Lifestyle 01 Mei 2021
Foto: instagram.com/elyzasaragih
Indonesia begitu memesona dengan segala keanekaragaman budayanya yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Di antara keanekaragaman budayanya tersebut tidak hanya menawarkan keindahan semata, melainkan juga mengajarkan nilai-nilai positif dalam kehidupan bermasyarakat. Nah, kali ini Teman Brisik akan dibawa menyelami salah satu budaya ternama di Provinsi Riau, yaitu Balimau Kasai.
Foto : instagram.com/bokan_milanello
Balimau Kasai merupakan sebuah tradisi turun temurun bernuansa Islami yang diselenggarakan oleh masyarakat Kampar tepatnya di daerah Desa Batu Belah sehari menjelang Bulan Ramadhan. Inti dari tradisi Balimau Kasai ini adalah mandi bersama-sama di sungai menggunakan limau atau jeruk dan wangi-wangian. Pada hari yang telah ditentukan tersebut berkumpullah para warga, tua-muda turun ke sungai, anak-anak dengan orang tua, sanak saudara, juga para tetangga sekampung untuk menghadiri acara Balimau Kasai. Tidak hanya itu, pada serangkaian acara Balimau Kasai diselenggarakan pula Pawai Sampan Hias yang sengaja diperlihatkan kepada masyarakat dari hulu hingga ke hilir sungai. Biasanya warga akan berlomba-lomba menghias sampan mereka seindah mungkin sesuai kreativitas masing-masing.
Bagi masyarakat Kampar, Balimau Kasai mempunyai makna tersendiri yang mendalam yakni bersuci sehari sebelum Ramadhan tiba. Bersuci yang dimaksud adalah kebersihan yang tidak hanya pada raga namun juga pada hati manusia dalam rangka mempersiapkan diri untuk menunaikan ibadah puasa selama Ramadhan. Balimau artinya membasuh diri dengan ramuan rebusan limau purut atau limau nipis. Sedangkan kasai bermakna lulur dalam Bahasa Melayu adalah bahan alami seperti beras, kunyit, daun pandan, atau bunga-bungaan yang membuat wangi tubuh. Mandi bersama-sama di sungai yang dimaksudkan tersebut tentunya harus memperhatikan aturan-aturan yang telah ditetapkan, seperti harus adanya batasan-batasan antara laki-laki dan perempuan tidak boleh bercampur baur, juga busana yang dikenakan harus sopan dan menutup karena akan terlihat oleh khalayak ramai.
Mengapa kegiatan ini mesti diselenggarakan di sungai? Sebab pada dahulunya, para pendahulu kita banyak melakukan aktivitas di sungai. Mereka mandi, mencuci, mencari ikan dan lain-lainnya di sungai. Di sinilah mereka bertemu dan saling bertegur sapa antar warga yang satu dengan yang lainnya. Kebanyakan masyarakat menganggap Balimau Kasai adalah tradisi yang harus selalu dilaksanakan, dijaga dan dilestarikan. Selain ajang untuk penyucian diri, Balimau Kasai juga dijadikan sebagai sarana untuk memperkuat rasa persaudaraan dengan saling mengunjungi kerabat, bersilaturahmi dan meminta maaf.
Foto : instagram.com/bokan_milanello
Ditambah lagi dengan acara Pawai Sampan Hias yang merupakan modifikasi dari masyarakat itu sendiri untuk menambah ramai acara Balimau Kasai. Tidak dapat dipungkiri, semakin berkembangnya zaman maka semakin berkembang pula pola pikir manusianya. Pawai Sampan Hias yang juga diselenggarakan ini tak hanya menampilkan nilai estetika, melainkan harus memuat nilai-nilai keislaman di dalamnya. Misalnya, sampan hias didesain menyerupai masjid sebagai pertanda tempat ibadah umat Islam, atau pada sampan tersebut disematkan spanduk, pernak-pernik atau baliho-baliho yang bertuliskan ajaran-ajaran Islam, dan masih banyak lagi yang lainnya. Setiap tahunnya pasti selalu ada kreativitas berbeda dan tentunya sangat menarik untuk diapresiasi. Para muda-mudi biasanya yang paling bersemangat menjadi bagian dari Pawai Sampan Hias ini, sedangkan orang-orang tua yang menyaksikannya ketika acara berlangsung.
Wah, menarik sekali bukan tradisi Balimau Kasai ini? Dengan menyaksikan pergelarannya, kita seperti terbawa ke dalam pesta rakyat yang bernuansa Islami. Dan meskipun sudah bisa berbahasa Indonesia dengan baik, masyarakat Kampar lebih senang berkomunikasi menggunakan bahasa daerah mereka, dialek atau logatnya akan tampak kontras dengan pendatang atau bukan orang asli Kampar. Jika Teman Brisik ingin menyaksikan acara Balimau Kasai secara langsung, maka datanglah pada waktu-waktu menjelang Bulan Ramadhan. Juga perlu diketahui acara ini hanya berlangsung sekali dalam setahun. Tidak perlu khawatir, untuk penginapan cukup banyak tersedia di Bangkinang, ibukota Kabupaten Kampar dengan kisaran harga mulai dari 50-an hingga 300-an ribu rupiah. Dari Bangkinang menuju ke tempat diselenggarakannya Balimau Kasai hanya membutuhkan waktu sekitar 30-45 menit menggunakan transportasi darat berupa mobil dan sepeda motor.
Tags : budaya sampan hias tradisi melayu batu belah kampar riau balimau kasai balimau ramadhan
Artikel ini ditulis oleh : Merita Dewi
Menyambut bulan suci Ramadhan, di sini menjajakan beragam panganan kuliner serta live music yang sayang untuk dilewatkan!
04 Mei 2021
Ritual ini dilakukan dengan membakar replika tongkang atau kapal untuk membersihkan atau menyucikan harta, dan membuang aura negatif.
02 Mei 2021
Masjid ini didirikan pada tahun 1740 M/1160 H di Desa Sewulan.
02 Mei 2021
Voucher Rekomendasi
Tidak hanya menawarkan kuliner, namun juga menyajikan spot foto menarik.
25 Januari 2021
Siapa bilang kurma tidak bisa tumbuh di Indonesia?
13 April 2021
Andaliman adalah rempah dengan cita rasa menggetarkan lidah.
08 Januari 2021
Tempat kumpulnya pencinta sastra dan seni.
18 Januari 2021
Saking nyamannya berasa tengah ngopi santai di teras rumah sendiri.
12 April 2021
Pasar takjil yang lengkap dan bisa lanjut beribadah sesudah berbuka.
07 Mei 2021
Mencicipi mie tradisional dengan resep turun temurun di Cirebon.
07 Mei 2021
Serasa seperti orang bangsa Mongol atau Indian.
07 Mei 2021
Ngopi sambil di temanin iringan lagu dari para bang-band ini bisa banget di Kedai ini.
07 Mei 2021
Di sini merupakan tempat bersejarah dengan bangunan tua sebagai latarnya.
07 Mei 2021