Kab.
Klungkung merupakan kabupaten terkecil di Provinsi Bali yang beribu kota di Semarapura. Di sana ada sebuah museum yang berdiri megah di pusat kota yang menarik untuk ditelisik.
Selain menyimpan banyak benda memorial mengenai kehidupan masa lampau, museum ini juga memiliki taman cantik dengan arsitektur Bali yang tentunya juga menarik untuk diabadikan dalam jepretan kamera.
Foto: Brisik.id/Yulia FaniSaksi Bisu Kerajaan Klungkung
Museum Semarajaya atau yang populer dengan nama Bale Kerta Gosa adalah bagian dari Kerajaan Klungkung. Ini adalah tempat para petinggi kerajaan berdiskusi tentang kemakmuran rakyat Klungkung dan juga sebagai balai pengadilan adat dan agama pada zamannya.
Di dalam Museum Semarajaya menyimpan banyak cerita sejarah, tentang perang Puputan Klungkung
yang bercerita tentang masyarakat Klungkung bersama-sama dengan Raja Klungkung berperang
melawan Belanda yang juga menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan Klungkung di tahun 1908.
Banyak korban berjatuhan yang di abadikan melalui lukisan yang terpajang megah di dalam museum, bahkan
Raja Klungkung Ida I Dewa Agung Gede Jambe, putra mahkota Ida I Dewa Agung Gede Agung Putra dan
beberapa tokoh penting Kerajaan turut gugur dalam perang.
Di bagian pintu masuk museum berdiri dengan gagahnya patung pahlawan wanita yang berasal dari Klungkung yaitu Ida I Dewa Agung Istri Kanya (Raja Klungkung Abad-19). Beliau sepatutnya masuk dalam daftar pahlawan nasional, wanita tangguh dan sakti ini ikut berperang dan gugur dalam medan pertempuran melawan penjajah, akan tetapi karena kurangnya dokumentasi otentik tentang Beliau sehingga belum lolos didaftarkan sebagai pahlawan nasional.
Foto: Brisik.id/Yulia Fani
Ruangan Peninggalan BersejarahBangunannya memiliki arsitektur Belanda klasik serta variasi tradisional ukiran Bali. Sebelum menjadi museum, bangunan megah ini adalah sekolah bentukan Belanda dengan nama HIS Sila Dharma.
Museum ini terdiri dari empat ruangan. Ruangan pertama yaitu ruang prasejarah, menyimpan koleksi benda-benda purbakala yang ditemukan di Bali seperti kapak batu, lesung kuno, batu untuk alat memahat, gentong kuno.
Foto: Brisik.id/Yulia FaniRuangan kedua adalah ruangan sejarah yang menyimpan koleksi benda-benda sejarah peninggalan Kerajaan Klungkung dan Perang Puputan Klungkung.
Terdapat foto-foto dokumentasi silsilah keturunan raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Klungkung, sarana upacara adat kerajaan, meja kursi kerajaan.
Ruangan ketiga menyimpan koleksi peralatan tradisional seperti alat berdoa umat Hindu, beberapa koleksi kain songket khas Nusa Penida, alat tenun tradisional, alat pembajak sawah dan yang lainnya.
Ruangan keempat adalah ruangan kesenian yang menyimpan koleksi bermacam-macam lukisan dan ukiran.
Terdapat satu ruangan yang didedikasikan untuk seniman Italia, Emilio Ambron. Ia adalah pelukis dan pemahat yang beberapa waktu tinggal di Bali yang kemudian memiliki rasa cinta pada Bali. Hasil karya Emilio Ambron, masih terpajang dengan indah di dalam Museum Semarajaya.
Foto: Brisik.id/Yulia FaniSementara di bagian pintu masuk museum berdiri dengan gagahnya patung pahlawan wanita yang berasal dari Klungkung yaitu Ida I Dewa Agung Istri Kanya (Raja Klungkung Abad-19).
Foto: Brisik.id/Yulia Fani
Jam Operasional, Akomodasi dan Rute
Museum Semarajaya buka setiap hari dari jam 8 pagi - 5 sore, dengan tiket masuk Rp15.000 dewasa dan Rp10.000 untuk anak-anak.
Karena letaknya berada di pusat Kota Semarapura, Teman Brisik dapat menemukan banyak sekali restoran atau warung makan di sekitar museum. Bila ingin membawa pulang oleh-oleh khas Klungkung, tinggal menyeberang jalan terdapat pasar tradisional yang menjual ragam khas daerah Klungkung baik kerajinan tangan maupun kain songket.
Untuk penginapan terdekat bisa ke Kali Unda Cottage yang berada di Jl. Gunung Merapi Kangin Kusa, Semarapura dengan rate rata-rata Rp 350.000 – 400.000.
Jarak tempuh dari pusat kota Ubud kurang lebih 30 km, dengan waktu perjalanan sekitar 45 menit dengan rute Jl. Raya Mas Ubud – Jl. Raya Sakah – Jl. Raya Sukowati – Jl. Bypass Ida Bagus Mantra – Jl. Raya Takmung – Jl. Raya Batu Tabih hingga sampai di Taman Kertha Gosa.