Food & Travel 14 April 2021
Foto: Brisik.id/Maulinia
Tan Ek Tjoan dan Phoa Lin memulai usaha roti di daerah pecinan Suryakencana, Bogor pada tahun 1921. Phoa Lin adalah ibu rumah tangga yang jago membuat roti sementara Tan Ek Tjoan jago berdagang.
Awalnya, pasangan suami istri ini membuat hanya satu jenis roti yaitu roti gambang. Inspirasi namanya berasal dari bilah-bilah alat musik kesenian Betawi yaitu gambang kromong. Adapun resepnya adalah modifikasi dari ontbijtkoek. Roti rempah khas Belanda yang umumnya dimakan sebagai sarapan pagi warga Eropa pada masa itu.
Foto : Brisik.id/Maulinia
Roti ini terasa manis di mana rasa manisnya berasal dari gula aren. Memiliki aroma khas yang kuat dari kayu manis. Dengan tekstur padat yang keras membuat kita merasa kenyang saat menyantap.
Paduan rempah dan gula membuat gambang terasa legit. Apalagi jika disantap bersama teh di pagi hari. Nikmat luar biasa.
Adapun seratus tahun yang lalu, masyarakat Belanda di Batavia (kini Jakarta) dan Buitenzorg (kini Bogor) gemar membeli roti yang dijual oleh Tan Ek Tjoan. Sebagai sebuah budaya Eropa yang kental di tanah kolonial.
Tan Ek Tjoan meninggal dunia pada 1950 dan istrinya meneruskan bisnis roti dengan nama suaminya tersebut. Usaha semakin maju dan pada tahun 1953 Phoa Lin melebarkan usaha ke Cikini. Sebuah kawasan elite di Jakarta yang dihuni banyak orang Belanda.
Phoa Lin meninggal dunia pada 1958. Bisnis roti ini diteruskan oleh kedua anaknya.
Foto : Brisik.id/Maulinia
Bisnis terus berkembang dan Tan Ek Tjoan pada masa tersebut menjadi langganan ekspatriat dari berbagai daerah karena ini adalah satu-satunya toko yang menggunakan tepung impor untuk membuat roti. Generasi kedua Tan Ek Tjoan melakukan terobosan dengan menjajakan roti secara berkeliling sehingga memperoleh pelanggan yang lebih banyak lagi dari kalangan Bumiputera.
Toko ini kemudian membuat variasi produk baru yaitu roti bim bam yang bertekstur lembut untuk menjawab kebutuhan pasar. Tan Ek Tjoan juga membuat roti tawar dan roti buaya isi coklat yang unik. Serta roti buaya tawar yang sering disajikan dalam pesta-pesta Betawi.
Toko di Cikini kini telah tutup. Toko tersebut pindah ke daerah Ciputat serta BSD pada tahun 2015. Sementara toko di Bogor tetap beroperasi dan menjadi produsen roti tertua di daerah Jabodetabek.
Adapun roti Tan Ek Tjoan hingga saat ini masih dijual keliling menggunakan gerobak sepeda di daerah Depok, Bogor, Jakarta, dan Serpong. Menyapa banyak keluarga setiap hari.
Foto : Brisik.id/Maulinia
Tan Ek Tjoan adalah sebuah warisan kuliner dan budaya yang berharga. Dari roti ini kita bisa tahu gaya hidup orang-orang Eropa di Indonesia 100 tahun yang lalu. Saat mereka bersantap di taman-taman terbuka sambil mengurus perkebunan tropis. Serta bagaimana orang-orang Indonesia mulai mengenal roti dan menjadikan olahan gandum ini sebagai bagian dari keseharian mereka.
Ada sejarah panjang dalam secuil roti. Ada ingatan dan kenangan mendalam di hati mereka-mereka yang telah mencicipi. Saat mereka berbagi bersama handai tolan, membawa bekal ke sekolah, pengganjal lapar saat berwisata, atau sarapan di rumah tercinta. Bahkan ingatan mengenai roti buaya saat di sebuah pesta pernikahan.
Beberapa kerap membeli roti ini untuk mengenang masa lalu. Ketika mereka kecil dibelikan roti ini oleh orang tuanya kemudian kini mereka telah dewasa dan membelikan roti ini untuk orang tua mereka.
Karena rasanya yang autentik dan tetap sama sejak zaman kolonial. Bung Hatta juga pernah mencicipi roti ini dan sangat menyukainya.
Saat ini menu Tan Ek Tjoan lebih bervariasi. Ada roti manis rasa nanas, coklat, keju mentega, kelapa, pisang coklat, dan lainnya dengan harga Rp7.000 hingga Rp10.000. Ada juga roti asin isi abon, daging, dan sosis. Tersedia roti tawar, roti sobek, gambang, gambang keju, rudal, bim bam, tawar jadoel istimewa, dan buaya dengan harga Rp10.000 hingga Rp20.000.
Foto : Brisik.id/Maulinia
Tan Ek Tjoan Bogor kini berada di Jalan Siliwangi No. 176, Sukasari, Lawanggintung, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat. Mudah diakses oleh kendaraan pribadi dan umum. Menyediakan lapangan parkir yang luas.
Buka setiap hari pukul 07:00 pagi hingga 21:00 malam. Dapat dibawa pulang maupun makan di tempat.
Masuk ke dalam toko, kita akan menemukan ruang makan yang cukup lengang. Tan Ek Tjoan Bogor berbagi tempat dengan Rumah Makan d’Bakoel yang menyediakan aneka menu Nusantara dan kuliner khas Bogor. Sehingga selain berburu roti "jadoel" maka makan-makan di tempat ini juga menyenangkan.
Tan Ek Tjoan Bogor juga menjual menu kudapan seperti kroket daging, bacang, donat, kue pia dan lainnya. Ada aneka sirup dan olahan kopi racikan Tan Ek Tjoan.
Teman Brisik bisa mencicipi tersedia es krim aneka rasa seperti vanila, rum, coklat, stroberi, vanila, green tea, dan lainnya. Harga es krim mulai dari Rp20.000 per cup.
Tags : brisik.id bogor tanektjoan roti legenda
Artikel ini ditulis oleh : Maulinia
Serasa seperti orang bangsa Mongol atau Indian.
07 Mei 2021
Voucher Rekomendasi
Kafenya berada di lantai 2 memiliki pemandangan view kota
23 Januari 2021
Kopi jenis arabika ini lahir di Desa Jambu, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Indonesia.
26 April 2021
Mencicipi salah satu warung sate yang menjadi primadona warga Jember.
30 April 2021
Keindahan Puncak Watu Jengger tak lepas dari legenda Joko Mujung dan Sang Boklorobubuh.
26 Februari 2021
Berbagai rasa souffle pancake harganya Rp28.000 saja.
10 April 2021
Pasar takjil yang lengkap dan bisa lanjut beribadah sesudah berbuka.
07 Mei 2021
Mencicipi mie tradisional dengan resep turun temurun di Cirebon.
07 Mei 2021
Serasa seperti orang bangsa Mongol atau Indian.
07 Mei 2021
Ngopi sambil di temanin iringan lagu dari para bang-band ini bisa banget di Kedai ini.
07 Mei 2021
Di sini merupakan tempat bersejarah dengan bangunan tua sebagai latarnya.
07 Mei 2021