbiasa naik gunung hanya perlu 1 sampai 1.5 jam saja. Jika ingin menikmati keindahan sunrise bisa memulai perjalanan sore hari. Dan mendirikan tenda di area kamping untuk melanjutkan pendakian pada esok harinya. Perlu diketahui, setiap pendaki yang turun dari puncak yang membawa sampah, petugas akan memberikan stiker sebagai bentuk penghargaan.
Para pendaki harus melewati tiga pos untuk bisa sampai ke atas puncak Watu Jengger.
Foto: brisik.id/eviotantinanita
Pos basecamp perizinan - Pos 1, estimasi 30 menit:
Jalanan menuju pos pertama pendakian tidak terlalu menanjak karena masih di dalam hutan tropis yang lebat dengan pepohonan tinggi dan rindang. Sinar matahari pun tak mampu menembus celah- celah pepohonan pinus dan pepohonan karet yang menjulang itu. Namun, pada bagian menuju pos pertama ini medan yang dilalui cukup menanjak. Tapi setelahnya para pendaki bisa beristirahat sejenak sambil rebahan di atas geladak- geladak bambu yang sudah disediakan di tiap pos pemberhentian.
Foto: brisik.id/eviotantinanita
Pos 1 - Pos 2, estimasi 20 menit:
Berbeda dengan pos pertama, jalur menuju pos dua mulai sedikit menanjak. Tak jauh berbeda dengan pos pertama, jalur yang dilalui masih di sekitar hutan tropis dengan pepohonan jati nan tinggi. Tidak perlu takut salah jalur karena dicsetiap persimpangan akan ada papan penunjuk.
Menariknya lagi, sembari menikmati perjalanan para pendaki juga dihibur dengan tulisan kreatif di atas papan-papan kayu tentang alam. Salah satunya, "Jagalah alammu, layaknya menjaga kekasihmu". Kreatif bukan!
Foto: brisik.id/eviotantinanita
Pos 2- Pos 3, estimasi 20 menit:
Sementara itu, menuju pos ketiga yang merupakan pos terakhir disuguhkan dengan tanaman vegetasi lebih rapat. Jalanan setapak juga lebih menanjak. Apalagi di sisi kanan dan kiri tampak curamnya tebing, jurang dan pegunungan yang sejuk dipandang mata.
Meskipun pemandangannya begitu indah dan menenangkan, tapi tetap harus waspada dan berhati- hati ketika hendak mengambil gambar. Karena jalanan setapak sedikit licin dan di sisi-sinya hanya dibatasi dengan pagar kawat. Sebagiannya lagi hanya dibatasi dengan tanaman vegetasi yang lebat.
Foto: Brisik.id/eviotantinanita
Pos 3 - Area kamping, estimasi 30 menit:
Trecking menuju area kamping ini juga semakin menanjak dengan kemiringan 60 derajat menuju puncak. Pada sisi jalan setapak tersedia pegangan memanjang yang disusun dari bambu. Karena jalanan yang dilalui sedikit licin. Tak hanya itu, di sini para pendaki disuguhi dengan pemandangan padang ilalang di sisi kanan dan kiri yang begitu indah. Tidak ada hutan tropis, sehingga terasa sinar matahari mulai menghangatkan tubuh dengan udara sejuk terpahan angin gunung.
Foto: brisik.id/eviotantinanita
Area kamping - puncak, estimasi 20-30 menit:
Area kamping berada di bukit Mujung dengan ketinggian 900 Mdpl, juga menjadi spot favorit para pendaki. Di sini, bisa menampung belasan tenda. Pada area ini, ditumbuhi sedikit pepohonan dan tumbuhan vegetasi yang rindang. Sehingga membuat tidak panas, cocok untuk berteduh dan kamping. Ditambah lagi, keindahan pegunungan dan padang ilalang di sisi-sinya. Tak hanya itu, hembusan angin gunung yang sejuk menambah kesyahduan sambil menikmati secangkir kopi dan bekal yang sudah dipersiapkan.
Berada pada puncak ketinggian 1.100 Mdpl. Rasa lelah para pendaki tentunya terbayar ketika melihat keindahan pemandangan di atas puncak. Hamparan bukit yang luas serta keindahan landscape tebing dan pegunungan nan hijau begitu memukau. Puncak Watu Jengger ini seringkali dijuluki puncak buntu. Dimana di puncak buntu atau bagian ujung dari puncak ini seringkali diselimuti oleh kabut tebal. Tak heran banyak wisatawan yang ingin mengabadikan momen di sini.
Foto: brisik.id/eviotantinanita
Adapun penginapan terdekat berada di Jalan Dukuh, Dukuh, Jatidukuh, Gondang, Mojokerto, yaitu Oyo 90043 Vila Avanda Syariah, 18 km, sekitar 30 menit ke wisata Puncak Watu Jengger. Dengan tarif Rp90.000-an per malam.
Tags : mojokerto jengger watu eksotis bukit wisata
Artikel ini ditulis oleh : Piok
Wisata gratis dengan fasilitas jogging track dan spot foto.
17 Apr 2021
Incaran bagi pencinta alam dan yang ingin hiking dengan ketinggian rata-rata.
16 Apr 2021
Voucher Rekomendasi
Berada di dalam hotel, tempat ini menyajikan AYCE yang cukup terjangkau dan pastinya lezat
19 Februari 2021
Padang hijau yang mirip dengan pemandangan di serial Teletubbies.
28 Februari 2021
Kue-kue disajikan dengan sangat menarik dan bercita rasa yang tak main-main.
04 April 2021
Branding ulang dengan mengubah nama Toko Kopi Seduh menjadi Kopi Tala.
16 April 2021
Lauknya sangat baeragam, dan tambahannya tidak pelit. Kamu dapat menambahkan lagi berbagai lauk lainnya. Puas pokoknya.
04 April 2021
Kebun rahasia yang sangat romantis cocok banget sebagai tempat berdua bersama pasangan.
17 April 2021
Harganya ditentukan berdasarkan motif dan kualitas, bukan tinggi atau kecilnya barang tersebut.
17 April 2021
Mata dibuat terpikat oleh hamparan bukit dan pegunungan yang mengelilingi cafe.
17 April 2021