Menilik Kampung Sepatu Mojokerto

Jika di Jawa Barat ada Cibaduyut yang terkenal dengan pusat industri sepatunya, maka Jawa Timur juga memiliki Kota Mojokerto sebagai daerah produsen sepatu. Sepatu menjadi produk unggulan dari Kota Mojokerto. Komoditi industri sepatu pun turut andil dalam menyumbang pendapatan daerah dan tumpuan ekonomi sebagian warga Mojokerto. Industri sepatu ini sejatinya sudah berdiri sejak puluhan tahun yang lalu. Sampai saat ini industri sepatu masih menjadi salah satu komiditi andalan Mojokerto.

Kota seluas 16,46 km2 ini mempunyai puluhan home industry yang menyebar di beberapa kelurahan. Kelurahan yang menjadi sentra produksi sepatu di Kota Mojokerto adalah Surodinawan, Miji, Blooto dan Prajuritkulon. Banyaknya home industri sepatu, maka tidak heran Kota Mojokerto dikenal sebagai daerah Kampung Sepatu.

Foto: infopublik.id/Syaiful Arif

Produksi sepatu di Kota Mojokerto memang digerakkan oleh industri rumahan sekelas UMKM. Walaupun merupakan produk UMKM, kualitasnya tidak usah diragukan lagi. Sepatu bikinan perajin Mojokerto ini tidak hanya didistribusikan di Jawa Timur saja, namun telah merambah hingga pasar nasional. Biasanya sepatu dikirim ke seluruh Jawa Timur, Solo, Yogyakarta dan Kudus. Sementara untuk daerah luar Jawa, produk seringkali dikirim ke Bengkulu dan Mataram NTT.

Model dan desain yang dihasilkan dari tangan kreatif warga Mojokerto ini bervariasi. Mereka memproduksi mulai dari sepatu anak-anak, remaja hingga dewasa. Bukan hanya sepatu formal seperti pantofel saja yang diproduksi. Aneka desain sepatu lainnya juga tidak kalah bagus. Sepatu yang bergaya casual pun tidak luput dikerjakan oleh perajin kampung sepatu Mojokerto. Mereka juga mengikuti selera pasar yang kini sedang trend.

Melihat desain serta kualitasnya, beberapa diantara merek ternama di Indonesia mulai melirik home industri kampung sepatu Mojokerto. Tidak sedikit dari perajin yang menjalin kerja sama dengan pabrik sepatu bermerek. Bentuk kerja sama ini adalah para perajin memasok sepatu kepada pabrik. Kondisi ini membuat home industri sepatu kian berkembang.

Foto: sindonews.com/Ali Masduki

Produk sepatu Mojokerto terbuat dari kulit sintetis. Akan tetapi ada pula beberapa rumah industri yang memproduksi sepatu dari kulit asli. PVC menjadi bahan utama yang paling digunakan perajin untuk membuat sepatu kulit sintetis, selain lem dan benang. Bahan PVC lebih dipilih karena bahan relatif murah, awet dan memiliki tekstur yang mengkilat.

Para perajin sepatu sangat bergantung dengan ketersedian dan harga dari bahan-bahan tersebut. Oleh karena itu tidak jarang di dekat home industri sepatu dijumpai toko yang menjual bahan-bahan untuk produksi. Di saat harga bahan sepatu tengah naik, di saat itulah para perajin harus pintar memutar otak agar usahanya tetap berjalan.

Foto: brisik.id/Fajri Kurnia

Rata-rata home industri ini dapat menghasilkan 5-20 kodi dalam sehari. Produksi sepatu bisa lebih dari angka tersebut bila permintaan sedang tinggi. Terutama menjelang lebaran, masuk sekolah, natal dan tahun baru, biasanya pesanan sepatu akan semakin ramai.

Namun dari beberapa perajin mengatakan bahwa tiga tahun terakhir ini permintaan tidak seramai dulu. Terlebih lagi tidak dapat dipungkiri bahwa di masa pandemi covid-19, omzet penjualan para perajin sepatu di Kota Mojokerto mengalami penurunan drastis. Pasar sedang lesu serta bahan baku juga tersendat. Pasokan bahan baku seperti kulit sintetis dan lem didapatkan dari Cina, sehingga ketika pandemi melanda secara otomatis bahan baku menjadi cukup sulit ditemukan. Seperti yang kita lihat, kini home industri sepatu Mojokerto tengah bertahan dan berjibaku menghadapi badai pandemi.