Sejarah kerajaan di Indonesia sangat beragam dan juga memiliki keunikan masing-masing. Tiap pulau memiliki budaya dan kerajaan yang sangat berbeda dan menarik untuk ditelusuri. Salah satunya adalah keraton. Keraton merupakan sebutan untuk istana tempat seorang raja atau ratu memerintah, yang berasal dari kata "keratuan" dengan dasar kata "ratu" yang memiliki arti penguasa.
Kali ini Brisik.id berkunjung ke salah satu keraton tertua di pulau Jawa, tepatnya berada di Cirebon. Keraton ini bernama Keraton Kasepuhan Cirebon dan merupakan salah satu bangunan yang sarat dengan sejarah kerajaan Indonesia, perkembangan agama Islam di Indonesia, dan tentunya mengandung banyak makna di tiap arsitekturnya.
Keraton Kasepuhan Cirebon terdiri atas Dalem Agung Pakungwati yang didirikan pada tahun 1430 oleh Pangeran Cakrabuana dan Kompleks Keraton Pakungwati yang didirikan oleh Pangeran Mas Zainul Arifin pada tahun 1529 M dan sekarang dinamai Keraton Kasepuhan. Nama Pakungwati asalnya adalah dari Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati. Hal tersebutlah yang menjadikan Keraton Kasepuhan memiliki sejarah perkembangan Islam di pulau Jawa terutama di Cirebon, membuatnya menjadi sebuah melting pot dari berbagai budaya dan agama.
Ketika memasuki kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon kita akan disambut oleh area Siti Inggil. Siti Inggil merupakan bangunan yang memiliki sebutan
lemah duwur yang berarti tanah tinggi. Hal ini dikarenakan bangunan tersebut dari batu bata dan dibangun dengan sangat tinggi, mirip seperti candi.
Sementara di area utama Keraton Kasepuhan terdapat bangunan induk yang memiliki beberapa ruangan dengan fungsi berbeda seperti Jinem Pangrawit sebagai tempat Sultan menerima tamu, kemudian Bangsal Pringgandani tempat menghadap para abdi dan sidang masyarakat, Bangsal Pagelaran tempat dilangsungkannya pertunjukkan seni dan budaya, kemudian Bangsal Agung Panembahan dan Kaputran/Kaputren yang merupakan tempat tinggal Sultan serta masing-masing putra dan putri Sultan di bangunan yang terpisah.
Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon
Foto : Brisik.idSaat ini Keraton Kasepuhan merupakan objek vital yang keberadaannya dilindungi oleh negara karena merupakan aset penting bukan hanya bagi Kesultanan Cirebon maupun warga Kota Cirebon, namun juga rakyat Indonesia karena nilai sejarahnya yang sangat tinggi. Meski begitu bukan berarti Keraton Kasepuhan hanya menjadi objek kuno yang termakan usia, karena kini telah dibangun pusat informasi berupa museum di dalam Keraton Kasepuhan yang modern dan juga canggih.
Teman Brisik wajib mengunjungi Keraton Kasepuhan ketika berkunjung ke Cirebon karena museum tersebut bisa dikatakan sangat bagus sebagai sarana edukasi sejarah dan juga memiliki fitur terkini seperti scan QR untuk mendapatkan informasi lengkap seputar barang atau peninggalan bersejarah yang ada di dalamnya. Aplikasi GWIDO merupakan inovasi digital yang digunakan di Kasultanan Kasepuhan Cirebon dengan teknologi Augmented Reality. Tidak hanya itu terdapat fitur bilingual bagi wisatawan mancanegara dan juga update informasi serta event yang akan dan sedang berlangsung. Objek di dalam kompleks Keraton yang memiliki tanda QR dapat Teman Brisik scan melalui smartphone untuk melihat detail 3D dan juga informasi terkait objek tersebut.
Di museum Keraton Kasepuhan ini juga disediakan pemandu yang nantinya akan menjelaskan sejarah Keraton dan juga tiap aspeknya seperti bangunan, adat, dan juga peninggalannya. Pemandu di sana kebanyakan sudah lumayan berumur namun sangat bersemangat dalam memandu dan menjelaskan dengan detail mengenai Keraton Kasepuhan. Teman Brisik nantinya diminta untuk memberikan uang sukarela pada para pemandu tersebut dengan besaran yang bisa kalian tentukan sendiri.
Terdapat Kereta Kencana yang Digunakan Sunan Gunung JatiFoto : Brisik.idDi Museum Keraton Kasepuhan ini terdapat banyak pusaka dan juga benda bersejarah peninggalan zaman Keraton Kesultanan Cirebon sejak awal didirikan. Benda pusaka seperti senjata, alat pertanian, permata dan perhiasan, keramik, wayang, dan yang paling megah adalah kereta kencana Singabarong bisa Teman Brisik lihat dan pelajari di sini. Keunikan dari kereta Singabarong ini adalah memiliki suspensi dan juga mekanisme power steering yang terhitung canggih pada zamannya.
