Budaya & Gaya Hidup 19 November 2021
Foto: Google.Maps/Nova Ariyanto
Kota Semarang adalah salah satu kota yang memiliki segudang sejarah yang mengikuti proses berdirinya. Akibatnya, banyak sekali budaya yang ada di Kota Semarang merupakan hasil gabungan antara berbagai jenis etnis, dan agama. Kota Semarang memiliki berbagai jenis etnis dan agama yang menjadi warga asli Kota Semarang sejak awal berdirinya. Oleh karena ini, Kota Semarang memiliki berbagai jenis simbol khas sebagai wujud kerukunan dari keberagaman ini, salah satunya adalah warak ngendog.
Warak ngendog adalah hewan mitologi yang menjadi salah satu simbol khas Kota Semarang. Hewan ini digadang-gadang disebut sebagai simbol perwujudan kerukunan 3 etnis utama yaitu Arab, China, dan Jawa yang mendiami Kota Semarang. Hal ini bisa dilihat dari wujud warak ngendog yang memiliki bentuk badan menyerupai unta yang merupakan hewan asli dari Arab, kepala menyerupai naga di mana naga adalah hewan mitologi khas yang berasal dari China, serta kaki yang menyerupai kaki kambing yang merupakan hewan khas Jawa.
Asal Usul
Asal usul nama warak ngendog memiliki perbedaan versi, ada yang menyebut kata "warak" berasal dari bahasa Jawa yang berarti badak, ada juga yang menyebut kata warak berasal dari bahasa Arab "wara’a" yang berarti suci, menjaga diri dari perbuatan yang tercela dan hawa nafsu. Sedangkan untuk kata ngendog berasal dari bahasa Jawa yang berarti bertelur atau pahala. Jika disambungkan, warak ngendog memiliki filosofi arti sebagai pahala atau imbalan yang diperoleh setelah melakukan dan menjalani proses atau perbuatan yang suci serta menghindari perbuatan tercela dan melawan hawa nafsu.
foto: republika.id
Warak ngendog disebut-sebut sudah ada sejak kota Semarang dipimpin oleh pendiri kota Semarang Ki Ageng Pandan Arang atau lebih sering dikenal dengan Raden Pandanaran yang merupakan seorang putra dari Pangeran Suryo Panembahan Sabrang Lor, sultan kedua di kerajaan Demak.
Menyambut Ramadhan
Warak ngendog biasanya diidentikkan dengan festival perayaan dugderan. Perayaan dugderan adalah perayaan yang diselenggarakan setahun sekali oleh pemerintah Kota Semarang sebagai wujud menyambut datangnya bulan Ramadhan. Untuk waktu pelaksanaannya, biasanya berlangsung selama 7 hari sebelum bulan Ramadhan. Perayaan dugderan sendiri berupa pasar rakyat yang berisi beraneka wahana permainan dan aneka pedagang menyerupai pasar malam pada umumnya.
foto: instagram.com/@eventsclick
Untuk tempat pelaksanaannya, perayaan dugderan berlangsung di Pasar Johar dan sekitarnya dan menutup serta mengalihkan seluruh akses jalan yang melaluinya khusus untuk pelaksanaan perayaan dugderan. Pasar rakyat saat berlangsungnya perayaan dugderan juga hanya buka mulai sore hingga malam hari, dan tutup saat pagi dan siang hari. Konon, tradisi dugderan digelar pertama kali oleh Bupati R.M. Tumenggung Ario Purbaningrat pada tahun 1882 dan masih berada pada masa penjajahan Belanda.
Pada awalnya warak ngendog hanyalah berupa mainan yang sering dijual dan ditemukan saat perayaan dugderan digelar, namun lambat laun warak ngendog berubah menjadi simbol khas Kota Semarang. Warak ngendog akan muncul sebagai maskot dengan ukuran besar yang diarak keliling kota Semarang saat puncak acara perayaan dugderan pada hari terakhir gelaran perayaan, yakni sehari sebelum bulan suci Ramadhan. Selain mengarak warak ngendog, pada acara puncak ini juga diadakan kirab iring-iringan drum band, meriam, pasukan pembawa bendera merah putih, warga memakai pakaian adat, serta pertunjukan aneka kesenian khas kota Semarang lainnya.
Saat ini, sudah didirikan monumen warak ngendog yang berdiri dengan megah di salah taman di Kota Semarang, tepatnya di taman Pandanaran yang berlokasi di depan kampus UNISBANK, pertigaan antara jalan Pandanaran, M. H. Thamrin, Tri Lomba Juang, Mugassari, Semarang Selatan, Kota Semarang.
Tags : jawa tengah tradisi wisata warag ngendog semarang budaya brisik
Artikel ini ditulis oleh :
Ranking Level
Badge | Name | Keterangan |
---|---|---|
Bronze 1 | 1-14 artikel | |
Bronze 2 | 15-30 artikel | |
Bronze 3 | 31-45 artikel | |
Bronze 4 | 45-60 artikel | |
Bronze 5 | 61-75 artikel | |
Silver 1 | 76-125 artikel | |
Silver 2 | 126-175 artikel | |
Silver 3 | 176-225 artikel | |
Silver 4 | 226-275 artikel | |
Silver 5 | 276-325 artikel | |
Gold 1 | 326-400 artikel | |
Gold 2 | 401-475 artikel | |
Gold 3 | 476-550 artikel | |
Gold 4 | 551-625 artikel | |
Gold 5 | 626-700 artikel | |
Platinum 1 | 701-800 artikel | |
Platinum 2 | 801-900 artikel | |
Platinum 3 | 901-1000 artikel | |
Platinum 4 | 1001-1100 artikel | |
Platinum 5 | 1101-1200 artikel | |
Diamond 1 | 1201-1350 artikel | |
Diamond 2 | 1351-1500 artikel | |
Diamond 3 | 1501-1650 artikel | |
Diamond 4 | 1651-1800 artikel | |
Diamond 5 | > 1800 |
Semarang {[{followers}]} Followers
Tempatnya tampak gersang namun pemandangannya eksotis.
28 Nov 2021
Bergulat untuk mempererat silaturahmi.
28 Nov 2021
Tidur nyaman, dengan prokes dan fasilitas lengkap.
28 Nov 2021
Merasakan nikmatnya kopi dalam suasana kafe yang homey.
08 Juli 2021
Buat yang rindu menikmati suasana Semarang tempo dulu.
15 Mei 2021
Jajanan tradisional ini berwarna hitam pekat yang sekaligus merupakan variasi dari kue lapis .
08 September 2021
Tari ini merupakan adaptasi dari Ikan bandrong yang memiliki gerakan-gerakan yang, gesit, tangkas, dan berbahaya sehingga dapat memusnahkan dan membinasakan musuhnya.
18 Agustus 2021
Menikmati mie dari kedai yang terkenal di Singkawang.
23 November 2021
Tempatnya tampak gersang namun pemandangannya eksotis.
28 November 2021
Bergulat untuk mempererat silaturahmi.
28 November 2021
Sajian donut lezat dikemas dalam wadah cup cantik.
28 November 2021
Tempat bermain hewan peliharaan yang lengkap.
28 November 2021
Tidur nyaman, dengan prokes dan fasilitas lengkap.
28 November 2021