Tradisi Melinting Tembakau yang Kembali Menggeliat di Tengah Pandemi

Jember dan tembakau, kedua kata ini seperti tidak bisa dipisahkan. Sejak perkebunan tembakau pertama dibuka pada masa kolonial Belanda oleh George Bernie yang pada tahun 1859 mendirikan NV Landbouw Maarschpij Oud Djember (LMOD), Jember menjadi terkenal dengan tembakaunya. Bahkan tembakau Jember sudah di ekspor ke luar negeri melalui produk cerutunya. Kabarnya, cerutu Jember terbaik kedua di dunia setelah cerutu Kuba. Ekspor produk cerutu Jember tetap tegak walaupun dihantam berkali-kali oleh kampanye anti tembakau. Karena produk tembakaunya inilah Jember dikenal dengan sebutan Kota Tembakau.

Jika berkunjung ke Jember saat musim panen tembakau, Teman Brisik akan melihat di pinggir jalan lembaran-lembaran tembakau dijemur lengkap dengan semerbak aroma tembakau kering. Ada juga gudang-gudang tembakau yang sering disalah artikan sebagai rumah adat karena ukurannya yang besar dan mencolok serta bergaya tradisional. Karena keidentikan kota Jember dengan Tembakau, bahkan lambang kabupaten dan juga lambang Universitas Jember juga mengandung unsur tembakau.

Foto: brisik.id/ Sigit Candra Lesmana

Pandemi Mempengaruhi Ekonomi Masyarakat

Di masa pandemi, semua orang terdampak terutama dalam bidang ekonomi. Banyak orang diberhentikan dari perusahaan tempat dia bekerja. Usaha juga banyak yang gulung tikar akibat rendahnya daya beli masyarakat. Hal ini berpengaruh juga teradap pola konsumsi rokok masyarakat Jember. Jika sebelumnya masyarakat kebanyakan membeli rokok kemasan, sekarang banyak perokok yang kembali ke kebiasaan lama yaitu melinting sendiri rokok yang akan mereka hisap.

Dahulu sebelum rokok kemasan produksi pabrik banyak beredar, kebiasaan melinting ini menjadi satu-satunya cara untuk bisa menikmati tembakau. Hingga akhirnya kebiasaan ini tergeser oleh kepraktisan yang ditawarkan rokok-rokok produksi pabrik. Dan hanya kaum tua saja yang tetap mempertahankan kebiasaan melinting rokok. 

Foto: brisik.id/ Sigit Candra Lesmana

Kebiasaan Lama yang Kembali Menggeliat

Pandemi membuka lagi peluang bagi para penjual tembakau curah untuk kembali diminati. Harga tembakau curah yang jauh lebih murah daripada rokok pabrikan, membuat masyarakat yang memang sedang dalam kondisi ekonomi terguncang akibat pandemi, beralih ke produk tembakau curah. Apalagi saat ini aroma tembakau curah tak hanya beraroma tembakau saja, tapi banyak varian aroma yang kekinian seperti aroma teh, green tea, aroma bunga, bahkan ada yang beraroma permen karet.

Foto: brisik.id/ Sigit Candra Lesmana

Selain itu, dengan membeli tembakau curah para perokok bisa bereksperimen dengan mencampur berbagai varian produk tembakau antar daerah. Misalnya tembakau Jember dicampur dengan tembakau Madura, atau tembakau Madura yang katanya sedikit beraroma manis dicampur dengan tembakau Gayo yang beraroma halus dan khas. Dari eksperimen ini maka akan terlahir perpaduan aroma yang semakin khas yang tak jarang justru lebih nikmat daripada rokok mahal produksi pabrik ternama sekalipun.

Terdapat dua jenis lintingan, yang pertama lintingan tangan. Lintingan tangan dilakukan dengan tangan kosong tanpa bantuan alat. rokok yang dihasilkan biasanya rokok tanpa gabus filter. Yang kedua adalah lintingan dengan alat, rokok yang dihasilkan dengan alat ini biasanya rokok yang lengkap dengan gabus filternya semacam rokok produksi pabrik.

Foto: brisik.id/ Sigit Candra Lesmana

Aneka macam aroma dan juga harga yang lebih murah dari produk rokok pabrikan juga menarik minat para pemuda terutama mahasiswa. Jika dulu para kawula muda menghindari melinting karena identik dengan kebiasaan orang tua, sekarang malah menjadi kebiasaan yang sangat digemari. Peluang ini dimanfaatkan dengan baik oleh para penjual tembakau curah untuk membuka toko yang khusus menjual tembakau dan segala produk pendukungnya, seperti kertas rokok, saus rokok, bumbu rokok, gabus, alat cetak, lem dan juga tempat rokok. Pandemi menghadirkan hikmah tersendiri bagi para penjual tembakau curah.

Ajang Silaturahmi

Kebiasaan melinting rokok ini selain hemat juga bisa menjadi ajang silaturahmi dengan teman dan tetangga sekitar. Saling berkunjung untuk bertukar tembakau atau bertukar cerita perihal aroma rasa tembakau yang bermacam-macam. Melinting bersama merajut cerita.