Selain itu hiasan naga pada bagian depan kereta Singabarong juga memiliki artikulasi yang dapat bergerak seiring dengan berjalannya kereta kencana tersebut. Tidak hanya itu naga tersebut memiliki makna akulturasi budaya dan agama yang terjadi di Cirebon. Kepala naga tersebut tersambung dengan belalai gajah, dan sayap burung. Naga memiliki simbol dari bangsa Tionghoa, kemudian belalai gajah adalah simbol yang berhubungan dengan bangsa India yang beragama Hindu, dan yang terakhir sayap burung yang melambangkan
buraq, binatang mitologi khas Timur Tengah dan erat dengan sejarah hubungan Keraton Cirebon dengan negara Mesir pada zaman dahulu.
Kereta kencana Singabarong juga memiliki keunikan lain yaitu tidak ditarik menggunakan kuda, namun menggunakan 4 ekor kerbau bule. Kereta ini dulunya digunakan dalam arak-arakan mengelilingi Kota Raja yang luasnya 50 hektar.
Kompleks luar dari Keraton Kasepuhan kini sudah dibenahi agar dapat menjadi pusat berkumpulnya masyarakat Cirebon dan juga wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Dengan modernisasi kompleks Keraton Kasepuhan dan juga adanya museum ini diharapkan pelestarian Keraton Kasepuhan Cirebon dapat terjaga dan sejarahnya bisa terus disampaikan ke anak cucu kita kelak.
Foto : Brisik.idDi museum ini juga terdapat lukisan dari Sri Baduga Maharaja atau yang terkenal dengan nama Prabu Silliwangi yang dilukis dengan menggunakan teknik yang unik, sehingga ketika Teman Brisik melihat dari sudut tertentu dan berjalan ke arah tertentu maka mata Prabu Siliwangi dari lukisan ini akan tampak seperti melihat dan mengikuti pergerakan kalian loh. Sang pelukis mendapatkan wangsit lewat mimpi dan kemudian melukis lukisan tersebut sesuai dengan apa yang dia disampaikan lewat mimpinya. Banyak wisatawan yang kurang berhasil memotret lukisan tersebut, entah gelap, blur, dan lainnya. Prabu Siliwangi sendiri adalah ayah dari Pangeran Cakrabuana yang mendirikan Kasultanan Cirebon.
Foto : Brisik.idDi sini juga terdapat seperangkat gamelan yang memiliki nama Gamelan Denggung, yaitu gamelan yang digunakan oleh Sunan Gunung Jati ketika berdoa meminta hujan ketika kemarau panjang melanda Cirebon. Para penabuh gamelan diharuskan untuk berpuasa dan salat istikharah terlebih dahulu. Gamelan ini merupakan media dalam memanjatkan doa dan digunakan dalam ritual keagamaan. Meminta hujan menjadi ritual penting karena Cirebon adalah kota agraris. Sayangnya gamelan ini sudah berumur lebih dari 500 tahun dan sudah tidak bisa dimainkan lagi.
Selain itu juga terdapat topeng-topeng yang biasa digunakan dalam Tari Topeng Cirebon. Tari Topeng Cirebon merupakan kesenian asli daerah Cirebon yang sering dipertunjukkan di wilayah Kesultanan Cirebon. Lingkup daerah dari tari topeng ini meliputi Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka, Losari, dan Brebes. Penggunaan topeng kala menari memberikan nama bagi kesenian ini, dan penarinya disebut dalang karena tiap topeng memiliki karakter berbeda dan si penari bertugas menceritakan masing-masing peran dari topeng tersebut melalui tarian. Tari topeng diiringi musik dari gamelan dan biasa diadakan di acara adat tahunan, hajatan, dan syukuran di keraton dan juga di kalangan masyarakat.
Tidak hanya itu, tersedia paket wisata di Keraton Kasepuhan di mana Teman Brisik bisa silaturahmi dengan Sultan Cirebon dalam acara perjamuan dan kesenian yang diadakan oleh pihak pengelola Keraton Kasepuhan. Teman Brisik akan disuguhkan makanan khas Cirebon sambil menikmati pertunjukkan seni Cirebon bersama dengan Sultan Cirebon, yang sudah termasuk biaya pemandu ketika melihat isi Keraton Kasepuhan. Paket wisata ini memerlukan kuota tertentu dan harus dipesan paling lambat 15 hari sebelumnya, tidak berlaku hari Kamis dan Jumat serta pada bulan Ramadhan.
Event adat dan tradisi tahunan yang diadakan di Keraton juga bisa dinikmati sesuai dengan jadwal tahunannya seperti Grebeg Sawal, Upacara Panjang Jimat, Siraman Panjang Jimat, dan Grebeg Maulid Nabi. Pastikan Teman Brisik mengecek jadwal acara tahunan ini melalui website resmi Keraton Kasepuhan yaitu www.kasepuhan.com.
Museum Keraton Kasepuhan buka setiap hari mulai pukul 08:00 sampai 18:00 WIB. Khusus untuk satu ruangan dalam museum yaitu ruang pusaka Kanjeng Sunan Gunung Jati hanya dibuka saat hari Minggu, pukul 09.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. Untuk harga tiket masuk Keraton Rp15.000 dan tiket masuk museum Rp10.000, namun jika Teman Brisik ingin mengunjungi keduanya maka disediakan harga paket sebesar Rp20.000 saja. Tentunya lebih lengkap jika kalian mengambil tiket terusan karena daya tarik utama dari Keraton Kasepuhan ini ada di museumnya.